Nama Kursus : PENGANTAR PERJANJIAN BARU
Nama Pelajaran : Latar Belakang Politik, Sosial, dan Ekonomi Dunia PB
Kode Pelajaran : PPB-R01a
Referensi PPB-01a diambil dari:
Judul Buku : Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula
Pengarang : John Stambaugh - David Balch
Penerbit : BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1997
Halaman : 13 - 22
REFERENSI 01a - LATAR BELAKANG POLITIK, SOSIAL, DAN EKONOMI DUNIA PB
DOMINASI ROMA, 63 SM, - 66 M
Campur tangan muncul menjelang penaklukan Romawi atas Syria dan
penghapusan monarki Seleukid. Kita telah melihat betapa Pompeius
melindungi perbatasan-perbatasan selatan dan timur kekaisarannya
dengan kerajaan-kerajaan bawahan. Kebijaksanaannya adalah
mempertahankan kerajaan-kerajaan tersebut tetap kecil, dan kerajaan
Hasmoni pun dikurangi ukuran dan kekuasaannya. Kota-kota Yunani
disepanjang pantai Laut Tengah dan di Dekapolis, yang oleh keluarga
Hasmoni dipaksa menerima Yudaisme, mendapatkan otonomi dan penduduk
Yunani pun kembali ke sana. Kota-kota menara Strato, Seforis, dan
Skitopolis juga memperoleh otonomi untuk membentuk sebuah penghalang
efektif antara wilayah-wilayah Yahudi Galilea di utara dan Yudea serta
Idumea di selatan. Dari sudut pandang Roma, hal ini semata-mata
berarti pengembalian wilayah itu kepada penduduknya semula, yang dapat
diharapkan setia kepada pelindung mereka, orang Romawai, dan
mempertahankan wilayah Yahudi dalam batas-batas yang aman. Bagi kaum
nasionalis Yahudi, ini adalah pelanggaran yang tidak adil atas
kekuasaan kerajaan Hasmoni yang sah. Lebih lanjut, banyak orang Yahudi
yang diusir dari kota-kota ini di Galilea, Dekapolis dan wilayah
pantai kehilangan perdagangan dan miliknya ketika penduduk berkerumun
kewilayah Yudea yang terbatas.
Akan tetapi, para pangeran Hasmoni akan lebih prihatin dengan perang
mereka satu sama lain, dan sebagai sebuah negara bawahan dari orang-
orang Romawi Yudea menjamin pion dalam tipu daya para politikus besar
di Roma. Pada tahun 55 sM. Seorang penguasa baru diangkat oleh Roma
untuk memerintah Yudea dengan gelar "Prokurator". Dia adalah
Antipater, seorang pengeran dari dari suku Iduman (yang telah dipaksa
memeluk agama Yudaisme oleh keluarga Hasmoni) yang dianggap sebagai
orang luar oleh kaum tradisionalis.
Herodes, anak Antipater, belajar memainkan permainan Romawi dengan
lebih baik dari pada ayahnya, dan ia berhasil diakui pada tahun 43 sM.
Sebagai "raja" Yudea, yang mencakup Galilea, Perea dan Samaria.
Jabatan imam agung dipisahkan dari jabatan kenegaraan, dan muncul
perlawanan keagamaan yang cukup besar terhadap kedudukan
Herodes sebagai raja. Herodes membutuhkan waktu beberapa tahun untuk
memaksakan pemerintahannya. Pada tahun 27 sM. Ia menerima dari Kaisar
Agustus pemerintahan atas sejumlah kota Yunani kuno di pantai dan di
pedalaman, dan belakangan ia menerima sebuah wilayah yang luas di
Timur dan Timur Laut Galilea, termasuk Gaulanitis, yang kini dikenal
dengan Dataran Tinggi Golan. Wilayah ini jarang penduduknya, sehingga
Herodes mengambil kesempatan untuk membangun kota-kota baru di sana,
untuk mengurangi kelebihan penduduk di tanah Yudea. Orang-orang Yahudi
yang menetap di kota-kota ini lebih setia kepadanya dari pada mereka
yang tinggal di Yudea, yang selalu menganggapnya sebagai orang asing,
yang lebih memihak pada Helenisme dari pada Yudaisme. Dan dalam banyak
hal ia memainkan peranan sebagai monarki Helenis yang kafir. Di
Samaria ia membangun kota baru, Sebaste dan di menara Strato di pantai
ia membangun kota baru Kaisarea. Yang menonjol ialah bahwa kedua kota
itu dinamai sesuai dengan - dan mencakup kuil-kuil anggota - keluarga
kerajaan. Sebuah teater Yunani dan tempat pacuan kuda dibangun di
Yerusalem. Bahasa Yunani adalah bahasa resmi pemerintah. Guru-guru
Yunani mengajar di keluarga raja. Di pihak lain, untuk meredakan
sentimen Yahudi, Herodes melakukan investasi dalam pembangunan kembali
Bait Suci di Yerusalem yang sangat indah. Dinding-dinding yang indah,
yang salah satunya bertahan sebagai Dinding Barat atau Tambok Ratapan,
menopang sebuah teras besar; di sana sebuah Bait Suci yang baru bangun,
dengan ukuran dan hiasan yang tidak pernah ada sebelumnya,. Pekerjaan
dimulai pada tahun 23 sM. dan baru selesai pada tahun 64 M.
Dalam kenangan satu atau dua generasi berikutnya Herodes adalah
orang luar yang memperlakukan orang-orang Yahudi dengan sombong,
menyiksa orang Farisi yang setia menentang kegiatannya yang
meyunanikan orang Yahudi dan membunuh tiga dari putra sendiri. Pada
waktu kematiannya kebencian berubah menjadi perlawanan aktif diseluruh
kerajaannya. Di Yerusalem, di pedesaan Yudea, Perea dan Galilea,
gerombolan-gerombolan gerilya mengorganisir diri di sekitar tokoh-
tokoh kharismatik, yang bagi para pengikutnya tampaknya memuat ciri-ciri
Mesias yang telah lama dinantikan. Kini, tergantung pada sudut
pandang kita apakah mereka akan kita sebut pejuang kemerdekaan atau
teroris. Gangguan-gangguan itu menurut gubernur Romawi di Syria,
Quinctilius Varus, untuk turun tangan secara militer pada dua
kesempatan terpisah pada tahun 4 sM. Penyerbuan-penyerbuan berkhir di
Yerusalem dengan penyaliban dua ribu tahanan Yahudi, sehingga
meningkatkan warisan kebencian dan perlawanan umum yang didapat
pengganti Herodes.
Menurut Kitab-kitab Injil, Yesus dilahirkan tidak lama sebelum
kematian Herodes Pada tahun 4 sM.
Dalam wasiatnya Herodes meninggalkan kerajaannya kepada tiga
putranya yang masih hidup, dan setelah pembicaraan-pembicaraan yang
panjang di Roma (kerena hampir semua anggota keluarga Herodes berhasil
hadir dan mengajukan tuntutan mereka) Kaisar Agustus mengesahkan
pengaturan ini. (Peristiwa ini mungkin tercermin dalam kisah raja yang
bepergian jauh dalam perumpamaan tentang talenta, Luk. 19:12-27.)
Bagian selatan Yudea dan Samaria diperintah oleh Arkhelaus, yang
mendapat gelar etnarch. Galilea dan Perea diserahkan kepada
saudara Arkhelaus, Herodes Antipas, yang seringkali diacu dalam kitab-kitab
Injil sebagai Herodes saja. Saudara tiri Arkhelaus, Filipus,
mendapatkan wilayah Timur Laut kerajaan, wilayah-wilayah baru yang
telah diterima Herodes antara tahun 23 dan 20 sM. Baik Atipas maupun
Filipus mendapatkan gelar tetrarch ("pemimpin dari seperempat
bagian").
Wilayah Filipus sebagai tetrarch, yang diperintahnya sampai
kematiannya pada tahun 34 M, mencakup banyak kota Yunani, dan bahkan
orang-orang Yahudi di sini relatif puas dengan keluarga Herodes.
Akibatnya, pemerintahan Filipus relatif tenang. Ia membangun lagi desa
nelayan Betsaida di sudut Timur Laut danau Galilea (Mrk. 6:45; Luk
9:10) sebagai kota Helenis yang dinamai Yulias, untuk menghormati
putri Agustus, dan lebih jauh di utara ia mengganti Paneas dengan kota
Helenis baru yang disebut Kaisarea Filipi (mat 16:13 dan
paralelnya).
Herodes Antipas memerintah Galilea sebagai tetrarch sampai
Kaisar Gaius menggulingkannya pada tahun 39 M. Warganya termasuk Yesus
dari Nazaret dan Yohanes Pembabtis. Antipas paling banyak mengundang
perhatian kita dalam kitab-kitab injil, karena ia menghukum mati
Yohanes, yang mengangkat perkawinan Antipas dengan Herodias sebagai
masalah masyarakat, sebuah perkawinan yang melanggar dua hukum Yahudi
(Mat. 14:1-14; Luk. 3:19-20). Versi Markus (6:17-27) memberikan kita
sepintas kahidupan di istana Antipas yang penuh dengan pejabat istana,
perwira militer, orang-orang terkemuka, seorang ratu yang berkomplot
dan bahkan seorang putri penari kerajaan (Salome, putri Herodias dan
putri Filipus sang tetrarch). Cara Antipas mangawasi adat-istiadat
Yahudi dengan semaunya juga di perlihatkan di ibu kota baru
yang di bangunnya di Danau Galilea. Meskipun dinamai Tiberias, untuk
menghormati kaisar yang memerintah tahun 14-37 M., kota itu
dimaksudkan untuk menjadi lebih Yahudi daripada bukan Yahudi. Namun
pada pembangunannya ditemukan pekuburan tua dalam batas kota, yang
menyebabkan kota itu tak cocok untuk ditinggali menurut mata orang-orang
ortodoks. Herodes meneruskan pembangunannya tetapi hanya mampu
membujuk sebagian kecil orang Yahudi untuk pindah ke sana.
Pengganti Herodes yang paling tidak bahagia adalah Arkhelaus (Mat.
2:22), yang menghadapi perlawanan politik sejak permulaan
pemerintahannya. Kita tidak tahu banyak mengenai rinciannya, tetapi
pada tahun 6 M. Orang-orang Samaria maupun Yahudi bersatu di sebuah
kedutaan Romawi yang berhasil dalam membujuk Agustus untuk
menggulingkan Arhelaus dan membuangnya ke Galia.
Wilayah Arkhelaus dianeksasi dalam kekaisaran Romawi sebagai sebuah
provinsi kerajaan yang dikuasai oleh seorang pemimpin dari jajaran
ksatria. Gubernur provinsi Syria jauh lebih penting melaksanankan
pengawasan dan sekali-sekali ikut campur dalam urusan-urusan Yudea.
Misalnya, ketika Provinsi Yudea diorganisasi Kirenius, gubernur Syria,
melakukan sensus umum di provinsi yang baru itu, yang berulangkali
diacu dalam kisah Lukas tantang kelahiran Yesus (2:2). Hal ini
disebabkan dipaksakannya pajak perorangan terhadap penduduk, yang
diacu Matius (22:15-22) dan Markus (12:14-17) dengan kata census;
Lukas (20:21- 26) mengunakan kata Yunani untuk upeti. Pusat
adminitratif provinsi Yudea terletak di pantai Laut Tengah, di kota
Helenis yang dibangun Herodes Kaisarea; dari sana gubernur memimpin
banyak sejumlah kecil pasukan. Di Yerusalem Sanhedrin berfungsi
sebagai senat provinsi, yang anggota-anggotanya diambil dari keluarga-keluarga
terkemuka dalam pola provinsi yang lazim. Pejabat yang
memimpinnya adalah imam agung, yang pada mulanya (sejak tahun 6-15 M.)
adalah Hanas; bahkan ketika jabatan itu dialihkan kepada orang-orang
lain, imam agung tatap menjadi tokoh politik Yudea setelah gubernur
(Mat. 26:3; Luk. 3:2; Yoh. 18:24; Kis. 4:5-6).
Kebijaksanaan resmi Roma yang hati-hati dalam mempertahankan
otonomi Yahudi dalam masalah-masalah keagamaan dan dalam mengizinkan
orang Yahudi di seluruh dunia membayar pajak tahunan sebesar setengah
syikat untuk memelihara Bait Suci. Orang-orang Yahudi dikecualikan
dari tuntutan biasa untuk ikut serta dalam ibadah kekaisaran.
Sebaliknya, kurban (dua ekor anak domba dan seekor sapi jantan)
dipersembahkan setiap hari di Bait Suci atas nama kaisar.
Dalam banyak hal pemerintahan Roma bersifat lunak, tetapi
peristiwa-peristiwa tertentu mengikis kaum tradisionalis Yahudi yang
teringat kekuasaan independen keluarga Hasmoni yang besar dan yang
telah melihat banyak perubahan pengaturan administrasi, Misalnya,
pakaian yang dikenakan oleh imam agung untuk upacara-upacara khusyuk
tidak disimpan olehnya melainkan melainkan di benteng Antonia, di
kawal oleh tentara-tentara Romawi. Sensus oleh Kirenius sendiri adalah
penyebab rasa kebencian besar, yang mengkristal disekitar tokoh
kharismatik dari Galilea yang bernama Yudas (Kis. 5:37). Yang
pengikut-pengikutnya kemudian pada tahun-tahun berikutnya sebagai
orang-orang Zelot.
Tidak dari seorang pun dari gubernur Romawi di Yudea antara tahun 6
dan 66 M. yang tampak jelas-jelas bijaksana. Kita mengetahui paling
banyak tantang Pontius Pilatus, gubernur dari tahun 26 sampai 36;
dengan adanya sifat sumber-sumber kita, yang kita ketahui adalah
benturannya dengan lawan-lawan pemerintah Roma. Misalnya, pada awal
masa jabatanya ia menempatkan sebuah satuan baru untuk tugas
pengawalan di benteng Antonia di Yerusalem. Satuan yang baru itu,
berbeda dengan para pendahulunya, diidentifikasikan dengan panji-panji
yang dihiasi dengan kalung patung dada kaisar. Tampaknya ini adalah
penghinaan langsung secara sengaja terhadap larangan Yahudi untuk
membuat patung pahatan. Belakangan, untuk membiayai sebuah saluran
yang baru di Yerusalem, Pilatus merampas uang dari perbendaharaan Bait
Suci, sebuah pelanggaran hukum romawi maupun Yahudi. Dalam kisah lain,
ia memasang perisai-perisai yang dihiasi dengan namanya sendiri dan
nama Kaisar Tiberius dipasang di dinding-dinding Herodes, tempat
tinggalnya sendiri di Yerusalem. Dalam semua insiden ini Pilatus
dipaksa mundur, biasanya dengan ancaman atau dengan realitas kekerasan
Yahudi. Manuver diplomatik juga memainkan peran. Seyanus, Penasihat
utama bagi kaisar Tiberius (14-37 M.), tampaknya telah mendorong
perilaku anti Yahudi diseluruh kekaisaran; setelah Seyanus dihukum
dengan tuduhan berkhianat pada tahun 31 M. Tiberius tampaknya lebih
bersimpati pada keinginan-keinginan para pemimpin Yahudi setempat di
Sanhedrin. Karena itu, dalam mempertahankan posisinya Pilatus
tampaknya bertindak agak hati-hati dalam menghadapi imam agung dan
rekan-rekannya. Hal ini mungkin menjelaskan perilaku pada peradilan
Yesus. Juga peranan Barabas yang mungkin sekali adalah salah seorang
Zelot. Kalau demikian, kegiatan-kegiatan terorisnya tentulah telah
menyebabkan ia ditangkap (Mrk. 15:7).
Pilatus digantikan sebagai pemimpin pada tahun 36., dan gubernur
Syria, Vitelius, berusaha melunakkan orang-orang Yahudi dengan
serangkaian tindakan rujuk yang mencakup pengembalian pakaian-pakaian
keagamaan untuk dijaga oleh imam agung.
Pemerintah Kaisar Gaius (37-41.), yang digelari Caligula, ditandai
oleh usahanya untuk menghapus ibadah Yahudi di Yerusalem dan
menggantikannya dengan penempatan sebuah patung bagi dirinya untuk
disembah di Bukit Bait Suci. Ini dilakukan sebagai pembalasan atas
sebuah peristiwa di Yamnia; di sana orang-orang Yahudi menyerang dan
mencemari sebuah mezbah baru yang telah dibangun oleh orang-orang
Yunani di kota tersebut untuk menghormati ibadah kekaisaran. Gaius di
bunuh sebelum ia memaksakan penyelesaian proyek tersebut. Salah
seorang yang argumen dan permohonannya menyebabkan rencana itu
tertunda adalah Agripa I, cucu Herodes Agung. Ia dibesarkan di Roma
dan menjadi sahabat baik Gaius dan juga Claudius, yang menggantikan
Gaius sebagai kaisar dan memerintah dari tahun 41-54 M.
Untuk menenangkan ketegangan-ketegangan yang muncul di Yudea,
Cludius mengangkat Agripa menjadi raja; dari tahun 41 M sampai
kematiannya di di tahun 44 ia memerintah Galilea, Perea dan Yudea.
Sekali lagi berdiri sebuah kerajaan yang merdeka dibawah wangsa
kerajaan Herodes yang dapat mengklaim paling tidak sejumlah keabsahan
dimata orang-orang Yahudi. Di kerajaannya sendiri Agripa, yang
neneknya adalah anggota wangsa Hasmoni, menampilkan dirinya sebagai
orang Yahudi yang berbakti dan saleh. Ia melaksanakan perayaan-perayaan,
memberikan persembahan harian dan menegaskan dominasi
Yudaisme Farisi atas sekte-sekte pembangkang, dengan menghukum mati
dan memenjarakan para pemimpin komunitas Kristen di Yerusalem (Kis.
12:1-9). Di pihak lain, pendidikannya di Roma telah memberikannya
simpati-simpati pro-Romawi dan selera Helenisme yang jelas. Ia lebih
suka tinggal di kota Yunani, Kaisarea, daripada di Yerusalem, mata
uangnya di cap dengan gambarnya, dan ia merayakan sebuah perayaan
ibadah kekaisaran, ketika ia diserang usus buntu dan meninggal dalam
rasa sakit yang hebat menurut orang-orang saleh, ia menjadi korban
pembalasan ilahi karena mengijinkan masyarakat menyambutnya dengan
cara-cara yang dengan ibadah penguasa, ibadah raja-raja Helenis.
Ketika Agripa I meninggal, kaisar sekali lagi menjadikan Yudea
sebuah provinsi Romawi, dan dengan demikian menjadikan kontrol Romawi
lebih kuat, tetapi juga mengecewakan harapan-harapan kaum nasionalis
Yahudi. Ini adalah kali ketiga dalam ingatan mutakhir bahwa sebuah
kerajaan Yahudi digantikan oleh kekuasaan Romawi di tahun 63 sM.,
tahun 6 M. dan kini di tahun 44. Insiden-insiden ketidakpekaan Romawi
meningkatkan rasa kecewa ini; gubernur Romawi pertama, yang kini
disebut prokurator, berusaha untuk kembali menguasai pakaian kebesaran
imam agung; dibawah Cumanus, prokurator dari tahun 48-52, seorang
prajurit yang sedang bertugas jaga secara tidak sopan menelanjangi
dirinya kepada kerumunan pada hari raya paskah; dan dan ketika
sekelompok peziarah Yahudi dari Galilea diserang oleh bandit-bandit
Samaria, pemerintah tidak menangapinya. Gerakan Zelot meningkatkan
jumlah dan efektifitas serangan-serangan teror mereka, mengancam
dengan hukuman mati setiap orang Yahudi yang bekerja sama dengan
penguasa Romawi. Sebuah serangan dilancarkan dari padang gurun dan dan
hampir merebut Yerusalem; serangan ini dipimpin seorang Zelot yang di
gelari "orang Mesir" , yang mesih menjadi keprihatinan pemerintah pada
saat Paulus ditangkap (Kis. 21:38). Para pemimpin agama dan politik,
Sanhedrin, memanfaatkan gejolak ini untuk tujuan-tujuan mereka
sendiri, menjegal lawan-lawannya pada setiap kesempatan dan menghukum
para pembangkang seperti orang-orang Kristen. Pemimpin-pemimpin
kharismatik muncul diberbagai bagian provinsi dan harapan-harapan akan
pembebasan segera dari dominasi Romawi dibakar oleh khotbah-khotbah
kenabian dan sastra apokaliptik, yang meramalkan bahwa orang-orang
Yahudi akan menang dibawah seorang Mesias yang akan segera datang.
Orang-orang Romawi beraksi dengan langkah-langkah tandingan dengan
menghukum mati para teroris dan menangkap orang banyak yang berkumpul
mendengarkan khotbah-khotbah para "nabi" dan "Mesias". Dua orang
prokurator dari masa ini muncul dalam kisah Perjanjian Baru: Feliks
(52-60 M). Yang menikah dengan Drusila, putri Agripa I (Kis. 24:24);
dibawah dia pengadilan atas Paulus berlangsung berkepanjangan sampai
dua tahun (Kis. 24:27); dan Porsius Festus (60-62M.), yang mendengar
kasus Paulus dengan tergesa-gesa dan, setelah berkonsultasi dengan
Agripa II, saudara laki-laki Drusila dan penguasa sebuah kerajaan
bawahan kecil yang berpusat di tetrarkhi Filipus, memenuhi
permintaan Paulus agar dikirim ke Roma untuk diadili (Kis.24:27 sampai
26:32).
Perang Yahudi dan Sesudahnya
Kehancuran Hukum dan ketertiban yang terus berkembang di provinsi
Yudea membawa Pada revolusi besar-besaran malawan kekuasan Romawi di
tahun 66 M. Sebuah pertikaian antara orang-orang Yunani dan Yahudi di
Kaisarea menyebabkan pemeran kekuasaan yang tidak simpatik yang di
pimpin oleh Gesius Florus sang prokurator. Orang-orang Zelot menjawab
dengan merebut benteng yang dibangun oleh Herodes di Masada dan
membunuh banyak perwira Romawi di sana. Lembaga imamat di Yerusalem
bergabung dengan pemberontakan dengan menghentikan kurban-kurban atas
nama kaisar, yang menyebabkan pernyataan perang terhadap kekaisaran
Romawi. Kekaisaran Romawi menjawab dengan mengirim Vespasianus dan
putranya, Titus, melawan provinsi yang mamberontak. Pada pertengahan
tahun 68 M., pasukan-pasukan mereka telah memperoleh kembali kekuasaan
atas seluruh wilayah kecuali Yudea Timur. Kematian Kaisar Nero
menyelingi peperangan Romawi, dan sebuah peperangan saudara Romawi
berkepanjangan sampai satu tahun pemenangnya adalah Vespasianus
sendiri, yang kini menjadi Kaisar yang baru.
Titus melanjutkan peperangan tersebut. Ia mengepung Yerusalem
selama setahun penuh dan akhirnya menyerbu Bukit Bait Suci pada
pertengahan tahun 70. Ia memasuki ruang mahasuci, merebut peralatan
suci untuk menghiasi kemenangannya di Roma dan kemudian membakar Bait
Suci itu sendiri. Ia masih membutuhkan satu bulan lagi untuk
menghabisi perlawanan terakhir di dalam kota, dan kemudian Titus
memerintahkan penghancuran tembok-tembok hingga rata dengan tanah dan
penutupan Bait Allah. Operasi-operasi pembersihan terus dilakukan
terhadap benteng-benteng yang diduduki orang-orang Zelot. Yang
terakhir jatuh, pada tahun 73 M ., adalah Masada.
Orang-orang Romawi mengambil langkah-langkah yang berat untuk
menjamin ketenangan Yudea pada tahun-tahun sesudah 70 M. Kedudukan
gubernur ditingkatkan pangkatnya setara dengan utusan kaisar dan
diberikan kepada orang-orang yang berkualitas tinggi dengan pengalaman
dalam administrasi provinsi. Pasukan militer juga diperkuat, dan
sebuah legiun lengkap dengan tentara profesional ditempatkan di
Yerusalem, lokasi yang paling besar memiliki kemungkinan meletus di
kemudian hari. Penjagaan ketat dilakukan untuk manghalangi setiap
kemungkinan munculnya para Mesias sebelum mereka memperoleh pengikut,
dan keturunan Daud dikenai pemerikasaan khusus dan penganiayaan.
Pengahancuran Bait Suci dan penghapusan jabatan imam dan Sanhedrin
merupakan tiitik balik yang penuh bencana dalam sejarah Yahudi.
Kurban-kurban yang diperintahkan dalam kitab-kitab Tora tidak dapat
lagi dilaksanakan melainkan hanya diingat dalam kenangan bangsa
Yahudi. Kebiasaan lama, yang ditorerir oleh orang-orang Romawi,
mambayar pajak setengan syikal per orang per tahun untuk
mempertahankan ibadah Bait Suci di Yerusalem sementara dibuat tidak
berguna, tetapi orang-orang Romawi menuntut orang-orang Yahudi
diseluruh kekaisaraan untuk membayar jumlah yang sama, dua dirham,
kepada kekaisaran, tampaknya untuk mempertahankan ibadah Yupiter, yang
telah mengalahkan Yahweh dan umat-Nya. Untuk menghadapi apa yang telah
terjadi, sebagian orang Yahudi. Seperti orang-orang Farisi berusaha
mempertahankan tentang tradisi-tradisi lama dan menyesuaikan dengan
lingkungan-lingkungan yang baru. Yang lain, seperti golongan Zelot
mencari penghiburan dalam pengharapan akan seorang Mesias yang akan
memulihkan kekuasaan bangsa Yahudi. Keduanya menantikan dan
mengharapkan pemulihan ibadah imamat yang sempurna di Yerusalem.
Antara tahun 115 dan 117 M., sumber-sumber Romawi maupun Yahudi
berkisah tentang pemberontakan Yahudi yang meletus di Kirene, Mesir,
dan Siprus. Dalam menjawab janji-janji dari orang-orang yang
mengangkat diri sebagai Mesias, orang-orang Yahudi ini bangkit dengan
kekerasan melawan tetangga-tetangga mereka yang bukan Yahudi dan
melawan pemerintahan. Di Palestina pada saat yang sama mungkin pula
terjadi pemberontakan serupa, tetapi kita tidak mempunyai bukti
langsung mangenai hal ini. Sebaliknya kita mendengar tentang revolusi
yang meletus pada tahun 123 M., yang di pimpin oleh Shimon bar-Kosiba,
seorang tokoh mesianis yang disebut Bar Kokhba ("Putra Bintang") oleh
para pengikutnya dan belakangan oleh rabi-rabi yang kecewa, disebut
Bar-Kozeba ("Putra Dusta"). Pemberontakan ini mungkin didorong oleh
larangan Kaisar Hadrianus untuk mempratikkan sunat yang kemudian
berkembang menjadi larangan mempraktikan agama Yahudi meskipun hal itu
mungkin bukanlah maksud Hadrianus. Orang-orang Kristen Palestina tentu
akan menolak klaim Bar-Kokhba sebagai Mesias dan barangkali tidak
bergabung dalam revolusinya. Namun demikian, dokumen-dokumen baru
yang di temukan baru-baru ini di gua-gua yang dipergunakan sebagai
tempat persembunyian para pemberontak tampaknya memperlihatkan bahkan
sejumlah orang bukan Yahudi bergabung dengan orang-orang Yahudi dalam
perlawanan ini dan Bar Kokhba diangkat sebagai "nasi
('pangeran') Israel". Orang-orang Romawi mengirimkan sejumlah perwira
terbaik mereka dengan delapan legiun, dan pada tahun 135 M . Revolusi
tersebut dihancurkan, para pemberontak bertahan kelaparan ketimbang
menyerah di gua-gua di perbukitan Yudea, dan mereka yang masih hidup
di salibkan sampai ratusan jumlahnya. Hancurlah pengharapan bahwa sang
Mesias akan segera datang. Kota Yerusalem dibangun kembali sebagai
sebuah kota Helenis dengan nama Aelia Capitolina untuk menghormati
keluarga kaisar. Sebuah kuil Zeus menghiasi puncak Gunung Bukit Suci,
dan orang-orang Yahudi bahkan dilarang untuk memasuki kota.
|