Nama Kursus : PENGANTAR PERJANJIAN BARU
Nama Pelajaran : Latar Belakang Agama Dunia PB
Kode Pelajaran : PPB-R02a
Referensi PPB-02a diambil dari:
Judul Buku : Pengantar Perjanjian Baru
Pengarang : Adina Chapman
Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1995
Halaman : 1 - 4
REFERENSI 02a - LATAR BELAKANG AGAMA DUNIA PB
PENDAHULUAN
Zaman antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru - masa kegelapan
selama empat ratus tahun.
Masa Perjanjian Lama berakhir dengan
pembuangan bangsa lbrani ke Babel selama 70 tahun. Beberapa abad
sebelum peristiwa ini terjadi, nabi-nabi Tuhan telah menubuatkan
tentang hukuman Allah yang akan dijatuhkan ke atas bangsa pilihan-
Nya. Pembuangan ini disebabkan terutama karena kemerosotan
kepercayaan bangsa Ibrani. Hukuman Allah ini pernah disebut
'Pembuangan 70 Tahun', karena hukuman itu berlangsung terus dari
tahun 606 sampai tahun 536 s.M., walaupun hukuman yang berat
berjalan hanya 50 tahun saja.
A. PERUBAHAN-PERUBAHAN DALAM AGAMA
Salah satu akibat pembuangan bangsa Israel ke Babel adalah perubahan
besar dalam pengertian agama mereka. Pahitnya pengalaman di
pembuangan masih sangat berkesan dalam hati mereka pada zaman antara
kedua Perjanjian. Dari situlah sebenarnya dimulai suatu revolusi
rohani yang benar-benar dipimpin oleh Tuhan.
Sebelum dan semasa pembuangan, bangsa lbrani giat sekali menyembah
berhala. Nabi Yeremia berkata, "Seperti banyaknya kotamu demikian
banyaknya para allahmu, hai Yehuda!" (Yer. 2:28). Tetapi setelah
kembali dari pembuangan, mereka berubah menjadi bangsa yang
menyembah dan percaya hanya kepada Tuhan saja, Tuhan mereka yang esa
dan benar.
Inilah satu fakta sejarah yang luar biasa. Mengapa terjadi perubahan
yang begitu radikal dalam masa 50 tahun sampai 70 tahun itu? Karena
mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri, bagaimana segala
nubuat nabi-nabi sungguh terjadi pada masa mereka. Antara lain,
dibinasakannya kota Yerusalem, pembuangan bangsa Yahudi ke Babel dan
kejatuhan negeri Babel dengan tiba-tiba waktu Raja Koresy dari
Persia menyerang dan mengalahkan Babel. Selanjutnya Raja Koresy
memerintahkan agar Bait Allah di Yerusalem dibangun kembali.
Semuanya dinubuatkan beberapa ratus tahun sebelum peristiwa-
peristiwa itu terjadi. (Lihat Yeremia 25:8-14; 42:11; 46:13-28;
47:1-11; 48:3-8; dan Yeremia 50 dan 51).
Sebab yang lain ialah suatu kesaksian ajaib di dalam istana Babel
yang ditunjukkan Tuhan melalui seorang pemuda lbrani bernama Daniel.
Sebagai seorang tawanan, Daniel dijadikan pemimpin kedua di bawah
Raja Babel. Mengapa hal yang begitu luar biasa dapat terjadi? Karena
melalui hikmat dan kuasa Tuhan yang heran, Daniel telah mengalahkan
mantera dan ilmu sihir orang Babel. Dengan demikian bangsa Ibrani
sadar bahwa dewa-dewa orang kafir itu hanya kesia-siaan belaka dan
bahwa kehendak Tuhan sajalah yang harus dituruti.
Pada akhir masa pembuangan, 50.000 orang Yahudi yang setia kepada
Tuhan meninggalkan negara Babel atas perintah Rajanya, lalu kembali
ke tanah air mereka untuk membangun kota-kota dan desa-desa yang
dibiarkan terlantar selama masa pembuangan.
Synagoge Agung
Sebelum zaman pembuangan, nama dan badan Synagoge tidak dikenal.
Badan ini adalah dewan yang terdiri dari 120 anggota, dan menurut
tradisi, disusun oleh Nehemia dan kemudian diketuai oleh Ezra, kira-
kira 410 tahun s.M. Maksud dan tujuan pekerjaan mereka ialah untuk
menghidupkan kembali ibadah kepada Tuhan dan hidup keagamaan para
tawanan yang telah kembali dari Babel. Mereka memegang peranan
penting untuk menghidupkan, memulihkan dan menggolongkan kitab-kitab
Perjanjian Lama yang termasuk dalam kaidah Gerejani (Kitab-kitab
yang diterima sebagai ilham yang benar-benar berasal dari Allah.
Dengan kata, lain, Kanon Perjanjian Lama). Yang tak termasuk Kaidah
Gerejani adalah kitab-kitab Apokrifa. Kitab-kitab Apokrifa lebih
berguna sebagai pelajaran sejarah pada masa itu. Karangan-karangan
Yosephus juga sangat berharga sebagai kitab sejarah dari zaman yang
sama. Menurut dugaan, badan Synagoge Agung ini bergiat terus sampai
kira-kira tahun 275 s.M.
Sanhedrin dan Para Ahli Taurat
Kemudian badan Synagoge diganti dengan Sanhedrin. Dewan Sanhedrin
terdiri atas 70 orang anggota, sebagian besar para imam, bangsawan
Saduki dan beberapa orang Farisi. Sanhedrin akhirnya dihapus waktu
kota Yerusalem dihancurkan pada tahun 70 M. Melalui kegiatan
Synagoge Agung maupun badan Sanhedrin, timbullah hasrat dan
keinginan baru dalam hati sisa bangsa Ibrani untuk memelihara segala
kebenaran Tuhan dan untuk melaksanakan syariat Taurat dengan
seteliti-telitinya, agar mereka bisa menjadi bangsa yang suci. Sejak
itu, rumah-rurnah sembahyang juga disebut synagoge, di mana Firman
Tuhan dan gulungan-gulungan Kitab Taurat dibaca dan diterangkan.
Lalu synagoge-synagoge didirikan di kota-kota di mana orang-orang
Yahudi tersebar. Sayang sekali, sejak dimulainya langkah pertama
yang baik ini, dimulai juga suatu cara penafsiran tertentu dengan
berbagai peraturan tambahan, sehingga agama Yahudi menjadi agama
lahiriah yang oleh Tuhan Yesus didapati kurang berisikan perkara-
perkara rohani. Pengajaran tambahan ini pernah disebut Taurat Lisan.
Kegiatan mereka inilah akhirnya dijadikan ketentuan agama yang
sangat dipertahankan oleh para ahli Taurat.
Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor tertentu, antara lain:
- Pertobatan bangsa Yahudi pada pertengahan masa pembuangan ke
Babel yang menyebabkan mereka memerlukan bimbingan rohani yang
istimewa.
- Tidak adanya lagi nabi-nabi Tuhan yang mengajar umat pilihan
Allah. Lagipula bahasa mereka sehari-hari adalah bahasa Arami,
sehingga pada setiap kebaktian diperlukan tafsiran dan keterangan
oleh pemimpin yang ahli dalam pelajaran Taurat bahasa Ibrani.
- Di kebanyakan kota, di mana orang Yahudi telah mendirikan
synagoge-synagoge untuk rumah sembahyang mereka, dibutuhkan ahli
dalam pelajaran Taurat.
Karena kenyataan-kenyataan ini, maka para ahli Taurat segera
mendapat kedudukan yang berkuasa dan menjadi semakin menonjol
sebagai pemimpin orang Yahudi.
Orang Farisi
Sebagai pemimpin agama, orang-orang Farisi mula-mula menjalankan
segenap tuntutan Taurat dengan sungguh-sungguh. Kemudian karena
tidak sanggup, mereka mulai bertindak secara lahiriah saja. Akhirnya
mereka menjadi orang yang sangat munafik. Walaupun demikian, rakyat
Yahudi tetap mengagumi mereka sebagai pemimpin. Mereka sangat
dihormati dan disegani sehingga tak ada satu pemerintah pun yang
berani meremehkan kedudukan mereka. Khususnya dalam bidang
pemerintahan, mereka sangat menonjol sebagai suara utama dalam
segala urusan bahkan pemerintah Roma tidak sanggup menguasai
mereka, sehingga mereka dibiarkan menjalankan segala urusan
rakyatnya, kecuali urusan orang-orang yang harus menghadapi hukuman
mati. Hal ini mudah dibayangkan pada waktu kita membaca kitab-kitab
Injil. Contoh urusan semacam ini terdapat di dalam pengadilan Tuhan
Yesus sendiri waktu Pilatus bertengkar dengan para ahli Taurat.
Orang Saduki
Nama Saduki berasal dari Zadok. Orang-orang Saduki adalah anak cucu
Zadok, sedangkan bani Zadok memegang jabatan Imam Besar. Ada
kemungkinan juga bahwa nama Saduki berasal dari satu kata Ibrani
yang berarti 'benar'. Mereka adalah pembesar-pembesar yang duduk
dalam pemerintahan. Tetapi kedudukan orang-orang Saduki sebagai
golongan agama atau sebagai partai politik tidak diutamakan seperti
kedudukannya sebagai suatu golongan sosial. Kepercayaan mereka pada
Firman Tuhan tidak terlalu kuat. Mereka bersikap masa bodoh terhadap
pengharapan akan kedatangan Mesias. Mereka tidak percaya akan
kebangkitan atau akan adanya malaikat-malaikat. Biarpun mereka
membenci orang-orang Farisi, mereka duduk bersama orang-orang Farisi
dalam urusan Sanhedrin.
Herodiani
Mereka ini bukan suatu organisasi keagamaan, melainkan suatu
organisasi politik yang membela dan mempertahankan kedudukan
Herodes. Orang Farisi pada umumnya sangat membenci mereka, karena
mereka adalah orang Yahudi yang mendukung penuh pemerintah jajahan.
Orang Zelot
Zelot berarti fanatik. Orang Zelot adalah suatu parti nasional
Yahudi yang radikal. Maksud utamanya ialah membela Hukum Taurat
terhadap pengaruh kuasa pemerintah jajahan. Dengan giat mereka
berjuang dari tahun 63 s.M. sampai kepada kejatuhan kota Yerusalem
pada tahun 70 M. Mula-mula mereka hanya melawan Kerajaan Roma dengan
kekuatan senjata, tetapi akhirnya dengan segala kekerasan mereka
mulai melawan kelompok-kelompok dari bangsanya sendiri.
Septuaginta
Tradisi mengatakan bahwa atas permintaan Raja Ptolomeus Philadelphus
(2'85-247 s.M.), 70 orang ahli bahasa Ibrani diutus dari Yerusalem
ke tanah Mesir untuk menterjemahkan Perjanjian Lama dari bahasa
Ibrani ke dalam bahasa Yunani, bahasa yang umum dipakai di seluruh
Asia Tengah. Kitab Taurat Musa adalah kitab yang pertama-tama
diterjemahkan. Kemudian menyusul terjemahan kitab-kitab Perjanjian
Lama yang lain. Terjemahan ini lazim dipergunakan pada masa Kristus.
|