Nama Kursus | : | Pembinaan Iman Remaja |
Nama Pelajaran | : | Kurikulum dan Metode Pelayanan Remaja |
Kode Pelajaran | : | PIR-P05 |
Secara umum, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kurikulum diartikan sebagai seperangkat mata pelajaran yang diajarkan pada suatu lembaga pendidikan. Secara praktis, kurikulum berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik untuk mengarahkan pendidikan menuju ke arah pembelajaran secara menyeluruh.
Secara khusus dalam konteks kekristenan, kurikulum pembinaan iman remaja (PIR) adalah seperangkat mata pelajaran (pengajaran-pengajaran Firman Tuhan) dan kegiatan-kegiatan pembinaan yang berisi rencana pengajaran yang akan diberikan remaja gereja dalam suatu periode tertentu.
Tujuan kurikulum PIR harus dijabarkan dari tujuan umum kekristenan, yaitu membentuk remaja-remaja Kristen yang mengenal dan mengasihi Tuhan sehingga menghasilkan hidup yang berbuah bagi kemuliaan nama Tuhan.
Untuk mencapai tujuan itu, kurikulum PIR harus mencakup pengajaran Alkitab mengenai hal-hal berikut ini.
Sebagaimana ditunjukkan pada tujuan kurikulum PIR, maka isi kurikulum PIR harus berdasar pada pengajaran firman Tuhan (Alkitab). Berikut adalah pokok-pokok kurikulum yang dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan pembinaan iman bagi remaja.
Tujuan:
Agar remaja Kristen mengenal dengan benar siapa sesungguhnya Allah. Ia bukan hanya Allah yang Mahakuasa dan Mahakasih, tetapi juga Mahaadil dan Mahabenar. Dengan pemahaman ini, remaja diharapkan memiliki hati yang besar karena mengenal Allah yang besar dan dengan sungguh-sungguh memiliki hati yang hormat maupun takut akan Allah.
Berikut ini beberapa contoh topik yang dapat dijadikan penuntun untuk kurikulum pengajaran tentang Allah.
Tujuan:
Agar remaja Kristen dapat mengerti kengerian akibat dosa dan bagaimana hal itu memengaruhi hubungan manusia dangan Allah. Kesucian Allah tidak dapat bersatu dengan dosa. Karena itu, manusia berdosa harus berpisah dengan Allah selama-lamanya.
Berikut ini beberapa contoh topik yang dapat dijadikan penuntun untuk kurikulum pengajaran tentang manusia dan dosa.
Tujuan:
Agar remaja Kristen mengenal rencana keselamatan yang Allah sediakan bagi mereka, yaitu apabila mereka percaya dan beriman dalam Tuhan Yesus Kristus. Melalui kuasa Roh Kudus, keselamatan itu akan melahirbarukan mereka supaya menjadi ciptaan baru untuk melaksanakan rencana kekal Allah.
Berikut ini beberapa contoh topik yang dapat dijadikan penuntun untuk kurikulum pengajaran tentang keselamatan.
Tujuan:
Agar remaja Kristen yang telah memperoleh hidup baru dapat terus bertumbuh melalui sarana-sarana anugerah yang telah disediakan Allah. Dengan begitu, mereka dapat menjadi berkat bagi kerajaan Allah, komunitas Kristen, dan masyarakat pada umumnya.
Berikut ini beberapa contoh topik yang dapat dijadikan penuntun untuk kurikulum pengajaran tentang pertumbuhan iman.
Tujuan:
Agar remaja Kristen memiliki hidup yang terus-menerus diperbarui sehingga menjadi makin serupa dengan Kristus. Seorang remaja yang memiliki kehidupan rohani yang dewasa akan menjadi saksi hidup bagi Kristus dan memiliki hidup yang berbuah bagi kemuliaan Kristus.
Berikut ini beberapa contoh topik yang dapat dijadikan penuntun untuk kurikulum pengajaran tentang karakter Kristen.
Metode berasal dari bahasa Yunani "methodos" yang berarti cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan; atau bagaimana cara melakukan atau membuat sesuatu. Dalam pembelajaran, metode belajar sangat dibutuhkan untuk membuat kelas atau proses pembelajaran menjadi lebih hidup, kreatif, dan inovatif. Selain itu, metode yang baik akan membantu remaja memahami isi pelajaran yang diajarkan dan bagaimana mengaplikasikannya. Remaja dapat terlibat dalam proses pembelajaran sehingga tidak berperan sebagai penonton, tetapi menjadi pelaku.
Ada banyak sekali metode yang bisa dipakai untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar di pembinaan remaja. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut.
Salah satu metode penggalian Alkitab yang cocok untuk remaja adalah Studi Alkitab induktif. Metode ini akan mengajak remaja untuk teliti mempelajari fakta-fakta yang terdapat dalam teks Alkitab dan membiarkan fakta-fakta itu berbicara sehingga memberikan kesimpulan yang logis. Penggalian dengan metode Studi Alkitab Induktif biasanya memakai tiga langkah utama:
Observasi
Tujuan: melakukan pengamatan untuk menemukan dengan jelas, fakta-fakta apa saja yang secara tersurat dikatakan di dalam teks Alkitab yang sedang dibaca. Langkah observasi dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan 5W1H (what, when, where, who, why, dan how) kepada teks Alkitab.
Interpretasi
Tujuan: melakukan penafsiran untuk mengetahui dan menemukan lebih dalam apa maksud-maksud penulis ketika menuliskan teks Alkitab tersebut.
Aplikasi
Tujuan: melakukan aplikasi untuk menerapkan kebenaran yang telah ditemukan dalam mempelajari teks Alkitab supaya kebenaran itu menjadi hidup di dalam hidup remaja yang kita bimbing dan memberi pengaruh perubahan hidup yang makin berkenan kepada Allah.
Metode ini mendorong remaja untuk aktif berpartisipasi. Bentuk pertanyaan harus bervariasi supaya tidak hanya untuk mendapatkan informasi saja, tetapi juga untuk menganalisa supaya remaja memiliki pemikiran yang mendalam.
Metode ini sangat menolong agar pembina tidak hanya berbicara satu arah, tetapi dapat remaja ikut bergumul dalam menemukan kebenaran-kebenaran yang sedang diajarkan. Pembina mengajukan pertanyaan. Sebaliknya, remaja juga dapat bertanya untuk merangsang dialog yang akan membangkitkan minat murid untuk berperan secara positif.
Studi kasus dapat diutarakan dengan bentuk yang berbeda-beda. Uraikan secara terinci keadaan yang terdapat dalam sebuah kasus, dan ajak murid untuk mencari cara penyelesaian yang mungkin dapat dipakai. Beberapa contoh bentuk studi kasus adalah mengutarakan sebuah cerita yang belum selesai dengan mengutip laporan surat kabar dan mengajukan suatu masalah kejiwaan. Bisa juga dengan mengutarakan gambar, atau memakai riwayat hidup para tokoh, memberikan laporan sejarah, catatan statistik, dan sebagainya.
Dua orang atau dua kelompok remaja diajak untuk memperdebatkan satu masalah dari segi pro dan kontranya. Dari proses perdebatan itu, murid dapat memahami pandangan-pandangan yang timbul dari konsep-konsep yang berbeda. Mereka yang ikut serta dalam perdebatan haruslah memunyai pengenalan yang cukup dan persiapan yang mantap tentang soal yang didiskusikan.
Metode ini cocok untuk anak-anak remaja. Urutannya adalah sebagai berikut.
Mintalah seorang murid untuk mempersiapkan dengan baik suatu presentasi, misalnya dengan memerankan diri sebagai salah seorang tokoh Alkitab/tokoh cerita. Lalu, dengan memakai kata ganti orang pertama, murid mengisahkan riwayat hidup, perasaan, ataupun konsep yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut.
Melalui ceramah seorang guru atau pembina dapat menyampaikan satu pokok pelajaran kepada murid secara teratur dan sistematis seperti dalam bentuk pidato. Hal-hal penting yang harus diperhatikan, antara lain:
Pembina membacakan sebuah laporan atau naskah dengan membagi remaja menjadi dua atau beberapa kelompok. Mintalah setiap kelompok menyimak butir-butir penting yang telah ditentukan (misalnya kelompok pertama memperhatikan hal yang positif sedangkan kelompok dua memperhatikan hal yang negatif). Kemudian, setiap kelompok harus kembali memberikan laporan kepada guru dan teman-teman sekelasnya. Setelah itu, pembina baru bisa mengadakan diskusi.
Simposium adalah serangkaian ceramah pendek yang disampaikan oleh sekelompok kecil orang kepada seluruh kelas remaja. Metode ini memungkinkan untuk mengundang para ahli sebagai pembicara atau meminta remaja sendiri untuk mempersiapkan diri sebagai narasumber. Di bawah pengawasan dan arahan pembinanya, para remaja bisa menyampaikan segi-segi dan konsep-konsep sehubungan dengan topik ceramah.
Metode peninjauan ke lapangan adalah mengadakan survei, yaitu mencari informasi bersama-sama dengan teman-teman sekelas secara terpimpin dan terarah untuk memperoleh bahan dan pengalaman yang orisinal. Berikut ini langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk metode peninjauan ke lapangan.
Saat ini, metode pelayanan PIR yang dapat memanfaatkan kemajuan teknologi adalah kebutuhan yang cukup mendesak. Mengapa? Sebab, sebagian besar produk teknologi digunakan secara aktif oleh para remaja. Oleh karena itu, sebagai pembina remaja, kita juga dapat memanfaatkan kemajuan teknologi sebagai kesempatan untuk melayani mereka, misalnya melalui media sosial di internet seperti Facebook, What's Up, Path, atau komunitas digital lainnya. Lalu, penting juga untuk mengadakan pertemuan melalui fitur "hang out" di Google Groups.
Tren "gadget" yang populer di antara remaja sangat bermanfaat untuk digunakan menjaring remaja-remaja baru yang belum mengenal Kristus. Misalnya, dengan mengadakan lomba-lomba atau kegiatan secara online, dsb..
Perlu disadari bahwa metode ini tentu tidak dapat menggantikan pertemuan secara langsung. Pembina harus tetap melakukan usaha-usaha pertemuan darat supaya remaja tidak terlepas dari dunia nyata, tetap bisa menjadi dirinya sendiri, dan mempertanggungjawabkan setiap tindakannya.
Akhir Pelajaran (PIR-P05)
DOA "Bapa di surga, berikan aku hikmat supaya dapat mengajar dan membawa remaja-remaja yang Engkau percayakan sehingga mereka dapat mengenal-Mu dan hidup seturut dengan rencana dan kehendak-Mu. Namun, sebelum itu, jadikanlah aku saksi-Mu supaya aku bisa menjadi teladan bagi mereka. Kiranya tangan kasih-Mu senantiasa memelihara dan membentuk kami untuk bertumbuh bersama-sama. Amin.