BAB 01

 

Pelajaran 01 -- PENGANTAR INJIL MARKUS

PENGANTAR INJIL MARKUS

A. Penulis, Tahun, dan Tempat Penulisan

1. Penulis

Selama pelayanan-Nya di dunia, Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya banyak dibantu oleh sahabat-sahabat seiman, baik berupa jamuan makan maupun tempat untuk bermalam. Di antara sahabat-sahabat itu, ada seorang wanita yang bernama Maria, yang tinggal di Yerusalem, yang selalu membuka rumahnya untuk para pelayan Tuhan. Diperkirakan wanita itu adalah ibu Markus, penulis Injil Markus (Kisah Para Rasul 12:12).

Karena itu, Markus, yang juga dikenal dengan nama Yohanes, kemungkinan besar telah mengenal banyak pelayan Tuhan, terutama murid-murid Tuhan Yesus. Di antara mereka, ada juga kakak sepupunya, yaitu Barnabas, yang menjadi salah seorang pemimpin gereja mula-mula saat itu (Kolose 4:10). Itu sebabnya, meskipun Markus bukanlah saksi mata (murid) pelayanan Tuhan Yesus, dia telah banyak mendapatkan informasi tentang Tuhan Yesus melalui para saksi, terutama dari Petrus (1 Petrus 5:13).

Petrus menyebut Markus sebagai "anaknya". Mungkin karena Petrus yang membawa Markus mengenal Yesus (1 Petrus 5:13). Diperkirakan, ketika bersama-sama dengan Petrus inilah, Markus mendapatkan informasi tentang segala sesuatu yang dilakukan dan diajarkan oleh Yesus. Banyak pendapat yang mendukung bahwa hubungan Markus dan Petrus bukan sekadar hubungan rekan sekerja, tetapi juga teman seiman yang sangat dekat. Hal ini tampak dalam beberapa tulisannya yang bersifat cukup pribadi (Markus 1:14-20; 1:29-34).

Markus memulai pelayanannya ketika Barnabas dan Saulus (Paulus) mengajaknya turut serta dalam salah satu perjalanan misi (Kisah Para Rasul 12:25; 13:5). Namun, Markus juga pernah mengundurkan diri dari pelayanan, hal ini mungkin karena dia tidak tahan dengan kesulitan dalam pelayanan sehingga dia memisahkan diri dari rombongan, lalu kembali ke rumah orang tuanya di Yerusalem (Kisah Para Rasul 13:13). Ada pendapat yang mendukung kejadian ini, yaitu karena Markus berasal dari keluarga yang cukup berada sehingga dimanja oleh ibunya. Kejadian ini sempat menjadi sumber pertentangan antara Paulus dan Barnabas karena Paulus menolak untuk membawa serta Markus dalam perjalanan berikutnya, sedangkan Barnabas tetap bertekad membawa Markus (Kisah Para Rasul 15:38) yang mengakibatkan perpisahan antara Paulus dan Barnabas.

Namun, akhirnya terbukti bahwa Paulus menerima Markus kembali, bahkan disebut-sebut sebagai seorang penolong yang baik bagi Paulus (Kolose 4:10-11; 2 Timotius 4:11; Filemon 1:24.) Dari suratnya kepada Timotius, kita dapat mengetahui mungkin Markuslah orang terakhir yang melihat Paulus hidup.

Meskipun tidak ada bukti langsung yang menghubungkan nama Markus sebagai penulis Injil, tetapi jelas bahwa penulis Injil Markus adalah seorang yang mengenal baik kelompok murid Yesus dan mengikuti pengajaran mereka secara langsung. Dia pasti juga telah ikut ambil bagian dalam pekerjaan pelayanan, termasuk menyaksikan sendiri pekerjaan misi kepada bangsa lain. Gereja abad pertama menerima Markus sebagai penulis Injil Markus.

2. Tahun dan Tempat Penulisan

Penentuan tahun penulisan Injil Markus tidak mudah karena adanya beberapa pertentangan pendapat dari para Bapak Gereja.

Papias, Klemens dari Aleksandria, dan Origen setuju bahwa Markus menulis Injil Markus berdasarkan pendiktean Petrus. Pendengar-pendengar Petruslah yang mendesak Markus untuk menuliskan kesaksian Petrus tentang Yesus. Kalau hal ini benar, maka tahun penulisan berkisar sebelum tahun 60 M.

Ireneus berpendapat lain. Menurutnya, Markus menulisnya sesudah kematian Petrus maupun Paulus. Kalau demikian, tahun penulisannya mungkin antara tahun 65 -- 68M. Akan tetapi, kalau dilihat dari bukti dalam tulisan Injil Markus, di dalamnya telah disebut mengenai penganiayaan dan kesengsaraan (Markus 8:34-38; 10:33-34,45; 13:8-13). Jika hal ini benar, tahun 60 -- 70M cocok dengan penganiayaan pada saat pemerintahan Kaisar Nero. Jika keterangan dalam Markus 13:1-37 merujuk kepada hancurnya Yerusalem, tahun penulisannya menjadi sangat lambat sekali, yaitu sesudah tahun 70M.

Markus menghabiskan banyak waktu di Roma untuk membantu pelayanan Petrus sehingga diperkirakan tempat penulisannya adalah di Roma.

B. Pembaca/Penerima

Kesan pertama membaca Injil Markus adalah penggunaan bahasa yang sangat sederhana dan biasa, tetapi demikian jelas dan hidup.

Pembaca Injil Markus adalah orang bukan Yahudi. Hal ini terlihat dari adanya beberapa kata Aram yang muncul di kitab Injil lain, yang oleh Markus diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani (mungkin untuk kepentingan para pembacanya). Juga, ada penjelasan-penjelasan detail tentang kebiasaan Yahudi (Markus 7:3-4). Ini memberikan kesan bahwa penulis menunjukkan tulisannya untuk mereka yang tidak mengetahui kebiasaan Yahudi.

Hal-hal yang dianggap penting oleh orang Yahudi juga tidak muncul, seperti silsilah atau nubuat-nubuat tentang Mesias yang disebutkan dalam Perjanjian Lama. Juga, Tuhan Yesus tidak disebutkan dengan gelar-gelar, seperti misalnya Imanuel, Raja, atau Anak Allah.

C. Tema Utama dan Tujuan Penulisan

Tema utama Injil Markus adalah Yesus sebagai "Hamba" yang mulia.

  1. Menyambut kedatangan "Hamba". Markus menceritakan pelayanan Yesus dengan didahului oleh pelayanan Yohanes Pembaptis dan peristiwa pembaptisan dan pencobaan atas Yesus.
  2. Pelayanan "Hamba". Ditunjukkan dari kemanusiaan Yesus yang sangat ditonjolkan dalam Injil Markus. Yesus marah (3:5), Yesus heran (6:6), Yesus mengeluh (8:12), Yesus memeluk anak-anak (10:16), Yesus memandang dengan kasih (10:21).
  3. "Hamba" yang dimuliakan. Setelah kemenangan atas kebangkitan-Nya, Markus menegaskan bahwa Yesus duduk di sebelah kanan Allah Bapa-Nya dan memberikan kekuatan kepada murid-murid-Nya untuk melaksanakan Amanat Agung.

Kalau tulisan Markus ini dihubungkan dengan Petrus, tujuan penulisan dapat dilihat dari kepentingan para pendengar Petrus yang ingin menyimpan semua pengajaran Yesus secara tertulis. Jika ditinjau dari isinya, Injil Markus ditulis secara khusus untuk gambaran kemanusiaan Kristus yang sejati. Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa Injil Markus ditulis untuk memberikan keseimbangan antara keberadaan Kristus sebagai Allah dan sekaligus sebagai manusia untuk melawan ajaran yang menentang kebenaran ini. Hampir setengah dari isi Injil Markus adalah untuk menceritakan minggu kesengsaraan Yesus, hal ini dilakukan untuk menunjukkan bukti akan kematian dan kebangkitan Yesus yang luar biasa.

D. Alat-Alat untuk Melakukan Studi Injil Markus

Membaca dan mempelajari suatu buku tidaklah sama. Demikian juga ketika kita ingin mempelajari kitab Injil Markus, membaca isi kitab Injil Markus saja tidaklah cukup. Kita harus mempelajarinya dengan mengupas ayat per ayat dan menganalisisnya dengan cermat supaya kita mendapatkan inti pelajaran dari ayat-ayat tersebut. Untuk mengupas dan menganalisis ayat atau pasal dengan baik, dibutuhkan beberapa alat biblika yang memadai supaya kita dapat menggalinya sesuai dengan maksud penulisan kitab Injil Markus. Berikut ini adalah alat-alat biblika yang sangat perlu dipakai supaya pembelajaran kita menghasilkan buah yang berkenan untuk diterapkan dalam hidup kita.

1. Alkitab dalam Berbagai Versi (Terjemahan) dan Bahasa
Ada banyak versi Alkitab yang bisa dipakai untuk membandingkan bermacam-macam terjemahan Alkitab yang ada. Versi-versi terjemahan Alkitab dalam bahasa INDONESIA sangat kaya. Untuk itu, silakan mengakses situs dari Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) -- http://alkitab.sabda.org -- yang menyediakan hampir semua versi terjemahan yang pernah ada dalam bahasa Indonesia. Selain itu, di situs ini juga tersedia versi-versi Alkitab dalam bahasa asli Alkitab (IBRANI dan YUNANI), bahasa INGGRIS, dan juga bahasa SUKU. Tujuan membandingkan berbagai versi dengan bahasa terjemahan Alkitab adalah supaya kita bisa mendapatkan ketepatan terjemahannya dan kekayaan arti yang diungkapkan oleh berbagai penerjemahnya. Secara khusus, tersedianya versi Alkitab dalam bahasa suku akan membantu kita mengerti ungkapan-ungkapan khusus yang ada dalam bahasa yang sudah kita pakai sehari-hari sehingga dapat memberikan arti yang lebih mudah kita mengerti.

2. Buku Pengantar Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
Setiap kitab dalam Alkitab ditulis dengan latar belakang waktu, tempat, dan penulis yang berbeda-beda. Mengetahui dan memahami latar belakang masing-masing kitab tersebut sangat penting supaya kita bisa tahu kira-kita budaya, situasi, dan kejadian yang melatarbelakangi penulisan kitab-kitab dalam Alkitab. Informasi latar belakang kitab-kitab itu bisa kita dapatkan dari buku-buku pengantar Alkitab yang ditulis oleh para ahli kitab yang dengan teliti telah menyelidikinya, termasuk secara arkeologis.

3. Kamus Alkitab dan Kamus Bahasa Ibrani/Yunani (Leksikon)
Tidak heran jika saat kita membaca Alkitab, kita akan menemukan kata-kata yang sulit kita mengerti karena ada perbendaharaan kata dan istilah yang sarat dengan arti dan makna yang sengaja dipilih oleh penulisnya untuk mengungkapkan maksudnya. Selain itu, Alkitab ditulis dalam bahasa yang juga kental dengan muatan budaya saat itu sehingga untuk mengerti dibutuhkan penjelasan yang akurat. Untuk itu, para ahli bahasa Alkitab telah menyelidiki dan menuangkannya dalam buku-buku kamus Alkitab sehingga memudahkan pembaca untuk mengetahui arti dan makna kata-kata tersebut.

4. Peta Alkitab
Kejadian-kejadian yang ditulis dalam Alkitab, terjadi dalam zaman dan tempat yang sangat spesifik yang tidak sama lagi keadaannya dengan saat ini. Karena itu, dibutuhkan pengetahuan khusus untuk mengerti tempat-tempat kejadian saat itu dan bagaimana keadaannya. Peta-peta Alkitab telah dibuat oleh para ahli Alkitab dan disediakan bagi pembaca sekarang yang ingin tahu lebih lanjut tentang tempat-tempat kejadian yang ditulis oleh Alkitab, dan bagaimana kebenarannya dalam peta dunia.

5. Tafsiran
Apa yang ditulis oleh para penulis Alkitab tidak selalu jelas dimengerti oleh pembacanya. Ketika pembaca Alkitab mencoba menyimpulkan dan menafsirkan apa yang didapat dari penyelidikan ayat-ayat Alkitab, sering kali pembaca menjadi ragu-ragu dan takut jika ia salah menafsirkan. Buku-buku Tafsiran adalah usaha dari para ahli Alkitab untuk menjelaskan arti ayat/pasal dalam Alkitab sesuai dengan cara dan metode penafsirannya. Oleh karena itu, buku-buku tafsiran dapat menolong pembaca Alkitab untuk mengecek dan membandingkan hasil tafsirannya supaya tidak melenceng dari kebenaran yang sudah didapat oleh para penafsir Alkitab yang sudah ahli dalam bidangnya.

(Catatan: Yayasan Lembaga SABDA menyediakan alat-alat studi Alkitab di atas dalam berbagai platform, di antaranya:

  1. Situs Alkitab SABDA --> http://alkitab.sabda.org
  2. Software Alkitab, dapat diunduh dengan gratis di sabda.net
  3. Aplikasi-aplikasi SABDA Android, dapat diunduh dengan gratis di play store

Silakan menyiapkan alat-alat tersebut sebelum memulai melakukan studi Alkitab Injil Markus)

E. Metode untuk Melakukan Studi Injil Markus

Untuk membaca Alkitab, tidak diperlukan metode khusus, tetapi ketika kita ingin melakukan studi/pendalaman Alkitab dibutuhkan metode yang baik sehingga proses studi Alkitab ini tidak dijalankan dengan tidak bertanggung jawab. Dalam pelajaran ini, kami ingin memperkenalkan metode pemahaman Alkitab yang dibuat oleh Yayasan Lembaga SABDA (YLSA), yang disebut Metode S.A.B.D.A. Metode ini sangat sesuai dengan ketersediaan alat-alat pemahaman Alkitab secara digital yang juga telah disediakan oleh YLSA, khususnya situs http://alkitab.sabda.org atau lima aplikasi SABDA Android yang tersedia secara gratis di Play Store, yaitu Alkitab SABDA, AlkiPEDIA, Kamus, Tafsiran, dan Peta Alkitab.

Metode S.A.B.D.A.

Langkah awal dan akhir dari metode studi Alkitab apa pun adalah berdoa. Demikian juga metode S.A.B.D.A. Mintalah kepada Allah untuk memiliki hati yang taat sehingga hasil studi Alkitab ini tidak hanya menghasilkan pengetahuan yang mendalam tentang isi Alkitab, tetapi juga komitmen untuk menerapkannya dalam hidup kita dan menjadi buah-buah bagi kemuliaan nama Tuhan.

Kemudian, ada lima langkah Metode S.A.B.D.A. yang akan menuntun kita menyelidiki Alkitab secara sistematis, bertanggung jawab, dan menyenangkan. Lima metode tersebut adalah:

  1. Simak:
    Bacalah teks Alkitab yang akan dipelajari berulang-ulang dan teliti. Bisa juga dikombinasikan dengan mendengarkan bacaan teks tersebut dari Alkitab audio. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, sangat baik jika melihat teks tersebut dalam berbagi versi dan bahasa Alkitab supaya mendapatkan hasil yang maksimal.
  2. Analisa:
    Teliti dan amatilah kata-kata penting, kata-kata sulit, atau kata-kata yang diulang-ulang dalam bacaan teks Alkitab tersebut. Jangan lupa selidikilah latar belakang tokoh, tempat, dan peristiwa dari teks yang dibaca tersebut dengan menggunakan buku-buku pengantar supaya kita tahu dengan jelas konteks budaya dan keadaan zaman itu.
  3. Belajar:
    Pelajarilah penemuan-penemuan yang didapat dari proses Simak dan Analisa di atas. Dengan pertolongan Roh Kudus, simpulkan pelajaran apa yang Tuhan ingin ajarkan kepada kita melalui teks Alkitab tersebut. Tuliskanlah hasil belajar itu supaya tidak kita lupakan dan dapat menjadi pengingat akan apa yang Tuhan kerjakan dalam hidup kita.
  4. Doa/Diskusi:
    Doakan agar teks Alkitab yang kita pelajari tersebut menerangi hati dan pikiran kita sehingga kita diubahkan oleh firman-Nya. Jika masih ada kesulitan atau keraguan dengan pelajaran yang kita dapat, bawalah dalam doa atau diskusikan dengan rekan seiman yang dewasa sehingga kita semakin dikuatkan. Lalu, jangan lupa bagikan kepada orang lain, baik lewat SMS maupun media sosial, supaya apa yang kita pelajari juga menjadi berkat bagi lebih banyak orang.
  5. Aplikasi:
    Hal yang tidak kalah pentingnya dalam mempelajari Alkitab adalah kesediaan hati untuk taat melakukan perintah Tuhan. Tanpa mengaplikasikan firman Tuhan, hidup kita tidak bertumbuh dan berbuah. Karena itu, dengan rendah hati, lakukan apa yang Tuhan telah nyatakan dan ajarkan melalui teks Alkitab supaya kehendak Tuhan dijalankan di dunia ini melalui hidup kita.

(Catatan: Kami telah menyiapkan tutorial, yang berjudul "Tutorial Metode S.A.B.D.A.", yaitu tentang bagaimana menggunakan Metode S.A.B.D.A. untuk menggali Alkitab dalam format video, silakan mengunduhnya di: http://ayo-pa.org/metode/sabda)

DOA

Terima kasih Tuhan atas kesempatan belajar ini sehingga kami boleh mengenal lebih banyak tentang Yohanes Markus. Dari kehidupannya yang tidak tahan uji, Engkau mengubah Markus menjadi seorang yang sungguh-sungguh mengasihi Engkau dan mau berkorban bagi Engkau. Pada hari ini, kalau kami bisa membaca tulisannya, yaitu Injil Markus, itu adalah anugerah. Karena itu, ubahlah hidup kami sebagaimana Engkau sudah mengubah Markus dan jadikan kami orang yang boleh Engkau pakai menjadi alat-alat-Mu yang berguna. Amin."

 

Pertanyaan 01 -- PENGANTAR INJIL MARKUS

Pertanyaan 01 -- PENGANTAR INJIL MARKUS

Sebelum mengerjakan tugas, setiap peserta harap memperhatikan petunjuk berikut ini.

  1. Bacalah Bahan Pelajaran dan semua Referensi Pelajaran 01 dengan teliti.
  2. Bacalah Pertanyaan (A) dan (B) di bawah ini, lalu jawablah dengan jelas dan tepat.
  3. Apabila Anda mendapatkan kesulitan sehubungan dengan isi Bahan Pelajaran, silakan menghubungi: < kusuma@in-christ.net >

Selamat mengerjakan!

Pertanyaan (A)

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas!

  1. Yang menulis Injil Markus adalah ....
    1. Petrus
    2. Paulus
    3. Markus
    4. Barnabas
  2. Jika mengikuti keterangan dalam Markus 13:1-37, diperkirakan tahun penulisan kitab Markus adalah tahun ....
    1. 60 M
    2. 65 M
    3. 68 M
    4. 70 M
  3. Dengan bahasa yang sederhana dan biasa, penulis Injil Markus menuliskan Injil ini kepada ....
    1. orang di luar Yahudi
    2. orang Yahudi
    3. orang Aram
    4. orang Samaria
  4. Tema utama Injil Markus adalah ....
    1. Yesus sebagai Tuhan
    2. Yesus sebagai Raja orang Yahudi
    3. Yesus sebagai Anak Allah
    4. Yesus sebagai hamba yang mulia
  5. Tujuan penulisan Injil Markus adalah sebagai berikut, kecuali ....
    1. untuk menggambarkan kemanusiaan Kristus yang sejati
    2. untuk memberikan keseimbangan antara keberadaan Kristus sebagai Allah dan sekaligus sebagai manusia
    3. untuk melawan ajaran yang menentang kebenaran yang ada di dalam Injil Markus ini
    4. untuk memberikan penjelasan tentang keberadaan Yesus sebagai Raja orang Yahudi
  6. Kemanusiaan Yesus banyak ditonjolkan dalam Injil Markus sebagai berikut, kecuali ....
    1. Yesus marah
    2. Yesus memeluk anak-anak
    3. Yesus heran
    4. Yesus menangis
  7. Berikut adalah alat-alat biblika yang perlu dipakai ketika menganalisis Injil Markus, kecuali ....
    1. buku Pengantar Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
    2. buku-buku renungan Kristen
    3. kamus Alkitab dan kamus bahasa Ibrani/Yunani (Leksikon)
    4. Alkitab dalam berbagai versi (terjemahan) dan bahasa
  8. Apa kepanjangan dari S.A.B.D.A., metode PA dari Yayasan Lembaga SABDA?
    1. Simak, Analisa, Belajar, Doa/Diskusi, dan Aplikasi
    2. Simak, Analisa, Berdoa, Diskusi, dan Aplikasi
    3. Simak, Amati, Belajar, Doa, dan Aplikasi
    4. Simak, Amati, Berdoa, Diskusi, dan Aplikasi
  9. Metode S.A.B.D.A. adalah metode yang akan menuntun kita menyelidiki Alkitab secara ....
    1. menyenangkan, akurat, dan tajam
    2. sistematis, Menyenangkan, dan bertanggung jawab
    3. bertanggung jawab dan akurat
    4. menyenangkan, sistematis, dan tajam
  10. Berikut ini adalah alat-alat yang disediakan oleh YLSA untuk mendukung studi Alkitab Injil Markus, kecuali ....
    1. situs Alkitab SABDA
    2. software Alkitab
    3. bahan-bahan publikasi SABDA
    4. aplikasi-aplikasi SABDA Android

Pertanyaan (B)

Pertanyaan B adalah pertanyaan esai untuk dijawab dengan uraian dan penjelasan yang lengkap!

  1. Jelaskan bukti eksternal tentang kepenulisan Injil Markus!
  2. Metode apa yang selama ini Anda gunakan dalam melakukan pendalaman Alkitab (PA)? Silakan bagikan pengalaman Anda ketika melakukan PA dengan metode tersebut!
Referensi SIM-01a diambil dari:
Judul Buku : Introduksi Perjanjian Baru
Judul artikel : Injil Markus
Penulis : Rev. Ola Tulluan, Ph. D.
Penerbit : Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia (YPPII)
Halaman : 41 -- 48

 

REFERENSI PELAJARAN 01a - PENGANTAR INJIL MARKUS

INJIL MARKUS

1. Penulis

Nama si penulis tidak disebut dalam Injil Markus, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Namun, tradisi gereja mula-mula menegaskan dengan suara bulat bahwa si penulis adalah Markus yang disebut dalam Kis. 12:12. Dia adalah murid Petrus (1 Ptr. 5:13). Rupa-rupanya, Markus itu dibesarkan dalam keluarga Kristen yang cukup rohani. Dalam Kis. 12:12 dikatakan bahwa banyak orang berkumpul di rumahnya dan berdoa.

Kesaksian yang penting jelas dari tokoh-tokoh gereja mula-mula terdapat dalam tulisan Papias. Dia menulis: "Markus, juru bahasa Petrus, mencatat dengan teliti walaupun tidak memperhatikan urutan peristiwa-peristiwa itu. Dia menulis sesuai dengan ingatannya karena dia tidak pernah mendengar Yesus atau bertemu dengan Dia. Namun, dia dididik di bawah pimpinan Petrus. Oleh karena itu, semua yang ditulis Markus itu benar. Segala sesuatu ditulis dengan teliti dan dia berusaha untuk tidak melupakan sedikit pun dari apa yang didengarnya."

Klemens dari Alexandria (mati th. 220) mengatakan bahwa Injil yang kedua itu ditulis oleh Markus atas dorongan dan keinginan para pendengar Petrus di kota Roma. Juga kesaksian-kesaksian yang lain dari tokoh-tokoh gereja mula-mula menegaskan bahwa si penulis adalah Markus, tetapi dia bergantung pada Petrus.

Kitab Markus sendiri diwarnai oleh latar belakang si penulis. Jelas bahwa dia mengenal adat istiadat orang Yahudi. Juga perlu diperhatikan bahwa dia mencatat dengan teliti dan mendetail dalam peristiwa-peristiwa yang dilaporkannya, antara lain dalam 1:20 "orang-orang upahan Zebedeus" disebut. Hal ini juga tampak dalam istilah "dengan peringatan yang keras" (1:43). Hanya Markuslah yang menyebut "perahu-perahu lain" (4:36), "Yesus tidur ... di sebuah tilam" (4:38), "di atas rumput hijau" (6:39-40), dan seterusnya. Jelas bahwa Markus mengusai semua bahan yang dilaporkannya.

Walaupun Markus bukan seorang rasul dan walaupun Papias menulis bahwa dia tidak pernah mendengar Yesus, ada kemungkinan besar bahwa paling sedikit satu kali dia bertemu dengan Tuhan Yesus dan rasul-rasul-Nya. Hampir semua penafsir sependapat bahwa "orang muda" dalam Mrk. 14:51-52 adalah Markus sendiri. Salah satu sebabnya ialah bahwa hanya Injil Markus yang mencatat peristiwa itu. Rupanya yang lain tidak tahu bahwa dia ada di taman Getsemani pada waktu Yesus ditangkap. Hanya dia sendiri yang tahu.

Menurut Kis. 12:12, Markus adalah orang Yerusalem. Di rumahnya, orang-orang percaya sering berkumpul. Ada kemungkinan bahwa Tuhan Yesus makan Paskah dengan murid-murid-Nya di rumah itu (14:12, dst.) Dan, ada kemungkinan bahwa "ruang atas, tempat murid-murid Tuhan Yesus menumpang" (Kis. 1:13-14) setelah Yesus naik ke surga, ialah di rumah itu. Kalau begitu, jelas bahwa Markus mengenal semua pemimpin gereja mula-mula.

Dalam 1 Ptr. 5:13 dikatakan bahwa Markus adalah "anak Petrus". Ada kemungkinan bahwa Markus bertobat melalui pelayanan Petrus (1 Tim. 1:1-2). Kolose 4:10 menyatakan bahwa Markus adalah keponakan Barnabas. Hal itu merupakan salah satu sebab mengapa Markus diikutsertakan dalam perjalanan misi yang pertama-tama bersama-sama dengan Paulus dan Barnabas (Kis. 13:5).

Dia menyertai mereka sebagai pembantu mereka. Namun, setibanya di Perga, Markus meninggalkan mereka, lalu kembali ke Yerusalem (Kis. 13:13). Kita tidak tahu apa sebabnya, tetapi karena masalah yang timbul, maka Paulus tidak mau mengikutsertakan dia lagi dalam perjalanannya. Oleh karena itu, Paulus dan Barnabas berpisah (Kis. 15:37-39). Setelah itu, Markus tidak disebut lagi dalam Kisah Para Rasul. Hal ini menunjukkan bahwa watak Markus cukup keras. Dia mempunyai pikiran-pikiran dan pandangan-pandangan sendiri. Dia tidak mau disuruh orang lain.

Kemudian, kita bertemu dengan Markus ketika Paulus sudah dipenjarakan di Roma (Kol. 4:10, Flm. 24). Dalam Filemon 24, dia disebut sebagai teman sekerja Paulus. Dalam Kol. 4:10, Paulus minta orang Kolose menerima Markus dengan baik apabila dia datang kepada mereka. Rupa-rupanya hubungan dengan Paulus sudah dipulihkan kembali. Dalam II Tim. 4:11, Paulus minta Timotius membawa Markus ke Roma "karena pelayanannya penting bagiku".

Kita tidak tahu dengan pasti kapan dan bagaimana dia mati. Ada satu tradisi yang menyatakan bahwa dia mendirikan jemaat-jemaat di Alexandria (Mesir) dan kemudian mati syahid di sana. Tidak ada sesuatu yang membuktikan tradisi itu.

2. Alamat

Seperti yang dikatakan di atas, Injil Markus ditulis atas dorongan dan keinginan para pendengar Petrus di Roma. Secara tidak langsung, Injil sendiri mendukung pandangan ini. Yang jelas adalah bahwa Injil Markus dialamatkan kepada orang bukan Yahudi yang berbahasa Latin. Ada beberapa sebab, yaitu:

  1. Adat istiadat Yahudi dan pemakaiannya dijelaskan (Mrk. 7:2; 14:12; dst.). Sebabnya adalah para pembaca tidak tahu tentang adat istiadat orang Yahudi.
  2. Kata-kata Ibrani/Arami selalu diterjemahkan (7:34).
  3. Dia sering memakai istilah-istilah Latin, atau menerjemahkan istilah-istilah Yunani ke dalam bahasa Latin. Markus memakai istilah Latin untuk menjelaskan tentang ke mana Tuhan Yesus dibawa setelah Dia ditangkap, yaitu istilah "gedung pengadilan" (Mrk. 15:16).
  4. Satu-satunya kitab Injil yang menyebut tentang Rufus dan Alexander, anak-anak Simon, orang Kirene, adalah Injil Markus. Ini berarti bahwa baik Markus sendiri maupun para pembaca sudah mengenal kedua orang ini. Rufus ini juga disebut dalam Rm. 16:13 sebagai orang Roma.

Kesimpulan: Injil Markus ditujukan kepada orang Kristen di Roma, dan melalui mereka diteruskan kepada kita semua.

3. Waktu

Sudah kita singgung bahwa ada hubungan yang erat antara Petrus dan Markus. Walaupun demikian, tidak bisa dipastikan mengenai waktu penulisan Injil yang ke-2 itu. Klemens dan Origenes mengatakan bahwa Injil Markus ditulis pada waktu Petrus masih hidup, yaitu sebelum tahun 65. Namun, Ireneus mengatakan bahwa Injil itu ditulis baru sesudah Petrus mati syahid di Roma.

Hal ini menunjukkan bahwa semua bahan dikumpulkan dan disusun antara tahun 50 dan 68. Para ahli penafsir sependapat bahwa Injil Markus ditulis lebih dahulu dari Injil Matius. Bahkan, Injil Markus dianggap sebagai Injil yang pertama, dilihat dari segi penulisannya.

4. Integritas Injil Markus

Dalam kalangan ahli teologi, ada diskusi mengenai Markus 16:9-20. Yang dipersoalkan adalah berikut ini:

a. Bagian penutupan itu tidak dicantumkan duri permulaan, tetapi kemudian ditambah oleh orang lain. Pandangan ini didukung oleh adanya beberapa naskah tua (antara lain "Vaticanus" dun "Sinaiticus"). Naskah-naskah tersebut diakhiri dengan ayat 8. Ada juga naskah-naskah lain yang mempunyai penutupan yang lain. Menurut pandangan kami, hal ini tidak perlu dipersoalkan. Kami menyinggungnya saja supaya kita tahu bilamana kita dihadapkan dengan masalah ini dalam pelayanan.

Sebenarnya, kita tidak perlu mengambil bagian dalam diskusi ini yang tak ada putus-putusnya. Kita cukup menjawab bahwa bagian terakhir ini juga diakui sebagian firman Tuhan oleh gereja mula-mula. Itu berarti bahwa janji Tuhan dalam Mrk. 16:18 masih tetap berlaku.

b. Kalau kita terima bahwa Mrk. 16:9-20 tidak dicantumkan oleh Markus sendiri, tetapi ditambah kemudian, timbul persoalan yang lain: adakah Mrk. 16:8 merupakan ayat terakhir, atau adakah penutupan yang lain yang sudah hilang? Dalam hal ini, tidak bisa kita pastikan apa-apa. Namun, perlu diperhatikan hal berikut ini:

Kesimpulan: Kita menolak tersangkut dalam diskusi mengenai ini. Kita memegang firman Tuhan sebagaimana firman Tuhan yang diberikan kepada kita.

5. Rumusan Inti Berita Injil Markus

a. Maksud Markus dengan menulis Injil ini dinyatakan dalam ayat pertama: "Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah" (1:1). Markus ingin menyatakan Yesus sebagai Anak Allah. Istilah "Yesus Kristus, Anak Allah" sering terdapat dalam Injil Markus. Hanya perlu diperhatikan bahwa uraian Markus tentang Yesus Kristus sebagai Anak Allah tidak terjadi secara dogmatis atau teoretis, tetapi secara praktis melalui pemberitaan tentang Yesus yang berkuasa atas segala macam sakit penyakit, dan dengan kuasa ilahi-Nya, Dia mengusir setan-setan dari orang yang kerasukan.

Dialah Tuhan atas alam semesta. Hanya satu kata cukup untuk meredakan angin ribut (4:39). Setelah Tuhan Yesus mati di kayu salib, kepala pasukan Romawi berkata: "Sungguh, orang ini adalah Anak Allah" (15:39). Karena Markus tidak memusingkan uraian teologis, maka ia lebih mengutamakan perbuatan-perbuatan Tuhan Yesus daripada perkataan-perkataan-Nya. Memang Markus juga melaporkan bahwa Tuhan Yesus mengajar murid-murid-Nya (1:21; 8:31; dan seterusnya). Namun, Dia tidak begitu sering menyinggung apa yang diajarkan kepada mereka ataupun kepada orang lain.

Satu hal lagi yang menggarisbawahi bahwa kitab ini bersifat praktis ialah pemakaian kata "segera". Kata ini terdapat 8 kali dalam pasal pertama; dalam seluruh Markus terdapat 42 kali, padahal dalam Matius terdapat 7 kali, dan Lukas 1 kali saja. Sidlow Baxter berkata: "Kata ini merupakan tanda tangan Markus yang menandai berulang kali perbuatan-perbuatan yang diceritakannya."

b. Markus tidak bermaksud untuk menulis riwayat hidup Tuhan Yesus. Markus bermaksud untuk memberitakan "Injil tentang Yesus Kristus", atau lebih tepat menurut bahasa aslinya: "Injil Yesus Kristus". Perlu diperhatikan juga bahwa Markus tidak memperkenalkan banyak orang. Seluruh Injil ini dipusatkan kepada yang paling penting untuk jelasnya "Injil Yesus Kristus", yaitu pelayanan Yesus Kristus", yang menuju kepada kematian-Nya di kayu salib dan kebangkitan-Nya. Kalau kita perhatikan panjangnya Injil ini, maka menjadi jelas bahwa segi penderitaan Yesus diberi banyak tempat, dibandingkan dengan kitab-kitab Injil yang lain.

c. Yang diberitakan oleh Markus ialah sesuatu yang baru untuk para pembaca. Oleh karena itu, sangat sederhana bahasa dan susunannya. Injil ini tidak menuntut banyak pengetahuan teologis. Tidak perlu ada pengetahuan yang dalam dengan PL. Juga tidak ada banyak khotbah dan pengajaran. Yang diberi perhatian khusus adalah mukjizat-mukjizat Tuhan Yesus. Kalau kita perhitungkan panjangnya Injil ini, mukjizat-mukjizat-Nya yang diberi tempat terbanyak, dan jauh lebih banyak daripada di dalam Injil-Injil yang lain.

d. Oleh karena Markus tidak mencatat khotbah-khotbah Tuhan Yesus sebagaimana Matius mencatatnya, maka Injilnya menjadi kitab Injil yang paling pendek. Hanya ada beberapa ayat yang menyangkut Khotbah di Bukit (9:50; 4:21; 11:25-26; 1:22). Perumpamaan-perumpamaan tentang Kerajaan Allah yang panjang lebar diuraikan dalam Matius l3, hanya secara ringkas disebut oleh Markus (4:1-20). Perintah Tuhan Yesus kepada dua belas rasul dalam Matius 10 terdiri dari 42 ayat, dalam Markus hanya 7 ayat. Sedangkan teguran Tuhan Yesus terhadap kota-kota Galilea yang tidak mau bertobat, tidak disebutkan dalam Markus sama sekali. Peringatan Tuhan Yesus kepada para ahli Taurat dan orang Farisi (Mat. 23) juga tidak disebut dalam Markus. Hal "Kerajaan" pokok utama dari pengajaran Yesus, yang dalam Matius disebut lebih dari 50 kali, dalam Markus hanya disebut l4 kali saja. Semuanya ini menggarisbawahi bahwa Markus adalah Injil yang khusus menceritakan perbuatan dan pekerjaan Tuhan Yesus.

Referensi SIM-01b diambil dari:
Judul Buku : Pengantar Perjanjian Baru Volume 1
Judul artikel : Kepenulisan Injil Markus
Penulis : Donald Guthrie
Penerbit : Momentum
Halaman : 61 -- 69

 

REFERENSI PELAJARAN 01b - PENGANTAR INJIL MARKUS

KEPENULISAN

a. Bukti Eksternal

Kesaksian pada masa awal kekristenan bahwa Markus menulis Injil ini begitu kuat sehingga kita hanya perlu menyebutkan bukti-bukti ini. Papias, Kanon Muratorian, Irenaeus, Clement dari Alexandria, Origen, Jerome, semua mengatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Markus. Selain itu, dalam penulisan Injil Markus, mereka semua mengaitkan Markus dengan Petrus. Beberapa kritik modern melawan kedua asumsi tradisional ini. Mereka menganggap bukti-bukti Papias tidak akurat dan semua bukti eksternal lain diabaikan karena dianggap memakai Papias sebagai sumber. Menurut kritik lain, tradisi mengaburkan Yohanes Markus dengan penulis Injil Markus. Kita akan membahas kritik yang terakhir ini terlebih dahulu.

b. Siapa Itu Markus?

Samakah penulis Injil Markus dengan Markus di Kisah Para Rasul? Keberatan penting terhadap penyamaan ini adalah latar belakang non-Palestina Injil Markus, yang dianggap tidak mungkin ditulis oleh Markus yang pernah tinggal di Yerusalem. Selain itu, penyamaan ini secara spesifik baru terjadi pada masa Jerome. Namun, kita telah melihat bahwa dugaan latar belakang non-Palestina ini bisa berasal dari kurangnya data dan perbedaan antara Galilea dan Yerusalem. Jika benar demikian, nilai dugaan ini akan berkurang. Namun, pendapat tradisional didasarkan pada apa yang tidak dikatakan. Tradisi tampaknya menyamakan Markus dengan Yohanes Markus. Markus disebut tiga kali dalam Perjanjian Baru (Kis. 12:12, 25; 15:37)dan Markus disebut beberapa kali (Kis. 15:39; Kol. 4:10; 2 Tim. 4:11; Flm. 24; 1 Ptr. 5:13). Di Kolose, ia disebut sebagai keponakan Barnabas, yang jelas sesuai dengan catatan tentang Yohanes Markus di Kisah Para Rasul. Sangat mungkin ibunya cukup penting karena menurut Kisah Para Rasul 12, rumahnya dijadikan tempat pertemuan jemaat mula-mula (bdk. 12:12). Markus menyertai Paulus dan Barnabas pada perjalanan misi mereka yang pertama meskipun ia membuat Paulus marah karena meninggalkan mereka sebelum perjalanan itu usai. Meski Paulus dan Barnabas sempat berselisih karena dirinya, nantinya mereka kembali berdamai, sebab ia bersama dengan Paulus saat Surat Kolose dan Filemon ditulis (Kol. 4:10; Flm. 1:24). Setelah itu, ia dicatat menyertai Petrus (l Ptr. 5:13). Relasinya dengan Petrus dan Paulus ini merupakan ciri terpenting. Hanya mereka yang dipengaruhi antitesis Tubingen antara Petrus dan Paulus, akan menganggap kaitan erat di antara keduanya mustahil. Dapat dibenarkan jika kita mengklaim bahwa semua yang kita ketahui tentang Markus dari Perjanjian Baru akan membuat kita cenderung menganggapnya sebagai kandidat yang mungkin untuk menulis Injil. Sama sekali tidak ada bukti internal yang menunjukkan hal ini tidak mungkin.

c. Kaitan dengan Petrus

Dalam perkembangan teori dua dokumen, fakta bahwa Petrus diyakini berada di balik Injil Markus merupakan faktor pendukung penting. Jika Injil Markus adalah sumber bagi Injil Sinoptik lain, maka Injil ini harus dipandang otentik, dan keterkaitan dengan Petrus akan sangat berharga bagi hal ini. Dengan bangkitnya kritik bentuk dan kritik redaksi, para teolog semakin ragu untuk menegaskan kaitan antara Petrus dengan penulis Injil Markus. Jika Injil Markus terdiri dari unit-unit tradisi yang diciptakan oleh komunitas, maka mustahil kita menegaskan adanya kaitan dengan Petrus. Karena itu, sebagian besar teolog hari ini tidak menghargai bukti eksternal ini.

Bukti Papias tidak dapat semudah itu diabaikan. Pernyataannya yang dikutip Eusebius berbunyi seperti berikut: "Karena Markus adalah penafsir (hermeneutes, ermeneutes) Petrus, maka ia menulis secara akurat, meski tidak secara berurutan (ou mentoi taksei, ou mentoi taksei), hal-hal yang ia ingat dikatakan atau dilakukan oleh Tuhan. Ia tidak mendengar Tuhan dan tidak pula mengikuti Dia, tetapi seperti yang telah saya katakan, [mendengar dan mengikuti] Petrus yang menyesuaikan pengajarannya dengan kebutuhan [pendengarnya], tetapi tidak seperti membuat narasi dari ucapan-ucapan Tuhan (kuriakon Iogion, KuriaKov loyiov). Hasilnya, Markus menulis hal-hal yang ia ingat, ia sama sekali tidak membuat kekeliruan; ia berhati-hati dalam satu hal, tidak melewatkan apa pun yang ia dengar atau memalsukan hal itu. "Dari sini, kita dapat mendeduksi beberapa hal: (l) Papias menganggap khotbah Petrus sebagai sumber utama kesaksian Markus. (2) Relasi Markus dan Petrus ditentukan oleh kata 'herméneutes' (ermeneutas). Meski kata ini dapat berarti penerjemah atau penafsir, sebagian besar teolog setuju yang pertama harus dipilih dalam konteks ini. Sulit memastikan maksud Papias saat ia berkata Markus tidak menulis secara berurutan (ou mentoi taksei, ou mentoi taksei), tetapi umumnya hal ini dianggap sebagai urut-urutan kronologis. 4) Pernyataan ini jelas membela Markus yang bisa jadi tidak terlalu dinilai tinggi karena dianggap tidak berasal dari sumber rasuli.

Sebagian besar teolog menerima bahwa Papias merujuk kepada penulis Injil Markus, tetapi ada pandangan bahwa ia merujuk pada Q, yang dilihat sebagai kumpulan bahan katekisasi Petrus. Namun, pandangan seperti ini bukanlah pemahaman yang paling alamiah terhadap kata-kata Papias, dan para penulis patristik berikutnya tidak memahami kata itu sedemikian.

Ada ketegangan modern di antara mereka yang sepenuhnya mengabaikan bukti Papias karena tradisi komunitas di antara peristiwa dan catatan atas peristiwa itu dianggap menghilangkan pengaruh dari para saksi mata," dengan mereka yang meski tidak ingin menganggap semua materi berasal dari Petrus, masih ingin menganggap tradisi awal kekristenan cukup penting. Hal ini jelas menunjukkan bahwa tradisi ini belum bisa dibuktikan bersalah, meskipun telah dilawan.

PENANGGALAN

Injil Markus adalah satu-satunya Sinoptik yang penanggalannya dapat dibahas tanpa merujuk kepada problem Sinoptik; setidaknya, jika hipotesis belakangan tentang prioritas Injil Markus diterima. Namun, jika pandangan tradisional bahwa Injil Markus merupakan abstraksi Injil Matius terbukti benar, maka penanggalan Injil Markus akan tergantung pada penanggalan Injil Matius. Mana pun yang benar, kita perlu melihat semua bukti yang ada, terlepas dari kaitan Injil Markus dengan Injil-Injil lain. Bukti eksternal akan dilihat terlebih dahulu.

a. Bukti Eksternal

Kita telah melihat bahwa tradisi awal saling bertentangan. Tradisi yang satu menegaskan bahwa Markus menulis setelah kematian Petrus (Irenaeus), yang lain berkata bahwa Injil Markus ditulis saat Petrus masih hidup (Clement). Karena kedua tradisi ini sangat awal dan hampir sezaman, maka tampaknya terdapat ketidakjelasan tentang asal usul Injil Markus, kecuali jika salah satunya dapat dipahami secara berbeda. Ada upaya untuk menyatakan Irenaeus tidak bertentangan dengan Clement karena ia tidak bertujuan memberikan informasi kronologis tentang asal usul Injil Markus, tetapi sekadar menyatakan kesinambungan tulisan Markus dengan khotbah Petrus. Meski mungkin, penafsiran seperti ini kabur, dan mayoritas teolog setuju bahwa Irenaeus mau berkata Markus menulis setelah kematian Petrus. Namun, itu berarti kita masih harus memutuskan mana yang benar, Irenaeus atau Clement. Sebagian besar teolog memilih Irenaeus. Namun, harus diingat bahwa Irenaeus juga berkata bahwa Matius sudah ditulis sementara Petrus dan Paulus masih berkhotbah, yang berarti Matius ditulis sebelum Markus. Dalam hal ini, kritik modern menerima satu garis bukti Irenaeus dan menolak yang lain. Setidaknya, ada kemungkinan bahwa cara penilaian seperti ini keliru.

Bisa dipertanyakan apakah yang Irenaeus maksudkan memang adalah kematian Petrus. Kata "exodus" yang ia pakai dapat berarti pergi meninggalkan. Hal ini didukung oleh komentar Prolog Anti-Marcion atas Injil Markus yang menyatakan bahwa Markus menulis post excessionem Petrus, yang dapat berarti meninggal atau meninggalkan. Itu berarti menurut tradisi, Markus menulis setelah Petrus meninggalkan Roma, dan pertanyaannya, kapan hal ini terjadi. Ada bukti-bukti yang menunjukkan bahwa Petrus datang ke Roma pada masa Claudius, yang dideduksikan dari ucapan Justin Martir bahwa Simon Magus berada di Roma pada saat itu. Fakta ini, bersama dengan legenda pertemuan Simon dengan Petrus di Roma yang ditegaskan oleh Hippolitus, dianggap cukup untuk menduga Petrus pernah datang ke Roma pada 42 M.

Jika tradisi ini benar, maka Irenaeus bisa jadi mau berkata bahwa Markus menulis setelah Petrus meninggalkan Roma di zaman Claudius. Hal ini membuat Injil Markus bisa ditulis lebih awal. Dugaan lain, Markus mulai menulis Injil sebelum kematian Petrus dan menyelesaikannya setelah Petrus meninggal dunia.

b. Bukti Internal

Aspek kunci dan bukti internal adalah rujukan kepada "Pembinasa keji" yang berdiri di tempat yang tidak sepatutnya (Mrk. 13:14), yang dianggap merujuk kepada Bait Allah. Namun, apakah hal ini merujuk kepada penyerangan dan jatuhnya Yerusalem pada tahun 70 M? Secara umum, diasumsikan bahwa inilah artinya sehingga Markus harus menulis tepat sebelum Yerusalem jatuh, atau setidaknya cukup dekat, sehingga ia dapat menduga pencemaran Bait Allah dengan tepat. Penafsiran ini sepenuhnya mengesampingkan kemungkinan bahwa kalimat itu merupakan nubuat Yesus.

Kita dapat mengajukan keberatan serius terhadap teori bahwa catatan Markus ditulis setelah peristiwa itu terjadi karena Markus menunjukkan bahwa orang Kristen lari ke bukit-bukit di Yudea, sementara tradisi mencatat mereka lari ke Pella, suatu kota dataran rendah di timur Yordan.

Menurut sebagian teolog, Markus terutama merujuk usaha Caligula untuk menaruh patungnya di Bait Suci pada tahun 40 M, yang gagal karena ia terlebih dahulu dibunuh. Salah satu teori menganggap Injil Markus baru ditulis setelah peristiwa itu. Namun, teori ini tidak memperoleh dukungan.

Pertimbangan penting adalah dapatkah Yesus menubuatkan bencana yang mendekat. Jika Yesus sendiri yang menubuatkan peristiwa itu, maka Mrk. 13:14 tidak lagi menjadi inti problem kronologis. Frasa yang dipakai untuk melukiskan peristiwa ini cukup samar dan berasal dari Daniel sehingga lebih masuk akal untuk menduga bahwa frasa itu ditulis sebelum peristiwa yang sebenarnya terjadi. Siapa yang akan menyangkal bahwa Yesus memiliki kuasa untuk melihat hiruk-pikuk situasi politik yang akan terjadi pada masa depan dan yang akan mencemari Bait Allah? Kemungkinan lain bahwa kalimat ini bisa ditafsirkan sebagai kedatangan Antikristus, mengaburkan relevansinya bagi problem penanggalan.

Bukti internal lain adalah rujukan penganiayaan di Injil Markus, dan perhatian penulis terhadap kebebasan bangsa-bangsa lain. Namun, keduanya tidak banyak menolong di dalam menentukan kapan Injil Markus ditulis karena keduanya terlalu umum untuk dikaitkan dengan periode spesifik tertentu. Misalnya, saat Markus 13:8 menyebut gempa bumi dan kelaparan sebagai "permulaan penderitaan", tidak ada alasan hal ini harus merujuk pada permulaan penyerangan Yerusalem. Selain itu, Markus 13:10, yang menegaskan bahwa Injil harus diberitakan ke segala bangsa, sulit dipakai untuk menetapkan, baik penanggalan 60 -- 70 M ataupun penanggalan yang lebih awal, karena misi kepada bangsa-bangsa lain telah implisit di dalam rencana Tuhan bagi gereja-Nya.

Meski mayoritas teolog yakin Markus harus ditulis 65 -- 70 M, tidak mustahil untuk memegang penanggalan yang lebih awal. Harnack' memegang penanggalan sebelum 60 M dan Allen sebelum 50 M. Argumentasi Harnack didasarkan pada penanggalan awal atas Kisah Para Rasul (63 M) yang berarti Injil Lukas harus ditulis sebelum itu, dan Injil Markus ditulis sebelum Injil Lukas. Teori Allen dipengaruhi oleh keyakinannya bahwa Injil Markus yang asli ditulis dalam bahasa Aram, dan hipotesis ini menuntut penanggalan yang lebih awal. Penanggalan Harnack umumnya ditolak karena penanggalannya akan Kisah Para Rasul tidak diterima (lihat 1:107 c.k. 103, 1:318 dst.). J.A.T. Robinson juga dengan kuat memegang penanggalan yang lebih awal. Ia menduga Markus membuat catatan konsep (draft) dari khotbah Petrus (45 M), lalu menyusunnya dalam bentuk yang lebih tertata sebagai proto-Markus, sebelum mencapai tahap final bersama Injil-lnjil Sinoptik lain pada akhir 50 M atau awal 60 M.

Ada pula teori yang menganggap Injil Markus ditulis setelah jatuhnya Yerusalem. Salah satu pendukung teori ini adalah B.W. Bacon, yang mengusulkan setelah 75 M tahun di mana seorang filsuf Cynic dipenggal karena menegur tindakan imoral Titus dengan Bernice, saudari Agrippa II, sebab ia melihat peristiwa ini paralel dengan pembunuhan Yohanes Pembaptis. Argumentasi seperti ini tidak meyakinkan dan hanya sedikit teolog yang mengikuti Bacon dalam hal ini.

Teori yang lebih kuat dipaparkan oleh Brandon, yang khususnya memakai situasi historis Injil Markus. Menurutnya, penulisan Injil seperti Markus hanya memiliki penyebab efektif, dan ia menemukan hal ini dalam situasi Roma setahun atau lebih setelah prosesi kemenangan Flavianus merebut Yerusalem. Gagasan umumnya adalah kebencian terhadap bangsa Yahudi pada masa itu membuat orang-orang Kristen Roma memerlukan Injil yang memisahkan Yesus dan Yahudi Yerusalem. Brandon menguraikan teorinya dengan sangat cerdas, dengan memperhitungkan pengajaran eskatologi di Markus 13 dan serba-serbi Injil Markus, seperti pengakuan prajurit Romawi atas Yesus (sementara para pengikut Yahudi-Nya gagal mengenali hal ini), catatan tentang robeknya selubung Bait Allah, sikap Yesus terhadap pembayaran pajak terhadap Kekaisaran Roma, dan tidak disebutnya Yudas sebagai "orang Zelot". Namun, sebagian besar rekonstruksi Brandon bersifat dugaan dan bukti-bukti yang ia kutip juga dapat mendukung penanggalan yang lebih awal. Kebencian terhadap bangsa Yahudi bukan baru pertama kali muncul di benak orang Roma setelah tahun 70 M. Keputusan Claudius mengusir orang-orang Yahudi dari Roma telah cukup mempercepat situasi kritis yang mendesak orang Kristen menjelaskan relasinya dengan Yudaisme. Selain itu, rekonstruksi Brandon didasarkan pada presuposisi bahwa setelah jatuhnya Yerusalem, penulis sadar bahwa akan sulit untuk percaya bahwa Yesus tidak menubuatkan peristiwa itu sehingga ia memasukkan prediksi Dominical akan hal ini.

 

BAB 02

 

Pelajaran 02 -- PENDAHULUAN DAN PELAYANAN YESUS DI GALILEA

PENDAHULUAN DAN PELAYANAN YESUS DI GALILEA

Bacaan: Markus 1:1 - 7:23

Setelah dibaptis, Yesus dituntun oleh Roh ke padang belantara selama 40 hari 40 malam. Di sana, Dia dicobai oleh setan. Setelah itu, Yesus memulai pekerjaan dan pelayanan-Nya di dunia. Injil Markus membuka pelayanan Yesus dimulai dari Galilea, kemudian dilanjutkan ke daerah-daerah lain. Sehubungan dengan hal ini, sangat penting bagi kita untuk menggali lebih dalam bagaimana pendahuluan pelayanan Yesus dan apa saja yang terjadi selama Yesus melayani di Galilea. Dengan melakukan studi Alkitab Injil Markus, kita akan memahami dan memiliki gambaran yang jelas mengenai pelayanan Tuhan Yesus di Galilea yang terdapat dalam Markus 1:1 - 7:23.

A. Awal Pelayanan Yesus

1. Permulaan Injil Markus (Markus 1:1-8)

Permulaan Injil Markus dimulai dengan kutipan para nabi: "Lihatlah! Aku mengirim utusan-Ku mendahului Engkau yang akan mempersiapkan jalan bagi-Mu; Ada suara orang yang berseru-seru di padang belantara: ‘Siapkanlah jalan bagi Tuhan, buatlah jalan-Nya lurus.’" Pada saat itu, Yohanes Pembaptis tampil di padang belantara dan memberitakan baptisan pertobatan untuk pengampunan dosa. Lalu, semua penduduk Yudea dan semua orang Yerusalem datang kepadanya, dan dengan mengakui dosa-dosanya, mereka dibaptis oleh Yohanes di Sungai Yordan. Pakaian Yohanes terbuat dari rambut unta dengan ikat pinggang kulit. Makanannya adalah belalang dan madu hutan. Inilah yang diberitakannya, "Setelah aku, akan datang Dia yang lebih berkuasa daripada aku dan aku tidak layak untuk membungkuk dan melepaskan tali sandal-Nya. Aku telah membaptis kamu dengan air, tetapi Dia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus." Subjek dari perkataan Yohanes Pembaptis ini adalah Yesus yang akan membuka jalan manusia kepada Allah.

2. Yesus Dibaptis dan Pencobaan di Padang Belantara (Markus 1:9-13)

Pada saat itu, Yesus datang dari Nazaret, wilayah Galilea, dan dibaptis oleh Yohanes di Sungai Yordan. Segera sesudah keluar dari air, Dia melihat langit terbelah dan Roh turun menyerupai burung merpati ke atas-Nya. Dan, suatu suara datang dari surga, "Engkau adalah Anak-Ku yang terkasih. Kepada-Mu Aku berkenan." Dengan segera, Roh membawa Yesus ke padang belantara. Dia berada di padang belantara selama 40 puluh hari dan dicobai oleh setan. Di sana, Dia bersama dengan binatang-binatang liar, dan para malaikat melayani-Nya.

B. Pelayanan Yesus di Galilea

1. Yesus Memanggil Murid-Murid yang Pertama (Markus 1:14-20)

Sesudah Yohanes ditangkap, Yesus datang ke wilayah Galilea, memberitakan Injil Allah. Dia berkata, "Waktunya telah genap, dan Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!"

Ketika Yesus sedang menyusuri tepi Danau Galilea, Dia melihat Simon dan Andreas, saudaranya, sedang menebarkan jala di danau karena mereka adalah penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka, "Ikutlah Aku, dan Aku akan menjadikan kamu penjala manusia." Segera Simon dan Andreas meninggalkan jala mereka dan mengikut Dia. Ketika Yesus pergi lebih jauh lagi, Dia melihat Yakobus, anak Zebedeus, dan Yohanes, saudaranya, yang berada di perahu mereka sedang memperbaiki jala. Segera Yesus memanggil mereka dan mereka meninggalkan Zebedeus, ayah mereka, di perahu dengan para buruh bayaran, lalu pergi mengikut Yesus.

2. Yesus Mengajar di Sinagoge, Kapernaum (Markus 1:21-28)

Mereka tiba di Kapernaum. Pada hari Sabat, Yesus segera masuk ke dalam sinagoge dan mengajar. Mereka takjub akan ajaran-Nya karena Dia mengajar mereka sebagai seorang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat. Pada saat itu, di sinagoge, ada seorang laki-laki dengan roh najis yang berteriak, "Apa urusan antara Engkau dengan kami, Yesus dari Nazaret? Apakah Engkau datang untuk membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau. Engkau adalah Yang Kudus dari Allah." Namun, Yesus membentak dia, kata-Nya, "Diam! Keluarlah dari orang ini!" Setelah roh najis itu mengguncang-guncangkan dia dan dia berteriak dengan suara keras, roh itu keluar darinya. Mereka semua takjub sehingga mereka bertanya satu dengan yang lain, katanya, "Apakah ini? Pengajaran baru apa ini? Dengan kuasa apa Dia memerintah roh-roh najis itu sehingga mereka taat kepada-Nya?" Lalu, dengan segera, ketenaran-Nya mulai menyebar sampai ke seluruh wilayah Galilea.

C. Mukjizat Utama yang Terjadi Galilea

1. Kesembuhan Ibu Mertua Petrus dan Orang Banyak (Markus 1:29-34)

Segera setelah Yesus dan murid-murid-Nya meninggalkan sinagoge, mereka masuk ke rumah Simon dan Andreas, bersama Yakobus dan Yohanes. Namun, Ibu mertua Simon sedang terbaring karena demam, maka mereka segera memberitahukan keadaannya kepada Yesus. Dia pun menemuinya dan memegang tangannya serta membantunya berdiri. Seketika itu juga, demamnya hilang dan perempuan itu mulai melayani mereka. Pada waktu malam, saat matahari terbenam, mereka membawa kepada Yesus semua orang yang sakit dan dikuasai roh jahat. Seluruh penduduk kota berkumpul di depan pintu rumah itu. Lalu, Dia menyembuhkan banyak orang yang sakit dengan berbagai macam penyakit serta mengusir banyak roh jahat. Akan tetapi, Dia melarang roh-roh jahat itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia.

2. Orang Kusta Disembuhkan (Markus 1:40-45)

Ada seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus. Dia memohon kepada-Nya dan berlutut kepada-Nya dan berkata kepada-Nya, "Jika Engkau mau, Engkau dapat menahirkan aku." Tergerak oleh rasa belas kasihan, Yesus mengulurkan tangan-Nya dan menyentuh orang itu sambil berkata, "Aku mau. Jadilah tahir!" Segera penyakit kustanya hilang dan orang itu menjadi tahir. Yesus menyuruh orang itu pergi dan memperingatkannya dengan tegas. Dia berkata kepadanya, "Ingat, jangan katakan apa pun kepada siapa pun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam, dan berilah persembahan atas penahiranmu seperti yang diperintahkan oleh Musa sebagai bukti untuk mereka." Akan tetapi, orang itu malah pergi dan mulai memberitakannya secara terbuka dan menyebarkan berita itu sehingga Yesus tidak dapat masuk ke kota dengan terang-terangan, tetapi tinggal di luar, di daerah yang sepi. Walaupun demikian, orang-orang dari segala tempat tetap mendatangi-Nya.

D. Pengajaran Yesus di Galilea

1. Hal Berpuasa (Markus 2:18-22)

Murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi sedang berpuasa. Orang-orang datang dan bertanya kepada-Nya, "Mengapa murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, tetapi murid murid-Mu tidak berpuasa?" Yesus menjawab mereka, "Dapatkah para pengiring pengantin berpuasa sementara pengantin laki-laki ada bersama mereka? Selama pengantin laki-laki itu ada bersama dengan mereka, mereka tidak dapat berpuasa. Namun, saatnya akan tiba ketika pengantin laki-laki akan diambil dari mereka, maka pada hari itu mereka akan berpuasa. Tidak ada orang yang menambal baju tua dengan kain yang masih baru. Jika seperti itu, tambalan kain baru akan merobek baju tua itu dan membuat sobekannya makin parah. Tidak ada orang yang menuangkan anggur baru ke dalam kantong kulit tua. Jika seperti itu, anggur akan merobek kantong kulit itu sehingga baik anggur maupun kantongnya akan rusak. Sebaiknya, anggur baru disimpan dalam kantong kulit baru."

2. Perumpamaan tentang Kerajaan Allah (Markus 4:1-34)

a. Perumpamaan tentang seorang penabur.

Sekali lagi, Yesus mulai mengajar di tepi danau. Orang yang sangat banyak mengerumuni Yesus, karenanya Dia naik ke sebuah perahu dan duduk di dalamnya di danau. Sementara, semua orang itu berada di darat, menghadap ke danau. Lalu, Yesus mengajar mereka tentang banyak hal dalam perumpamaan-perumpamaan. Dalam pengajaran-Nya, Dia berkata kepada mereka, "Dengarlah! Ada seorang penabur yang pergi untuk menabur benih. Sementara dia menabur, beberapa benih jatuh di tepi jalan, dan burung-burung datang dan memakannya. Sebagian jatuh di atas tanah berbatu yang tidak memiliki banyak tanah. Benih itu segera tumbuh karena tanahnya tidak dalam. Akan tetapi, ketika matahari naik, tanaman itu hangus karena tidak memiliki akar sehingga menjadi kering. Benih yang lain jatuh di tengah-tengah semak duri. Semak duri itu tumbuh dan mengimpitnya sehingga tanaman itu tidak memberikan buah. Namun, benih yang lain jatuh di tanah yang baik dan menghasilkan buah, bertumbuh, dan bertambah besar, serta menghasilkan tiga puluh kali lipat, enam puluh kali lipat, dan bahkan seratus kali lipat." Kemudian, Yesus berkata, "Siapa yang mempunyai telinga untuk mendengar, biarlah dia mendengar!"

Ketika Dia sendirian, orang yang ada di sekeliling-Nya, bersama dengan dua belas murid-Nya, bertanya kepada Yesus tentang perumpamaan-perumpamaan itu. Dia menjawab mereka, "Kepadamu rahasia Kerajaan Allah telah diberikan. Akan tetapi, kepada mereka yang ada di luar, semuanya disampaikan dalam perumpamaan-perumpamaan supaya 'Mereka boleh jadi memang melihat, tetapi mereka tidak menangkap; mereka boleh jadi memang mendengar, tetapi mereka tidak memahami agar mereka jangan berbalik dan diampuni.'"

Kemudian, Yesus berkata kepada mereka, "Tidakkah kamu mengerti perumpamaan ini? Lalu, bagaimana kamu dapat mengerti semua perumpamaan yang lain? Penabur itu menaburkan firman. Benih-benih itu adalah benih-benih yang jatuh di tepi jalan, tempat firman itu ditaburkan. Saat mereka mendengarnya, segera setan datang dan merebut firman yang ditaburkan dalam hati mereka. Begitu juga benih-benih yang ditabur di tanah berbatu. Ketika mendengar firman, mereka segera menerimanya dengan sukacita. Akan tetapi, mereka tidak memiliki akar dalam dirinya sendiri dan hanya bertahan sebentar. Ketika kesulitan atau penganiayaan datang karena firman, segera mereka terjatuh. Dan, benih-benih lainnya adalah yang ditabur di tengah-tengah semak duri. Mereka mendengar firman, tetapi kekhawatiran akan dunia, dan penipuan akan kekayaan, dan keinginan akan hal-hal lain masuk dan mengimpit firman sehingga membuatnya tidak berbuah. Namun, benih-benih yang ditabur di tanah yang baik, mereka mendengar firman, menerimanya, dan menghasilkan buah, tiga puluh kali lipat, enam puluh kali lipat, dan seratus kali lipat."

b. Perumpamaan tentang pelita.

Lalu, Yesus berkata kepada mereka, "Apakah pelita dibawa masuk untuk diletakkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur? Bukankah di atas kaki pelita? Sebab, tidak ada yang tersembunyi yang tidak akan diungkapkan. Atau, tidak ada yang rahasia yang tidak akan dibukakan. Jika seseorang mempunyai telinga untuk mendengar, biarlah dia mendengar!" Kemudian, Yesus berkata kepada mereka, "Perhatikanlah apa yang kamu dengar. Dengan ukuran yang kamu pakai, ukuran itu akan diukurkan kepadamu, dan masih ada lagi yang akan ditambahkan kepadamu. Karena untuk yang mempunyai, dia akan diberi lagi, tetapi untuk yang tidak mempunyai apa-apa, bahkan yang dia miliki akan diambil dari padanya."

c. Perumpamaan tentang biji sesawi.

Yesus juga berkata, "Dengan apakah kita dapat membandingkan Kerajaan Allah? Atau, perumpamaan apa yang dapat kita gunakan untuk membandingkannya? Kerajaan Allah itu seperti biji sesawi yang ketika ditabur di tanah, ia adalah biji yang terkecil di antara semua biji yang ada di tanah, tetapi ketika ditabur, biji itu akan tumbuh dan menjadi lebih besar daripada semua tanaman kebun, dan mengeluarkan cabang-cabang besar sehingga burung-burung di udara dapat bersarang di bawah naungannya." Dengan memakai banyak perumpamaan seperti itu, Yesus memberitakan firman kepada mereka, sesuai dengan yang dapat mereka dengar. Dia tidak berbicara kepada mereka tanpa suatu perumpamaan, tetapi Dia menjelaskan semuanya secara pribadi kepada murid-murid-Nya.

3. Hukuman Allah dan Tradisi Manusia (Markus 7:1-23)

Ketika orang-orang Farisi dengan beberapa ahli Taurat, yang datang dari Yerusalem, berkumpul menemui Yesus, mereka melihat beberapa murid Yesus makan roti dengan tangan najis, karena tidak membasuh tangannya. Orang-orang Farisi dan semua orang Yahudi tidak akan makan, kecuali mereka membasuh tangannya sesuai dengan tradisi nenek moyang yang mereka pegang. Jika mereka kembali dari tempat umum, mereka tidak akan makan sebelum membasuh tangannya. Dan, ada banyak tradisi lain yang mereka pegang, seperti pembasuhan cawan-cawan, kendi-kendi, dan bejana-bejana tembaga. Karena itu, orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bertanya kepada Yesus, "Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut tradisi nenek moyang, tetapi makan roti dengan tangan yang najis?" Yesus berkata kepada mereka, "Yesaya telah bernubuat dengan benar tentang kamu, hai orang-orang munafik, ada tertulis: 'Bangsa ini menghormati Aku dengan bibir mereka, tetapi hati mereka jauh dari Aku. Sia-sia mereka menyembah Aku karena mengajarkan perintah-perintah manusia sebagai ajaran' (Yesaya 29:13). Kamu mengabaikan perintah Allah, tetapi berpegang kuat pada tradisi manusia." Lalu, Yesus juga berkata kepada mereka, "Dengan cerdik kamu menolak perintah Allah untuk dapat mempertahankan tradisimu sendiri. Musa berkata, 'Hormatilah ayahmu dan ibumu,' dan 'Siapa yang mengutuk ayahnya atau ibunya harus dihukum mati.' Namun, kamu berkata jika orang berkata kepada ayahnya atau ibunya, ‘Yang harus aku berikan kepada engkau, telah aku berikan sebagai persembahan kepada Allah,' orang itu tidak lagi mempunyai kewajiban terhadap ayah atau ibunya, dengan begitu kamu membatalkan firman Allah dan menggantinya dengan tradisi yang sudah turun-temurun. Dan, kamu melakukan banyak sekali hal seperti itu."

Sekali lagi, Yesus memanggil orang-orang dan berkata kepada mereka, "Dengarlah Aku, hai kamu semua, dan pahamilah. Tidak ada apa pun dari luar manusia yang jika masuk ke dalam dirinya dapat menajiskannya, tetapi hal-hal yang keluar dari manusialah yang menajiskannya." "Jika seseorang mempunyai telinga untuk mendengar, biarlah dia mendengar!" Lalu, ketika Yesus masuk ke rumah dan meninggalkan orang-orang itu, murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya tentang perumpamaan itu. Dan, Dia berkata kepada mereka, "Apakah kamu juga tidak mengerti? Tidakkah kamu tahu bahwa apa yang dari luar dan masuk ke dalam manusia tidak akan menajiskannya? Sebab, yang masuk itu tidak masuk ke dalam hatinya, tetapi ke perutnya, dan kemudian keluar ke dalam jamban." (Dengan demikian, Yesus menyatakan bahwa semua makanan halal.) Lalu, Dia berkata, "Apa yang keluar dari manusialah yang menajiskannya. Sebab, dari dalam, dari hati manusia, muncul pikiran-pikiran jahat, dosa-dosa seksual, pencurian, pembunuhan, perzinaan, keserakahan, kejahatan, tipu daya, hawa nafsu, iri hati, fitnah, kesombongan, dan kebodohan. Semua yang jahat itu datang dari dalam, dan itulah yang menajiskan manusia."

DOA

"Tuhan Yesus, perbuatan tangan-Mu selama di dunia sungguh luar biasa. Engkau bukan hanya menyembuhkan orang-orang sakit, tetapi Engkau juga mengajar dan menegur mereka yang bersalah. Ajarkan kepada kami untuk selalu menuruti perintah-Mu dan mengikuti kehendak-Mu. Amin."

 

Pertanyaan 02 -- PENDAHULUAN DAN PELAYANAN TUHAN YESUS DI GALILEA

Pertanyaan 02 -- PENDAHULUAN DAN PELAYANAN TUHAN YESUS DI GALILEA

Sebelum mengerjakan tugas, diharapkan setiap peserta memperhatikan petunjuk berikut ini:

  1. Bacalah Bahan Pelajaran dan semua Referensi Pelajaran 02 dengan teliti.
  2. Bacalah Pertanyaan (A) dan (B) di bawah ini, lalu jawablah dengan jelas dan tepat.
  3. Apabila Anda mendapatkan kesulitan sehubungan dengan isi Bahan Pelajaran, silakan menghubungi: < kusuma@in-christ.net >

Selamat mengerjakan!

Perhatian:

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas!

  1. Ketika Yesus di baptis di Sungai Yordan, Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya, Roh yang dimaksud merujuk kepada ....
    1. Roh Kudus
    2. Allah Bapa
    3. Yesus
    4. Mesias
  2. Setelah Yesus dibaptis, Roh membawanya ke padang gurun, dan di sana Dia dicobai oleh Iblis selama ....
    1. 30 hari
    2. 40 hari
    3. 20 hari
    4. 50 hari
  3. Pekerjaan utama Yesus yang sesuai dengan rencana Allah bagi dunia (Markus 1:14-15) adalah ....
    1. membaptis orang
    2. membebaskan bangsa Israel dari penjajahan Romawi
    3. menyebarkan agama
    4. memberitakan Injil Kerajaan Allah
  4. Yesus melakukan mukjizat dengan menyembuhkan ibu mertua Petrus dan orang banyak (Markus 1:29-34) di kota ....
    1. Perea
    2. Galilea
    3. Roma
    4. Samaria
  5. Ketika Yesus menyembuhkan orang pada hari sabat, ada orang-orang yang mengamat-amati Yesus agar Yesus dapat disalahkan, yaitu ....
    1. orang Samaria dan orang Herodian
    2. orang Saduki dan orang Herodian
    3. orang Farisi dan orang Herodian
    4. orang Farisi dan orang Saduki
  6. Mukjizat kesembuhan orang kusta yang dicatat oleh Markus dapat disimak dalam ....
    1. Markus 1:16-20
    2. Markus 1:40-45
    3. Markus 1:35-39
    4. Markus 1:21-28
  7. Dalam Injil Markus, hal tentang Kerajaan Allah dijelaskan dari perumpamaan-perumpamaan sebagai berikut, kecuali ....
    1. perumpamaan tentang biji sesawi
    2. perumpamaan tentang seorang penabur
    3. perumpamaan tentang pelita dan tentang ukuran
    4. perumpamaan tentang pokok anggur yang benar
  8. Perumpamaan tentang "benih yang jatuh di pinggir jalan, di tanah yang berbatu-batu, di semak duri, dan di tanah yang baik" adalah perumpamaan tentang ....
    1. perumpamaan tentang biji sesawi
    2. perumpamaan tentang benih yang tumbuh
    3. perumpamaan tentang pelita dan tentang ukuran
    4. perumpamaan tentang seorang penabur
  9. Perumpamaan tentang biji sesawi yang dikatakan oleh Yesus terdapat di ....
    1. Markus 4:30-34
    2. Markus 4:26-29
    3. Markus 4:21-25
    4. Markus 4:1-20
  10. Orang-orang Farisi dan ahli taurat disebut Yesus sebagai orang-orang yang ... karena mereka melihat murid-murid Yesus tidak menaati adat istiadat Yahudi dalam hal membasuh tangan.
    1. mulia
    2. durhaka
    3. munafik
    4. berbahagia

Pertanyaan (B)

Pertanyaan B adalah pertanyaan esai, karena itu Anda perlu menjawabnya disertai dengan uraian dan penjelasan yang lengkap!

  1. Mengapa pada awal pelayanan-Nya, Yesus perlu penyataan Roh Kudus?
  2. Apakah maksud panggilan Yesus kepada Simon dan kawan-kawannya? Bagaimana hubungannya dengan rencana Allah bagi dunia? (Markus 1:17)
Referensi SIM-02a diambil dari:
Judul Buku : Sejarah Kerajaan Allah
Judul artikel : Banyak Tanda Ajaib
Penulis : Prof. Dr. J.H. Bavinck
Penerbit : PT BPK GUNUNG MULIA
Halaman : 192 -- 197

 

REFERENSI PELAJARAN 02a - PENDAHULUAN DAN PELAYANAN TUHAN YESUS DI GALILEA

BANYAK TANDA AJAIB

A. Hari Sabat di Kapernaum

Yesus masuk ke kota Kapernaum diikuti oleh murid-murid-Nya. Pada masa hidup Yesus, kota itu termasuk kota yang makmur di tepi Danau Galilea. Nama kota itu artinya "tempat penghiburan". Sebagian besar dari penduduk Kapernaum itu mata pencahariannya ialah menangkap ikan. Dalam kota itu sudah ada beberapa orang yang percaya kepada Yesus. Simon Petrus dan Andreas tinggal di sana, juga Yohanes dan Yakobus. Maria, ibu Yesus, mungkin ketika itu sudah ada di Kapernaum. Lagi pula pegawai raja yang anaknya disembuhkan oleh Yesus ada di kota itu. Jadi, ada beberapa keluarga yang gembira sekali mendengar Yesus akan datang.

Yesus tiba di Kapernaum menjelang hari Sabat. Mungkin tepat seminggu sehabis peristiwa di Nazaret, ketika orang-orang mengusir-Nya dari rumah ibadat. Hari Sabat di Kapernaum itu lain sekali, di sana pengajaran Yesus diterima dengan segala senang hati. Penduduk di sana percaya kepada-Nya, sebab itu Ia dapat melakukan tanda-tanda ajaib. Allah Bapa yang memimpin segala-galanya, yang mengatur kegembiraan dan kesedihan dalam hidup manusia, mengaturnya pula dalam hidup Yesus.

Sebagaimana biasa, pada hari Sabat itu, Yesus pergi ke rumah ibadat. Pada waktu itu, di Kapernaum ada rumah ibadat besar dan bagus, reruntuhannya masih ada sampai sekarang. Gedung yang indah itu adalah pemberian seorang perwira Romawi yang ketika itu menjadi kepala laskar di Kapernaum. Ke dalam gedung itulah, Yesus masuk pada hari Sabat itu.

Ketika pagi itu Yesus duduk di dalam rumah ibadat di Kapernaum, Ia pun diminta mengajar orang banyak yang berkumpul itu. Tidak diterangkan dalam Alkitab nas-nas mana yang dibacakan Yesus pada pagi itu, hanyalah dikatakan bahwa mereka sekalian sangat heran akan pengajaran-Nya, karena Ia mengajar sebagai seorang yang menaruh kuasa, lain sekali daripada ahli-ahli Taurat (Mrk. 1:22). Kalau seorang ahli Taurat mengajar, ia menguraikan secara panjang lebar mengenai pendapat beberapa orang rabi. Rabi yang satu mengatakan bahwa orang boleh berbuat ini atau itu pada hari Sabat, sedang yang lain melarangnya. Hal-hal semacam itu dibicarakan panjang lebar oleh ahli Taurat itu sehingga akhirnya orang-orang yang mendengarkannya mengantuk. Namun, cara Yesus mengajar lain sekali. Ia berdiri di tengah rumah ibadat itu; suara-Nya terang dan tegas. Tidak heran kalau orang sangat senang mendengarkan-Nya. Mereka merasa bahwa Yesus dapat menopang hati mereka yang sedang mencari-cari itu.

Tiba-tiba, suasana tenang dalam ruangan itu dipecahkan oleh teriakan yang mengerikan. Orang-orang di Kapernaum itu mengenal orang yang berteriak itu. Mereka tahu bahwa orang itu dirasuk setan. Biasanya, tingkah laku orang itu seperti manusia biasa saja, jadi orang tidak tahu bahwa ia sakit. Namun, kadang-kadang mukanya berubah, lalu dari mulutnya keluar perkataan yang menghujat Allah. Orang-orang tahu bahwa yang berbicara itu bukanlah orang itu sendiri, melainkan setan-setan yang ada di dalamnya.

Sering kali, orang semacam itu diperlakukan secara bengis. Kadang-kadang dikurung dan disiksa karena orang-orang berpikir bahwa dengan cara demikian setan dapat dikeluarkan dari dalamnya. Namun, sebenarnya perlakuan demikian tidak berguna.

Rupanya pada pagi itu, orang itu masuk ke dalam rumah ibadat dengan tenang, lalu duduk di antara orang-orang lain. Ketika Yesus berbicara, orang itu mendengarkan-Nya. Tiba-tiba setan yang ada di dalamnya bangkit dengan amat sangat sehingga ia tidak dapat duduk diam lagi. Ia pun berdiri, lalu berteriak dengan suara keras: "Hai Engkau, Yesus orang Nazaret, apa urusan-Mu dengan kami? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus datang dari Allah." Semua orang yang duduk di dalam rumah ibadat itu terkejut mendengarnya. Mereka tahu bahwa yang berbicara itu ialah setan yang ada di dalam orang itu. Setan itu rupanya mengenal Yesus dan mengerti bahwa Yesus adalah yang Kudus (yaitu: Mesias). Karena itu, setan itu takut bahwa Yesus akan membuangnya ke dalam neraka.

Semua orang di dalam ruangan itu terkejut, hanya Yesus yang tinggal tenang, tak takut atau gelisah sedikit pun. Ia memandang orang itu, lalu menghardiknya dengan suara keras: "Diam! Keluarlah daripadanya!"

Yesus tidak suka setan itu berbicara tentang Dia. Karena itu, Ia melarang setan itu tinggal lebih lama lagi di dalam orang itu.

Apa yang kemudian terjadi tidak mudah untuk melukiskannya. Kata Markus, setan itu mengguncang-guncang orang itu. Menurut Lukas, setan itu menghempaskan orang itu ke tengah-tengah orang banyak. Sebaiknya, ini kita bandingkan seperti muka orang yang menderita penyakit epilepsi atau sakit ayan, seluruh badan orang itu gemetar, mulutnya penuh busa, dan sementara itu, ia berteriak-teriak.

Tiba-tiba, ia diam. Kuasa setan itu sudah keluar dari dia. Orang itu duduk diam, mukanya letih, tetapi bersamaan dengan itu, terpancar-pancar pula kegembiraan besar dari matanya. Mulai hari itu, ia terlepas dari genggaman setan untuk selama-lamanya.

Kira-kira setahun yang lalu, Yesus bergumul dengan setan di padang gurun. Ketika itu, Yesus menang. Sekarang juga, Dialah yang berkuasa sehingga Ia dapat melepaskan orang yang tadinya menjadi korban setan itu.

Orang-orang di dalam rumah ibadat itu sangat heran. Mereka tidak dapat lagi mendengarkan dengan tenang. Seorang berkata kepada yang lain: "Apa ini? Suatu ajaran baru Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahat pun diperintah-Nya dengan kuasa dan mereka taat kepada-Nya."

Pada sangka mereka, kekuasaan Yesus disebabkan pengajaran-Nya. Tentu Yesus mempunyai ajaran baru dan karena itu Ia dapat membuat tanda-tanda ajaib. Sebenarnya, jalan pikiran demikian itu tidak benar seluruhnya. Yesus berkuasa melakukan tanda ajaib karena Ia disuruh Allah, dan karena tawakal-Nya kepada Allah, Ia pun dapat melawan serangan iblis. Suatu ajaran saja dapat menjadikan orang berkuasa membuat tanda ajaib. Jadi, orang-orang di Kapernaum itu belum mengerti Yesus sedalam-dalamnya. Menurut paham mereka, Yesus, yang mengajar sebagai seorang yang mempunyai kuasa itu, dapat pula memerintah dengan kuasa, bahkan atas dunia setan.

B. Di Dalam Rumah Petrus

Karena penyembuhan orang yang kerasukan setan itu, orang tak dapat lagi duduk tenang dalam rumah ibadat itu. Karena itu, Yesus mengakhiri kebaktian itu, lalu bersama Simon dan Andreas pergi ke rumah Simon. Yakobus dan Yohanes juga ikut. Di rumah Simon itu ada pekerjaan lain menanti. Ibu mertua Simon terbaring sakit demam di sana. Setiba di sana, datanglah orang meminta Yesus menolong dia. Mereka masih kagum karena kejadian di rumah ibadat tadi, lalu mereka meminta supaya Yesus memakai kuasa-Nya pula untuk menyembuhkan orang-orang sakit.

Penyakit demam yang diderita ibu mertua Petrus sering kali terdapat di sekitar danau Galilea. Orang-orang Yahudi menyebutnya "demam api", dan dengan bermacam-macam mantra mereka mencoba menyembuhkan penyakit itu. Orang harus mengikatkan sebilah pisau besi kepada pohon duri sambil mengucapkan beberapa nas dari Kitab Keluaran.

Sungguh lain cara Yesus. Ia pergi ke bilik orang sakit itu, lalu berdiri di sisinya (Luk. 4:39) sambil memegang tangannya. Sementara itu, Ia menghardik demam itu, sebagaimana Ia tadi menghardik setan yang tinggal di dalam korbannya (Mrk. 1:25). Rupanya demam itu adalah pekerjaan setan pula. Setan itu mau menghalang-halangi pekerjaan Yesus di mana pun juga. Ketika Ia ada di rumah ibadat, setan itulah yang berteriak-teriak. Ketika Yesus ada di rumah Simon, tiba-tiba ada orang yang menderita penyakit demam. Semuanya itu tipu-muslihat setan. Harapan setan ialah supaya orang berpikir: Yesus ini malang benar karena di tempat Ia datang, di situlah timbul penyakit dan sengsara. Lebih baik kita menjauhkan diri dari-Nya, sebab hanya celakalah yang dibawa-Nya. Sampai sekarang tipu muslihat itu masih dipergunakan Iblis. Kalau di suatu tempat ada seorang yang menjadi Kristen, dan datang banjir atau gempa bumi, kadang-kadang justru rumah Kristen itulah yang menjadi korban. Setan mengharapkan, agar orang-orang menyangka bahwa orang Kristen itu hidup di bawah kutuk. Namun, Yesus segera mengerti tipu muslihat setan tersebut, lalu menghardik, demam itu pun hilang, ibu mertua Simon bangkit, lalu melayani mereka.

Itulah bukti kedua bahwa segala kuasa setan harus menyingkir kalau Yesus berbicara. Dialah Pemenang yang disuruh akan memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan. Orang-orang yang tertawan karena kuasa Iblis dapat dilepaskan oleh Yesus.

Siang hari Sabat itu lewat dengan tenang. Namun, ketika malam tiba dan matahari telah terbenam, datanglah orang dari segala jurusan mendapatkan Yesus. Sejak tadi siang, mereka menanti-nanti matahari akan terbenam dan nafiri ditiup tanda hari Sabat. Begitu bunyi nafiri itu terdengar, diangkutlah orang-orang sakit dari segala pihak kepada Yesus. Di mana-mana telah dipercakapkan tanda-tanda ajaib yang diperbuat oleh Yesus pada pagi itu di dalam rumah ibadat, sebab itu mereka sangat menanti-nantikan berakhirnya hari Sabat itu. Menurut peraturan Yahudi, selama hari Sabat orang sakit tidak boleh diangkut.

Tiba-tiba, jalan raya di Kapernaum itu ramai sekali. Kata Lukas, "Semua orang membawa kepada-Nya orang-orang sakitnya, yang menderita bermacam-macam penyakit" (Luk. 4:40). Menurut Markus, orang-orang sehat datang juga, "maka berkerumunlah seluruh penduduk kota itu di depan pintu" (Mrk. 1:33).

Hari sudah mulai gelap. Beberapa bintang mulai tampak di langit. Orang-orang sakit itu berkumpul di depan rumah Simon, ada yang dirasuk setan, ada yang demam api, dan ada berbagai penyakit lainnya.

Yesus pun keluar. Dengan hati yang berdebar-debar, orang banyak itu menunggu apa yang hendak diperbuat Yesus. Dengan ramah, Ia mendapatkan orang-orang sakit itu, lalu meletakkan tangan-Nya ke atas masing-masing mereka. Mereka pun menjadi sembuh. Setan-setan pun keluar sambil berteriak, katanya: "Engkau adalah Anak Allah." Namun, Yesus menghardik setan-setan itu karena Ia tahu bahwa justru dengan ucapan itu, setan-setan itu mau menghalang-halangi pekerjaan-Nya. Sampai jauh malam, Ia menyembuhkan orang-orang sakit. Akhirnya, orang banyak itu pun pulang ke rumahnya masing-masing. Mereka tidak perlu mengangkut saudara-saudaranya yang sakit karena mereka sudah bisa berjalan. Mereka sangat bersukacita.

Hari Sabat di Kapernaum itu adalah kemenangan besar atas kekuasaan Iblis. Segala setan keluar karena suara Yesus. Dialah Tuhan dan Raja.

Referensi SIM-02b diambil dari:
Judul Buku : Memahami Injil-Injil dan Kisah Para Rasul
Judul artikel : Injil di dalam Markus
Penulis : Joel B. Green
Penerbit : Persekutuan Pembaca Alkitab
Halaman : 63 -- 68

 

REFERENSI PELAJARAN 02b - PENDAHULUAN DAN PELAYANAN TUHAN YESUS DI GALILEA

INJIL DI DALAM MARKUS

Yustinus, seorang pemimpin gereja mula-mula yang meninggal pada tahun 165 M, adalah orang pertama yang menyebut tulisan-tulisan dari para penginjil Perjanjian Baru sebagai "Injil-Injil". Walaupun demikian, kata benda ini ditemukan beberapa kali di dalam Injil Markus. Dalam Markus 8:35 ("Karena siapa saja yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi siapa saja yang kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya") terdapat suatu hubungan yang erat antara Yesus dengan kata Injil. "Injil" dan "Yesus" sama-sama tampil dalam sebuah hubungan paralel. Dari sini, kesan yang kita dapatkan adalah komitmen kepada yang satu dimengerti sebagai komitmen kepada yang lainnya (lihat juga Mrk. 10:29). Lagi pula, mengikuti penggunaan dalam Markus, kata "Injil" ditampilkan sebagai sesuatu yang objektif: sesuatu yang memiliki muatan. Dalam pemaknaan yang serupa, kita membaca di dalam Markus 13:10 bahwa, "Injil harus diberitakan dahulu kepada semua bangsa" (untuk lebih lanjut, lihat Mrk. 1:14-15; 14:9).

Penggunaan istilah Injil yang menonjol lainnya di dalam Markus tampak dalam ayat pembuka dari karya si penginjil ini: "Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah" (Markus 1:1). Kita akan membahas teks pembuka ini pada pasal berikut; di sini, kita dapat memperhatikan bahwa Markus kelihatannya sedang memberi tahu para pembacanya, bahwa apa yang mereka baca selanjutnya adalah "Injil". Maksudnya, kisah yang akan ia sampaikan itu adalah pernyataan verbal dari berita Injil itu.

INJIL SEBAGAI KABAR BAIK

Karena itu, kita dapat memperlakukan Injil Markus serta Injil-Injil yang lain sebagai khotbah-khotbah. Atau, lebih jauh lagi. Tulisan-tulisan ini dapat kita sebut sebagai "pemberitaan-pemberitaan firman". Tulisan-tulisan tersebut menempatkan kisah Yesus dalam cara yang sedemikian rupa untuk memberitakan kabar baik tentang Yesus. Dalam hasil penelitian yang berjudul "Mark: The Gospel as Story", Ernest Best memberikan garis besar tentang beberapa poin yang berguna agar kita bisa memahami pengertian Injil-Injil sebagai pemberitaan-pemberitaan firman.

Pertama, sebagai sebuah pemberitaan firman, masing-masing Injil mengait kepada suatu situasi tertentu. Para penulis-penginjil itu tidak menulis supaya tulisan mereka dapat ditempatkan di dalam Perjanjian Baru sebagai saksi-saksi atas karya penebusan Allah dalam kehidupan Yesus dari Nazaret yang berotoritas serta tidak terikat konteks waktu. Pada waktu Injil-Injil itu ditulis, jelas belum ada yang namanya Perjanjian Baru! Sebaliknya, empat Injil tersebut ditujukan kepada suatu umat tertentu yang hidup dalam kondisi-kondisi yang tertentu pula. Injil-Injil itu pada awalnya didesain untuk mengaplikasikan berita Injil kepada kebutuhan-kebutuhan tertentu. Dengan menyampaikan kisah misi Yesus dalam cara tertentu, masing-masing penginjil berusaha memberitakan sebuah firman yang sangat penting dari Allah bagi khalayak pembacanya.

Kedua, dengan menyebut Injil-Injil sebagai "pemberitaan-pemberitaan firman" kita mengerti bahwa Allah berbicara melalui masing-masing Injil tersebut. Injil-Injil ini bukan sekadar suatu bentuk karya sastra yang menarik perhatian, juga bukan sekadar kisah yang menarik tentang seseorang yang hidup dan mati ribuan tahun yang lalu. Melalui kata-kata dan tindakan-tindakan Yesus yang terekam dalam Injil-Injil, Sang Tuhan yang telah bangkit itu kembali hidup dan kehidupan-Nya ini memiliki otoritas untuk berbicara kepada suatu generasi baru.

Melalui tulisan-tulisan ini, para penulis Injil melanjutkan usaha pekabaran berita injil!

Ketiga, sebagai sebuah "pemberitaan firman", masing-masing Injil merupakan suatu kombinasi yang unik antara sejarah dan teologi. Peristiwa dan interpretasinya digabungkan sedemikian rupa sehingga kisah Yesus tersebut disampaikan dalam bentuk suatu berita yang spesifik serta berotoritas. Si pembaca pun diperhadapkan dengan berita tersebut. Wawasan tentang Injil-Injil sebagai "pemberitaan-pemberitaan firman" ini sangat penting untuk kita perhatikan ketika kita membaca tulisan-tulisan tersebut. Akan tetapi, aspek ini juga merupakan salah satu poin yang paling banyak diperdebatkan di dalam studi Injil-Injil masa kini. Karena alasan inilah, kita perlu mendiskusikannya lebih lanjut.

PARA PAKAR PERJANJIAN BARU:

HANYA MEMBUAT ORANG RAGU-RAGU?

Banyak orang Kristen masa kini, baik yang ditahbiskan dalam pelayanan maupun yang tidak, cenderung tidak dapat memercayai keilmuan Perjanjian Baru. Usaha-usaha untuk menolak kebangkitan, sifat kesejarahan dari Injil-Injil, ataupun ketidakmungkinan untuk mengetahui apa pun mengenai Yesus dari Nazaret kerap kali ditampilkan di hadapan umum melalui koran-koran dan majalah-majalah nasional di dunia barat. Hal yang paling memprihatinkan dari laporan-laporan tersebut adalah kenyataan bahwa usaha-usaha tersebut kerap muncul dari dalam komunitas gereja itu sendiri.

Sebagai contoh, belum lama ini muncul sebuah gerakan yang terdiri dari para sarjana terkemuka yang menyebut diri "Seminar Yesus". Mereka berupaya untuk menentukan perkataan-perkataan Yesus mana saja yang terdapat di dalam Injil-Injil yang memang benar-benar berasal dari Yesus; mana yang benar-benar layak untuk dicetak merah di dalam edisi-edisi Alkitab cetak merah, (penerj: dalam beberapa versi terjemahan bahasa Inggris tertentu, kata-kata yang diucapkan Yesus selalu dicetak merah). Melalui serangkaian pemungutan suara, para anggotanya mulai mengategorikan perkataan-perkataan Yesus menurut kemungkinan keasliannya. Tidak mengherankan bila orang sering kali berusaha menjaga jarak terhadap kesarjanaan kritis Injil-Injil!

Apakah kita dapat memercayai Injil-Injil? Apakah perkembangan-perkembangan terkini kesarjanaan Perjanjian Baru telah mengikis kemampuan kita untuk memercayai apa yang kita baca di dalam Injil-Injil? Dalam dua pasal berikutnya, kita akan meninjau lebih dekat lagi ke dalam sifat kesejarahan serta teologis dari Injil-Injil. Pada bagian ini, saya hendak memberikan sebuah jawaban awal serta pengantar kepada pertanyaan yang mendesak ini dengan memfokus pada dua pandangan yang ekstrem.

INJlL-INJIL SEBAGAI RlWAYAT-RIWAYAT KEHIDUPAN YESUS?

Orang-orang Kristen dari semua gereja masa kini sering kali tergoda untuk membaca Injil-Injil dalam cara tertentu, seakan-akan fungsi utama tulisan-tulisan itu hanyalah untuk menyampaikan secara persis apa-apa saja yang Yesus katakan serta lakukan. Mereka memberi penekanan pada ucapan-ucapan Yesus persis kata demi kata serta urut-urutan terjadinya peristiwa-peristiwa yang akurat. Tidak perlu kita ragukan lagi bahwa sudut pandang ini terutama berakar dari aspirasi-aspirasi para sejarawan profesional yang hendak total bersikap objektif dan menyampaikan "apa yang sebenarnya terjadi". Sudut pandang yang muncul di antara kelompok profesi sejarawan pada abad XIX dan XX ini kemudian mulai mewarnai pola pikir kalangan-kalangan yang bukan sejarawan profesional. Kini, sudut pandang ini sangat berpengaruh pada bagaimana khalayak pembaca masa kini memercayai sebuah karya tulis. Akibatnya, kita sering didorong untuk memperlakukan tulisan-tulisan abad pertama seakan-akan tulisan-tulisan tersebut adalah biografi-biografi yang resmi dan ditulis mengikuti standar historiografi "objektif" masa kini.

Walaupun demikian, masalah seperti ini tidak hanya dihadapi oleh para pembaca Injil-Injil masa kini. Medan penelitian Injil sejak abad XIX dipenuhi oleh puing-puing dari berbagai upaya menghasilkan potret kehidupan Yesus yang koheren dan menyejarah dengan memanfaatkan Injil-Injil. Dalam sebuah kritik yang tajam dan dahsyat terhadap upaya-upaya awal tersebut, Albert Schweitzer, pakar Perjanjian Baru yang kemudian beralih menjadi misionaris di bidang medis, telah mendemonstrasikan bagaimana para pembaca kerap hanya mampu mencari dan menemukan apa yang memang mereka ingin temukan di dalam Injil-Injil.

Hasil penelitian terhadap Perjanjian Baru mengajukan pendapat bahwa para penginjil, yaitu: Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes, tidak pernah bermaksud untuk menuliskan sebuah biografi tentang Yesus, sebagaimana yang dimengerti pada masa modern ini. Maksudnya, mereka tidak pernah berpikir untuk menuliskan sebuah "riwayat Yesus" mengikuti cara-cara yang akan ditempuh oleh seorang sejarawan modern, dan juga tidak bermaksud menyediakan bahan-bahan mentah untuk penulisan catatan riwayat seperti itu. Salah satu sebab yang mendasari kesimpulan kita ini adalah karena kita makin menyadari kalau tidak akan pernah ada orang yang mampu menghasilkan suatu catatan sejarah yang seratus persen objektif. Sederhananya, upaya untuk menyatakan "apa yang sebenarnya terjadi" merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Semua upaya pengisahan kembali kisah seseorang pasti mengikutsertakan peristiwa-peristiwa hasil penyeleksian atas gunungan besar materi-materi mentah yang kita sebut sebagai sejarah. Di balik penyeleksian materi-materi tersebut, selalu hadir suatu keyakinan tentang apa saja yang signifikan dan apa saja yang perlu diceritakan. Sebagai tambahan, kita mulai menyadari bahwa hal-hal yang kita anggap penting sebagai insan-insan abad ke-21 belum tentu dipedulikan oleh orang-orang Kristen abad pertama.

Kita dengan mudah dapat menemukan ilustrasi bagi hal ini di dalam Injil-Injil. Pertama-tama, jelas terdapat suatu masalah tentang kronologi di dalam catatan-catatan injil. Pada bagian ini, kita tidak akan mengurusi anggapan-anggapan tentang adanya ketidaksinambungan di antara Injil-Injil; sebaliknya, bila benar bahwa Injil-Injil ditulis, untuk menyampaikan riwayat dari kehidupan Yesus, fakta bahwa tidak munculnya informasi-informasi tertentu di dalamnya cukup mengejutkan kita. Kapankah Yesus dilahirkan? Pada umur berapakah Ia memulai pelayanan-Nya kepada khalayak umum? Berapa lamakah Ia melakukan pelayanan tersebut? Pada tahun berapakah Ia disalibkan? Bagi kita, lazimnya semua buku biografi masa kini akan menyediakan informasi tentang detail-detail penting seperti ini. Akan tetapi, tanpa Injil Lukas, kita hampir-hampir tidak akan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti di atas. Dengan bantuan Injil ini pun, jawaban-jawaban bagi poin-poin penting seperti ini (tentu saja berdasarkan anggapan kita) hanya akan tercapai setelah kita melakukan suatu penyelidikan ala detektif yang teliti dibantu dengan dosis spekulasi yang tidak kecil.

 

BAB 03

 

Pelajaran 03 -- YESUS MENYINGKIR DARI GALILEA

YESUS MENYINGKIR DARI GALILEA

Bacaan: Markus 7:24 - 9:29

Setelah memulai pekerjaan pelayanan, memilih kedua belas rasul, dan melakukan berbagai tanda maupun mukjizat, Yesus harus menyingkir dari Galilea karena orang Farisi mulai membenci-Nya. Oleh karena itu, Yesus dan muurid-murid-Nya pergi ke tempat lain agar Injil Kerajaan Allah dapat terus diberitakan. Dari Galilea, Yesus pergi ke Betsaida, Tirus, dan Sidon. Dalam Markus 7:24 - 9:29 kita akan belajar bersama-sama mengenai perjalanan dan pelayanan Yesus di Betsaida, Tirus, dan Sidon.

A. Pelayanan Yesus di Tirus dan Sidon

1. Perempuan Siro-Fenesia yang Percaya (Markus 7:24-30)

Dari tempat itu, Yesus bangun dan pergi ke wilayah Tirus dan Sidon. Ketika itu, Dia masuk ke sebuah rumah dan tidak ingin ada orang yang tahu, tetapi Dia tidak bisa luput dari perhatian. Segera seorang wanita yang mendengar tentang Yesus, yang anak perempuannya kerasukan roh najis, datang dan sujud di kaki Yesus. Wanita itu adalah orang Yunani, lahir di Siro-Fenisia. Dia memohon kepada Yesus untuk mengusir keluar setan itu dari anaknya. Yesus berkata kepada wanita itu, "Biarkanlah anak-anak makan sampai kenyang terlebih dahulu. Sebab, tidak adil kalau mengambil roti kepunyaan anak-anak dan melemparkannya kepada anjing-anjing." Akan tetapi, wanita itu menjawab Yesus, "Benar, Tuhan. Namun, anjing-anjing yang ada di bawah meja hanya makan remah-remah dari anak-anak itu." Lalu, Yesus berkata kepada wanita itu, "Dari apa yang kamu katakan ini, kamu boleh pergi, sebab setan itu sudah keluar dari anakmu." Kemudian, wanita itu kembali ke rumah dan menemukan anaknya sedang berbaring di tempat tidur, dan setan itu sudah pergi.

2. Yesus Menyembuhkan Seorang Tuli (Markus 7:31-37)

Kemudian, Yesus kembali dari wilayah Tirus dan pergi melewati Sidon menuju ke Danau Galilea, di wilayah Dekapolis. Lalu, mereka membawa kepada Yesus seorang yang tuli dan sulit berbicara. Mereka memohon kepada Yesus untuk meletakkan tangan-Nya atas dia. Yesus membawa orang itu ke samping menjauhi kumpulan orang banyak dan memasukkan jari-Nya ke dalam telinga orang itu, lalu Dia meludah, dan menjamah lidahnya. Yesus menengadah ke langit, Dia menarik napas panjang dan berkata, "Efata!" artinya "Terbukalah!" Segera telinga orang itu terbuka, ikatan di lidahnya terlepas, dan dia berbicara dengan jelas. Yesus melarang mereka memberi tahu siapa pun. Akan tetapi, semakin Dia melarang mereka, semakin bersemangat mereka memberitakannya. Mereka benar-benar takjub dan berkata, "Dia telah melakukan segala sesuatu dengan baik. Dia bahkan membuat orang tuli mendengar dan orang bisu berbicara."

3. Yesus Memberi Makanan kepada Empat Ribu Orang (Markus 8:1-10)

Pada hari-hari itu, sejumlah besar orang berkumpul lagi dan tidak punya apa-apa yang bisa mereka makan. Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka, "Aku berbelaskasihan kepada orang banyak itu karena mereka sudah bersama dengan-Ku selama tiga hari, dan tidak punya apa-apa yang bisa mereka makan. Jika Aku suruh mereka pulang ke rumah dengan lapar, mereka akan pingsan di jalan karena beberapa dari mereka datang dari jauh." Murid-murid-Nya menjawab Dia, "Bagaimana bisa memberi mereka makan roti di tempat yang sepi ini?" Lalu, Yesus bertanya kepada mereka, "Berapa roti yang kamu punya?" Mereka menjawab, "Tujuh." Kemudian, Yesus memerintahkan orang banyak itu duduk di tanah, dan Dia mengambil tujuh roti itu, dan setelah mengucap syukur, Dia memecah-mecahnya, dan memberikannya kepada murid-murid-Nya untuk dibagikan kepada orang banyak. Mereka pun membagikannya kepada orang banyak. Mereka juga mempunyai beberapa ikan kecil. Setelah mengucap syukur atasnya, Yesus berkata bahwa ikan-ikan itu pun harus dibagikan kepada orang banyak. Orang banyak itu makan sampai kenyang, dan mereka mengumpulkan potongan makanan yang sisa, tujuh keranjang penuh. Ada kira-kira empat ribu orang yang sudah makan. Sesudah itu, Yesus menyuruh mereka pergi. Lalu, Yesus segera masuk ke dalam perahu bersama murid-murid-Nya dan pergi ke daerah Dalmanuta.

B. Yesus dan Orang Farisi

1. Orang Farisi Meminta Tanda (Markus 8:11-13)

Kemudian, orang-orang Farisi datang dan mulai berdebat dengan Yesus, untuk meminta dari Yesus tanda dari surga, untuk mencobai-Nya. Yesus menghela napas panjang dalam Roh-Nya, dan berkata, "Mengapa generasi ini mencari tanda? Sesungguhnya, Aku berkata kepadamu, tidak satu tanda pun akan diberikan kepada generasi ini." Kemudian, Yesus meninggalkan mereka, masuk kembali ke dalam perahu, dan pergi ke seberang.

2. Tentang Ragi Orang Farisi dan Ragi Herodes (Markus 8:14-21)

Saat itu, murid-murid lupa membawa roti, dan hanya mempunyai sepotong roti di dalam perahu. Yesus berpesan kepada mereka, "Awas! Berhati-hatilah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes." Lalu, mereka mulai berdiskusi satu dengan yang lain karena mereka tidak mempunyai roti. Menyadari hal ini, Yesus berkata kepada mereka, "Mengapa kamu membicarakan soal kamu yang tidak mempunyai roti? Belum jugakah kamu menangkap atau mengerti? Apakah hatimu menjadi keras? Kamu mempunyai mata, tidakkah kamu melihat? Kamu mempunyai telinga, tidakkah kamu mendengar? Tidak ingatkah kamu ketika Aku memecah-mecah lima roti untuk lima ribu orang, berapa banyak keranjang yang penuh dengan potongan sisa roti yang kamu kumpulkan?" Mereka menjawab, "Dua belas." "Dan, ketika tujuh roti untuk empat ribu orang, berapa keranjang yang penuh dengan potongan sisa roti yang kamu kumpulkan?" Mereka menjawab, "Tujuh." Yesus berkata kepada mereka, "Belum jugakah kamu mengerti?"

C. Yesus Tiba di Betsaida

1. Yesus Menyembuhkan Seorang Buta di Betsaida (Markus 8:22-26)

Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Betsaida. Beberapa orang membawa kepada Yesus seorang buta dan memohon agar Dia menyentuhnya. Yesus pun menggandeng orang buta itu dan membawanya ke luar desa. Ketika Yesus meludahi mata orang buta itu dan meletakkan tangan-Nya atas dia, Yesus bertanya kepadanya, "Dapatkah kamu melihat sesuatu?" Orang itu melihat ke atas dan berkata, "Aku melihat orang-orang, tetapi mereka terlihat seperti pohon-pohon yang sedang berjalan." Lalu, Yesus meletakkan tangan-Nya atas mata orang itu lagi, lalu orang itu membuka matanya, penglihatannya disembuhkan, dan dia pun dapat melihat segala sesuatu dengan jelas. Lalu, Yesus menyuruhnya pulang ke rumahnya dengan berkata, "Jangan masuk ke dalam desa."

2. Yesus Adalah Kristus (Markus 8:27-30)

Yesus melanjutkan perjalanan bersama murid-murid-Nya ke desa-desa Kaisarea Filipi. Di tengah jalan, Yesus bertanya kepada murid-muridnya, "Apa yang orang katakan tentang siapakah Aku?" Mereka menjawab, "Yohanes Pembaptis, yang lain mengatakan Elia, dan yang lain lagi salah satu dari nabi-nabi." Yesus bertanya kepada mereka, "Namun, menurut kamu, siapakah Aku ini?" Petrus menjawab-Nya, "Engkau adalah Sang Kristus." Yesus memperingatkan mereka dengan tegas untuk tidak memberitahukan kepada siapa pun tentang diri-Nya.

D. Ajaran Yesus

1. Pemberitaan Pertama Penderitaan Kristus dan Syarat Mengikuti Dia (Markus 8:31 - 9:1)

Kemudian, Yesus mulai mengajar murid-murid-Nya bahwa Anak Manusia harus menderita banyak hal dan ditolak oleh tua-tua Yahudi, imam-imam kepala, serta ahli-ahli Taurat, dan dibunuh, dan setelah tiga hari, bangkit kembali. Yesus mengatakan hal ini secara terbuka. Namun, Petrus menarik Yesus ke samping dan mulai menegur Dia. Akan tetapi, setelah menoleh dan melihat murid-murid-Nya, Yesus menegur Petrus dan berkata, "Pergi dari-Ku, Setan! Sebab, kamu tidak memikirkan perkara-perkara dari Allah, tetapi perkara-perkara dari manusia." Sesudah itu, Yesus memanggil orang banyak serta murid-murid-Nya, dan berkata kepada mereka, "Siapa yang ingin datang kepada-Ku, dia harus menyangkal dirinya sendiri, dan memikul salibnya, dan mengikut Aku. Sebab, siapa yang ingin menyelamatkan nyawanya akan kehilangan nyawanya. Akan tetapi, siapa yang kehilangan nyawanya demi Aku dan Injil akan menyelamatkan nyawanya. Sebab, apa untungnya seorang mendapatkan seluruh dunia, tetapi kehilangan nyawanya? Apa yang dapat seseorang berikan untuk menebus nyawanya? Sebab, siapa yang malu karena Aku dan firman-Ku pada generasi yang tidak setia dan berdosa ini, maka Anak Manusia juga akan malu mengakui orang itu ketika Dia datang dalam kemuliaan Bapa-Nya bersama dengan malaikat-malaikat yang kudus." Kemudian, Yesus berkata kepada mereka, "Sesungguhnya, Aku berkata kepadamu, ada beberapa orang yang berdiri di sini yang tidak akan merasakan kematian sampai mereka melihat Kerajaan Allah datang dengan kuasa."

2. Transfigurasi Kristus (Markus 9:2-29)

Enam hari kemudian, Yesus membawa Petrus, Yakobus, dan Yohanes bersama-Nya, dan mengajak mereka untuk mendaki gunung yang tinggi. Lalu, Yesus berubah rupa di hadapan mereka. Dan, pakaian-Nya menjadi sangat bersinar dan begitu putih. Tidak ada seorang pun yang bisa memutihkan-Nya seperti itu. Lalu, muncul di hadapan mereka, Elia bersama dengan Musa, dan mereka sedang berbicara dengan Yesus. Kemudian, Petrus berkata kepada Yesus, "Rabi, sangat baik bagi kami berada di sini. Marilah kita membuat tiga kemah, satu untuk-Mu, satu untuk Musa, dan satu untuk Elia." Sebab, Petrus tidak tahu harus berkata apa karena mereka ketakutan. Lalu, awan menaungi mereka, dan suatu suara terdengar dari awan itu, "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi. Dengarkanlah Dia!" Tiba-tiba, ketika mereka melihat ke sekeliling, mereka tidak lagi melihat siapa pun bersama mereka, kecuali Yesus. Sementara mereka menuruni gunung, Yesus memerintahkan mereka untuk tidak memberitahukan siapa pun tentang apa yang mereka sudah saksikan, sampai Anak Manusia bangkit dari antara orang mati. Karena itu, mereka menyimpan hal itu bagi diri mereka sendiri sambil bertanya-tanya apa arti bangkit dari kematian itu. Lalu, mereka bertanya kepada Yesus, "Mengapa para ahli Taurat mengatakan bahwa Elia harus datang lebih dahulu?" Yesus berkata kepada mereka, "Elia memang datang lebih dahulu untuk memulihkan segala sesuatu. Bagaimana dengan yang tertulis tentang Anak Manusia bahwa Dia harus menderita banyak hal dan diperlakukan dengan hina? Namun, Aku mengatakan kepadamu bahwa Elia memang sudah datang, dan mereka memperlakukan Dia sesuai keinginan mereka, seperti yang ada tertulis tentang dia."

Ketika Yesus, Petrus, Yakobus, dan Yohanes kembali kepada murid-murid, mereka melihat kerumunan orang banyak di sekeliling mereka, dan para ahli Taurat berdebat dengan mereka. Ketika melihat Yesus, segera kerumunan orang banyak itu diliputi rasa takjub dan mereka berlarian menyambut Dia. Yesus bertanya kepada mereka, "Apa yang sedang kamu perdebatkan dengan ahli-ahli Taurat itu?" Seorang dari kerumunan itu menjawab Dia, "Guru, aku membawa anak laki-lakiku kepada-Mu karena dia kerasukan roh yang membuatnya bisu. Setiap kali roh itu menguasainya, ia membanting anak itu ke tanah dan dia mengeluarkan busa dari mulutnya, dan menggigitkan giginya, lalu dia menjadi kejang. Aku meminta murid-murid-Mu untuk mengusir roh itu, tetapi mereka tidak bisa." Yesus menjawab mereka, "Hai, generasi yang tidak beriman! Berapa lama Aku harus bersama kamu? Berapa lama Aku harus tahan menghadapi kamu? Bawalah anak itu kepada-Ku!" Lalu, mereka membawa anak itu kepada Yesus. Ketika roh itu melihat Yesus, ia langsung mengguncang-guncangkan anak itu. Anak itu jatuh ke tanah dan terguling-guling dengan mulut yang mengeluarkan busa. Yesus bertanya kepada ayah anak itu, "Sudah berapa lama dia seperti ini?" Jawabnya, "Dari sejak kecil. Roh itu sudah sering melemparnya ke dalam api dan ke dalam air untuk menghancurkannya. Akan tetapi, jika Engkau dapat berbuat sesuatu, kasihanilah kami dan tolonglah kami." Yesus berkata kepadanya, "Jika Engkau dapati segala sesuatu, mungkin untuk mereka yang percaya." Dengan segera, ayah anak itu menangis dan berseru, "Aku percaya! Tolonglah ketidakpercayaanku!" Ketika Yesus melihat orang banyak datang berlarian bersama, Dia membentak roh najis itu sambil berkata kepadanya, "Hai kamu roh bisu dan tuli, Aku perintahkan kamu keluar dari anak ini dan jangan masuk ke dia lagi!" Setelah menjerit dan mengguncang-guncangkan anak itu dengan hebat, roh itu keluar. Anak itu terlihat seperti mayat sehingga orang banyak berkata, "Dia mati!" Akan tetapi, Yesus memegang anak itu dan mengangkatnya, anak itu pun mampu berdiri. Ketika Yesus sudah masuk ke dalam rumah, murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya secara pribadi, "Mengapa kami tidak dapat mengusir roh itu keluar?" Yesus berkata kepada mereka, "Jenis ini tidak dapat keluar, kecuali dengan doa dan puasa."

DOA

"Aku sungguh-sungguh meyakini bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah yang hidup. Dia ada dan berkarya untuk rencana agung keselamatan setiap bangsa yang percaya kepada-Nya. Terima kasih Tuhan karena hari ini aku melihat dan mempelajari karya pelayanan Kristus di Betsaida, Tirus, dan Sidon. Kiranya yang sudah aku pelajari ini boleh semakin mengajarkanku untuk menjadi murid Kristus yang selalu siap sedia mengabarkan Injil dan memikul salib. Amin."

 

Pertanyaan 03 -- YESUS MENYINGKIR DARI GALILEA

Pertanyaan 03 -- YESUS MENYINGKIR DARI GALILEA

Sebelum mengerjakan tugas, setiap peserta harap memperhatikan petunjuk berikut ini.

  1. Bacalah Bahan Pelajaran dan semua Referensi Pelajaran 03 dengan teliti.
  2. Bacalah Pertanyaan (A) dan (B) di bawah ini, lalu jawablah dengan jelas dan tepat.
  3. Apabila Anda mendapatkan kesulitan sehubungan dengan isi Bahan Pelajaran, silakan menghubungi: < kusuma@in-christ.net >

Selamat mengerjakan!

Pertanyaan (A)

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas!

  1. Yesus menyembuhkan anak dari seorang perempuan Siro-Fenesia yang kerasukan roh jahat di daerah ... karena perempuan tersebut memiliki iman yang percaya kepada Yesus.
    1. Sidon
    2. Tirus
    3. Betsaida
    4. Galilea
  2. Saat Yesus menyembuhkan seorang yang tuli, Dia mengucapkan kata "Efata", yang artinya ....
    1. mendengarlah
    2. sembuhlah
    3. terbukalah
    4. tahirlah
  3. Setelah Yesus memberi makan empat ribu orang (Markus 8:1-10), Yesus dan murid-murid-Nya segera bertolak dari daerah itu dan bertolak ke daerah ....
    1. Dekapolis
    2. Dalmanuta
    3. Kapernaum
    4. Betsaida
  4. Ketika Yesus bertanya tentang diri-Nya kepada murid-murid-Nya, Petrus mengatakan bahwa Yesus adalah ....
    1. Elia
    2. Yohanes pembaptis
    3. seorang Nabi
    4. Mesias
  5. Dalam Markus 8:22-26, Yesus menyembuhkan seorang buta, yaitu di daerah ....
    1. Betania
    2. Betsaida
    3. Galilea
    4. Samaria
  6. Orang-orang ... datang kepada Yesus dan meminta tanda dari surga.
    1. Farisi
    2. Saduki
    3. Herodian
    4. ahli Taurat
  7. Ketika Yesus naik ke sebuah gunung yang tinggi, Dia dimuliakan di atas gunung. Dia bertemu dengan Elia dan Musa, dan Yesus juga membawa murid-murid-Nya saat naik ke atas gunung tersebut. Murid-murid itu adalah ....
    1. Petrus, Yohanes, dan Tomas
    2. Petrus, Yakobus, dan Andreas
    3. Petrus, Yohanes, dan Yakobus
    4. Petrus, Yakobus, dan Tomas
  8. "Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa, dan satu untuk Elia." Kalimat ini diucapkan oleh salah seorang murid Yesus, yaitu ....
    1. Yohanes
    2. Yakobus
    3. Andreas
    4. Petrus
  9. Ada seorang anak kemasukan roh yang membuatnya bisu. Murid-murid tidak dapat mengusir roh tersebut karena .... 
    1. murid-murid takut terhadap roh itu
    2. murid-murid tidak percaya
    3. murid-murid tidak berdoa dan berpuasa
    4. murid-murid tidak sungguh-sungguh
  10. Sebelum Yesus menyembuhkan seorang anak yang kemasukan roh yang membuatnya bisu, roh itu sering melemparnya ke dalam ... dan ke dalam ... untuk menghancurkannya.
    1. air, api
    2. api, Air
    3. udara, air
    4. api, udara

Pertanyaan (B)

Pertanyaan B adalah pertanyaan esai untuk dijawab dengan uraian dan penjelasan yang lengkap!

  1. Menurut Anda, mengapa Yesus perlu melakukan banyak mukjizat pada awal-awal masa pelayanan-Nya? 
  2. Mengapa murid-murid harus berhati-hati terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes? Bagaimana aplikasinya dalam kehidupan Kristen kita saat ini?
Referensi SIM-03a diambil dari:
Judul Buku : Petualangan Menjelajah Perjanjian Baru
Judul artikel : Orang Biasa
Penulis : Ray C. Stedman
Penerbit : PT Duta Harapan Dunia
Halaman : 45 -- 49

 

REFERENSI PELAJARAN 03a - KRISTUS MENYINGKIR DARI GALILEA

MARKUS

Orang Biasa

Markus 8:22-26 mencatat tindakan Tuhan yang sangat penting:

Kemudian, tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Betsaida. Di situ, orang membawa seorang buta kepada Yesus dan mereka memohon kepada-Nya supaya Ia menjamah orang itu. Yesus memegang tangan orang buta itu dan membawa dia ke luar kampung. Lalu, Ia meludahi mata orang itu dan meletakkan tangan-Nya atasnya, dan bertanya: "Apakah kamu sudah melihat sesuatu?" Orang itu memandang ke depan, lalu berkata, "Aku melihat orang, sebab melihat mereka berjalan-jalan, tetapi tampaknya seperti pohon-pohon." Yesus meletakkan lagi tangan-Nya pada mata orang itu, orang itu sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh sehingga ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas. Sesudah itu, Yesus menyuruh dia pulang ke rumahnya dan berkata: "Jangan masuk ke kampung!"

Perhatikan lokasi dari kisah ini, yaitu Betsaida. Matius menggambarkan Betsaida sebagai salah satu kota tempat Yesus pernah mengucapkan penghukuman atasnya, dengan perkataan:

"Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mukjizat-mukjizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung." (Mat. 11:21)

Inilah kota yang telah menolak pelayanan Tuhan kita dan diri-Nya, dan Dia tidak akan mengizinkan terjadinya kesaksian lebih lanjut di Betsaida. Tuhan membawa si orang buta keluar dari kota ini sebelum Dia menyembuhkannya. Inilah satu-satunya kasus ketika Tuhan kita tidak melakukan kesembuhan langsung secara instan setelah Dia berfirman. Ketika kesembuhan total dialami si orang buta, Tuhan bahkan tidak membiarkan orang itu masuk kembali ke Betsaida karena desa ini berada di bawah penghakiman Allah setelah menolak pelayanan Sang Hamba Allah.

Dalam Markus 8:27-33, kita menemukan kisah pengakuan Petrus bahwa Yesus adalah Kristus Sang Mesias yang kedatangan-Nya sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Insiden ini mengakhiri bagian pertama Injil Markus. Di awal bagian kedua kitab Markus, dalam Markus 8:34, Yesus semakin sering mengajar para murid-Nya berkaitan dengan kematian akan dialami-Nya di kayu salib -- pelayanan penebusan Sang Hamba.

Sekarang, kita tiba pada tema besar kedua dari kitab Markus -- tema bahwa Yesus datang untuk menyerahkan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang. Yesus menyatakan tema muram ini ketika Dia mulai mengajarkan kepada para murid-Nya tentang kematian-Nya.

"Kemudian, mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegur Dia. Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." (Mrk. 8:31-33)

Sejak saat itulah, pandangan Tuhan kita mengarah ke Yerusalem dan salib. Dia akan menjadi persembahan Allah, Sang Hamba yang menyerahkan diri sepenuhnya sebagai korban tebusan bagi orang-orang yang hendak diselamatkan-Nya dan dilayani-Nya melalui kedatangan-Nya. Pengungkapan rencana-Nya ini diberikan dalam nas ini. Dia datang untuk menderita, ditolak, dibunuh, dan dibangkitkan kembali setelah hari ketiga.

Lalu, siapakah yang berdiri untuk menggagalkan rencana ini? Bukan Yudas Iskariot! Bukan Pontius Pilatus! Bukan roh jahat tertentu! Tidak, pelakunya adalah sahabat terdekat dan terpercaya dari Yesus -- ia yang baru saja mengakui bahwa Yesus adalah Kristus, Sang Mesias! Tanggapannya kepada Yesus adalah, "Jangan korbankan diri-Mu, Tuhan! Selamatkan diri-Mu!" Ini selalu menjadi cara dari manusia yang telah jatuh dalam dosa. Filosofi dunia ini adalah, "Selamatkan dirimu. Layani dirimu sendiri. Jangan lakukan apa pun yang tidak perlu kau lakukan." Inilah filosofi dominan dari zaman kita!

Namun, Yesus menegurnya, "Petrus," demikian kira-kira Dia berkata, "Aku tahu dari mana datangnya perkataanmu itu. Itu adalah hikmat Iblis, bukan Allah. Jangan mengatakan hal itu lagi di hadapan-Ku."

Lalu, Yesus memanggil orang banyak kepada-Nya, bersama para murid-Nya, dan berkata kepada mereka, "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku" (8:34). Menyelamatkan diri sendiri, mengutamakan diri sendiri, dan memuaskan diri sendiri adalah cara si jahat. Penyerahan diri adalah cara Allah. Itulah rencana yang dinyatakan Kristus di sepanjang Injil Markus, rencana untuk menyerahkan diri-Nya sendiri sebagai korban tebusan bagi Anda dan saya. Peristiwa tentang Yesus dimuliakan di gunung dinyatakan di pasal 9. Di sini, Yesus menyatakan maksud-Nya dan tujuan-Nya.

Kata-Nya lagi kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat bahwa Kerajaan Allah telah datang dengan kuasa." Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus, dan Yohanes, dan bersama-sama dengan mereka, Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ, mereka sendirian saja. Lalu, Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu. Tampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus. Kata Petrus kepada Yesus: "Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya karena mereka sangat ketakutan. Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia." Dan, sekonyong-konyong waktu mereka memandang sekeliling mereka, mereka tidak melihat seorangpun lagi bersama mereka, kecuali Yesus seorang diri. (9:1-8)

Yesus mengajak Petrus, Yakobus, dan Yohanes naik ke puncak gunung, dan di sana-seperti yang dijanjikan Yesus, mereka melihat "Kerajaan Allah datang dengan kuasa". Mereka tidak perlu melewati kematian untuk melihat kemuliaan Sang Raja -- mereka menyaksikannya dengan mata duniawi mereka yang fana. Petrus merujuk peristiwa ini dalam suratnya yang kedua:

Sebab, kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai Raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya. Kami menyaksikan bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika datang kepada-Nya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan, "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." Suara itu kami dengar datang dari surga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus (2 Ptr. 1:16-18).

Mengapa Yesus mengawali insiden ini dengan pernyataan, "Di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat bahwa Kerajaan Allah telah datang dengan kuasa"? Karena maksud-Nya bagi umat manusia, yang menjadi tujuan utama karya penebusan-Nya, adalah agar umat manusia tidak perlu merasakan kematian. Dia datang untuk melepaskan kita dari sengat maut, dari rasa kematian yang menyesatkan. Orang-orang Kristen akan mati, tetapi mereka tidak akan pernah mengalami kematian. Kematian justru menjadi pintu gerbang menuju kepada kehidupan. Mengapa Rasul Paulus dapat mengatakan dengan begitu yakin, "Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?" (1 Kor. 15:55) Karena, sebagaimana diberitahukan di dalam Ibrani 2:9 kepada kita, Yesus menjalani kematian bagi semua orang, bagi Anda dan bagi saya, supaya kita tidak perlu mengalaminya.

Para murid tidak memahami tujuan Tuhan atau perkataan-Nya tentang kehidupan dan kematian. Di Markus 9:9-10, kita membaca:

Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka supaya mereka jangan menceritakan kepada seorang pun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati. Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara mereka apa yang dimaksud dengan "bangkit dari antara orang mati".

Apa artinya bangkit dari antara orang mati? Itu berarti bangkit dari antara orang mati! Yesus sudah menyatakannya dengan sedemikian jelas. Dia akan menderita. Dia akan mati. Dia akan bangkit dan hidup kembali. Para murid menganggapnya perkataan kiasan ketika Yesus menyatakan kebenaran secara harfiah, lugas, dan praktis.

Referensi SIM-03b diambil dari:
Judul Buku : Survei Perjanjian Baru
Judul artikel : Isi Injil Markus
Penulis : Merrill C. Tenney
Penerbit : Gandum Mas
Halaman : 202 -- 210

 

REFERENSI PELAJARAN 03b - KRISTUS MENYINGKIR DARI GALILEA

ISI INJIL MARKUS

Injil Markus bukan semata-mata sebuah riwayat hidup karena ia tidak berbicara tentang asal usul keturunan, latar belakang lingkungan, kelahiran, pendidikan, atau keluarga tokoh utamanya. Ia juga tidak berusaha memberikan keterangan lengkap mengenai tahap tertentu dalam kehidupan Yesus. Sebaliknya, data-data kehidupan-Nya diberikan secara singkat, mungkin dalam urutan kronologis yang umum, yang merupakan suatu rangkaian peristiwa dalam kehidupan Kristus, dengan sedikit rincian mengenai minggu terakhir dalam kehidupan-Nya di atas bumi. Hampir seluruhnya menggunakan cara pendekatan yang objektif. Tidak banyak komentar yang diberikan; kisah itu sudah menyuarakan ceritanya sendiri.

Injil ini tidak banyak berbicara tentang pelayanan di Yerusalem sebelum masa kesengsaraan Yesus, meskipun Yesus pasti beberapa kali berada di sana sebelum kunjungan-Nya yang terakhir. Baru setelah keadaan menjadi gawat, Ia meninggalkan Galilea dan Dekapolis. Perjalanan-Nya ke Tirus dan Sidon atau ke Kaisarea Filipi adalah usaha untuk menghindarkan diri dari keributan dan pertentangan yang ditujukan kepada pelayanan-Nya kepada masyarakat, agar Ia mendapat kesempatan untuk berdoa dan berdiam diri, dan mengajar murid-murid-Nya tentang kebenaran yang masih samar-samar di benak mereka.

Ikhtisar ini juga menunjukkan suatu perkembangan dalam alam pikiran Markus. Kata Yunani "euthys eutheos", yang diterjemahkan menjadi "saat itu juga", "dengan segera", digunakan sebanyak 42 kali, lebih banyak daripada dalam seluruh Perjanjian Baru lainnya. Ia memberikan suatu kesan bahwa bagaimanapun beragam dan terincinya pelayanan Yesus, Ia segera menuju suatu tujuan yang tidak kelihatan yang ada dalam bayangan-Nya, tetapi yang tersembunyi dari kebanyakan orang sezaman-Nya dan yang hanya dipahami secara samar-samar oleh para murid-Nya pada saat-saat tertentu, ketika firman-Nya menerangi pengertian mereka.

Dalam bagian ketiga, Yesus melanjutkan ajaran dan mukjizat. Kesangsian orang-orang di tempat asalnya (6:6), tekanan politik dari Raja Herodes yang telah menghukum mati Yohanes Pembaptis dan yang pasti akan memandang Yesus dengan penuh kecurigaan (6:27-29), bahaya dari ketenaran-Nya yang dapat dengan mudah ditafsirkan sebagai hasutan terhadap rakyat, dan adat istiadat orang-orang Farisi (7:1-23), semuanya ini menciptakan suatu tekanan yang harus dihadapi oleh Yesus. Akhirnya, setelah gagal menghindarkan diri dari desakan massa (6:31-34), Ia mengasingkan diri ke Tirus dan Sidon, suatu wilayah kafir tempat Ia tidak begitu dikenal (7:24). Bahkan, di sana pun, Ia masih dimintai pertolongan. Bagian yang berisi kisi pelayanan Yesus yang lengkap ini menjelaskan seluk-beluk pekerjaan Yesus. Belas kasih-Nya kepada orang banyak, kesiapsediaan-Nya untuk melayani mereka yang membutuhkan, dan kebijaksanaan-Nya dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sangat berbeda dengan keserakahan massa yang kurang berpikir.

Bagian yang keempat (8:27-10:31) dimulai dengan penarikan diri Yesus ke Kaisarea Filipi. Markus, seperti Injil Sinoptik lainnya, menganggap bagian ini sebagai titik terpenting dalam perjalanan hidup Yesus. Yesus mengimbau murid-murid-Nya untuk membuat pengakuan pribadi tentang iman mereka kepada-Nya (8:27). Ia membukakan kepada mereka untuk pertama kalinya, mengapa Ia harus mati, dan kemudian memperlihatkan kepada mereka kemuliaan-Nya yang sesungguhnya dalam penampakan perubahan rupa-Nya. Berkali-kali Ia mengajarkan kepada mereka bahwa Ia harus mati dan bangkit kembali, tetapi "mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada-Nya" (9:32).

Meskipun banyak kutipan yang diambil dari Perjanjian Lama, sedikit sekali yang dikutip langsung untuk memberikan tafsiran yang bersifat ramalan. Dari tujuh puluh perumpamaan dan ungkapan perumpamaan dalam Injil, Markus hanya mengambil delapan belas, meskipun beberapa di antaranya hanya terdiri dari satu kalimat. Namun, untuk ukurannya, Markus memberikan lebih banyak tempat bagi mukjizat daripada Injil-injil lainnya; karena ia mencatat delapan belas dari jumlah keseluruhannya yang kira-kira 35 kejadian. Lukas, misalnya saja, dalam naskah Yunani setebal 91 halaman hanya mengisahkan dua puluh kejadian, sedang delapan belas kejadian dalam Markus terkandung dalam naskah setebal 53 halaman. Jelas bahwa Markus lebih menaruh perhatian pada perbuatan daripada pemikiran.

Markus adalah Injil tentang reaksi pribadi. Sepanjang tulisannya tercatat pelbagai reaksi dari para pendengar Yesus. Reaksi itu adalah: "takjub" (1:27), "mencela" (2:7), "takut" (4:41), "bertanya-tanya" (6:14); "tercengang" (7:37), "dengki" (14:1). Sekurang-kurangnya ada 23 sebutan semacam itu. Cerita ini menyajikan kesimpulannya sendiri, dan dari pantulan pemikiran orang banyak, kita dapat melihat evaluasi dari sikap manusia modern terhadap Yesus. Di samping catatan-catatan kecil tentang tanggapan masyarakat terhadap Yesus ini, ada banyak rekaman pembicaraan dengan Yesus, bahkan catatan tentang gerak-gerik pribadi Yesus (3:5; 5:41; 7:33; 8:23; 9:27; 10:16).

Semua sentuhan kecil ini dan yang lainnya membuat Markus menjadi Injil yang hidup. Ada 151 kata kerja "present tense" dan banyak kata kerja "imperfect tense", yang melukiskan perbuatan sebagai suatu proses bukan melulu sebagai suatu peristiwa. Lukisan gamblang seperti ini sering muncul: "Segera sesudah itu, Roh memimpin Dia ke padang gurun" (1:12); "Lalu, mereka membuka atap yang di atas-Nya" (2:4); "Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur di hadapan-Nya" (3:11); "ombak menyembur masuk ke dalam perahu sehingga perahu itu mulai penuh dengan air" (4:37); "Lalu, Ia menyuruh orang-orang itu supaya semua duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau" (6:39). Kata-kata itu adalah sedikit contoh yang diambil secara acak dari Injil ini untuk menggambarkan semangat dan kesegaran gaya Markus -- suatu gaya yang tidak ragu lagi menunjukkan kesaksian lisan dari saksi mata yang menceritakan dengan seadanya segala sesuatu yang ia lihat telah memengaruhi dirinya dan orang lain.

Tampaknya, tujuan dari Injil ini yang terutama adalah penginjilan atau penyampaian Kabar Baik, yaitu suatu usaha untuk memperkenalkan diri dan karya Yesus kepada masyarakat sebagai suatu kabar baru, "Injil", tanpa mengharapkan terlalu banyak pengetahuan pihak pendengar tentang teologi atau ajaran Perjanjian Lama. Cerita-ceritanya yang singkat, ajarannya yang berupa kata-kata bijaksana, dan penerapan tentang kebenaran yang mengena adalah sesuatu yang lazim digunakan oleh para pengkhotbah di depan umum untuk menceritakan tentang Kristus di antara kelompok pendengar yang terdiri dari pelbagai golongan. Meskipun Injil ini tidak bergaya sastra, tetapi ia dipersatukan oleh Dia tentang siapa Injil ini berbicara, dan ia memberikan gambaran tentang Kristus, yang nyata dan mutlak.

 

BAB 04

 

Pelajaran 04 -- PELAYANAN KRISTUS DI PEREA

PELAYANAN KRISTUS DI PEREA

Bacaan: Markus 9:30 - 10:52

Pelayanan Tuhan Yesus di Perea merupakan pelayanan sebelum memasuki minggu penderitaan di Yerusalem. Sekalipun hanya tertulis dalam dua pasal, tetapi pelayanan Yesus di Perea memuat begitu banyak pengajaran, dua mukjizat, dan pemberitaan mengenai penderitaan Yesus. Bagian pekerjaan dan pelayanan Yesus selengkapnya dapat kita gali bersama dalam Markus 9:30 - 10:52.

A. Menuju Yerusalem

1. Pemberitaan Kedua tentang Penderitaan Yesus (Markus 9:30-32)

Dari sana, Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan dan pergi melewati wilayah Galilea. Dia tidak mau ada orang yang mengetahuinya. Sebab, Dia sedang mengajar murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka, "Anak Manusia akan diserahkan ke tangan manusia, dan mereka akan membunuh-Nya. Sesudah Dia dibunuh, tiga hari kemudian Dia akan bangkit." Namun, murid-murid tidak memahami perkataan itu dan takut bertanya kepada-Nya.

2. Perdebatan tentang Siapa yang Terbesar (Markus 9:33-37)

Yesus dan murid-murid-Nya sampai di Kapernaum. Setelah ada di dalam rumah, Yesus bertanya kepada mereka, "Apa yang tadi kamu bicarakan dalam perjalanan?" Akan tetapi, mereka diam karena dalam perjalanan mereka berdebat satu dengan yang lain tentang siapa yang terbesar. Yesus duduk dan memanggil dua belas murid. Dia berkata kepada mereka, "Jika ingin menjadi yang pertama, dia harus menjadi yang terakhir dari semuanya dan menjadi pelayan bagi semuanya." Kemudian, Yesus mengambil seorang anak kecil dan membawanya berdiri di antara mereka. Sambil memeluk anak itu, Dia berkata kepada mereka, "Siapa yang menyambut anak kecil ini dalam nama-Ku, dia menyambut Aku. Siapa yang menyambut Aku, dia tidak saja menyambut Aku, tetapi juga Dia yang mengutus Aku."

3. Orang yang Mengusir Setan dalam Nama Yesus (Markus 9:38-41)

Yohanes berkata kepada Yesus, "Guru, kami melihat orang mengusir setan-setan dalam nama-Mu, dan kami mencoba menghentikannya karena dia tidak mengikuti kita." Yesus berkata, "Jangan menghentikan dia karena tidak ada orang yang melakukan perbuatan ajaib dalam nama-Ku pada saat yang sama mengatakan hal yang jahat tentang Aku. Sebab, siapa yang tidak melawan kita, dia ada di pihak kita. Sebab, sesungguhnya, Aku berkata kepadamu, siapa yang memberimu segelas air untuk minum karena kamu pengikut Kristus, dia tidak akan kehilangan upahnya."

4. Tentang Penyebab Dosa (Markus 9:42-50)

"Siapa yang menyebabkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya kepada-Ku itu berbuat dosa, akan lebih baik bagi dirinya jika sebuah batu kilangan yang besar digantungkan pada lehernya dan dia dilemparkan ke dalam laut. Jika tanganmu menyebabkan kamu berbuat dosa, potonglah tanganmu itu. Lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan tangan buntung daripada dengan dua tangan, tetapi masuk ke dalam neraka, ke dalam api yang tidak terpadamkan, tempat di mana ulat tidak mati dan api tidak padam. Jika kakimu menyebabkan kamu berbuat dosa, potonglah kakimu itu. Lebih baik bagi kamu masuk ke dalam hidup dengan kaki buntung daripada dengan dua kaki, tetapi dilemparkan ke dalam neraka, tempat di mana ulat tidak mati dan api tidak padam. Jika matamu menyebabkan kamu berbuat dosa, cungkillah matamu itu. Lebih baik bagi kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan satu mata daripada dengan dua mata, tetapi dilemparkan ke dalam neraka, tempat di mana ulat tidak mati dan api tidak padam. Sebab, setiap orang akan digarami dengan api. Garam itu baik, tetapi jika garam itu kehilangan keasinannya, bagaimana kamu akan membuatnya asin lagi? Milikilah garam dalam dirimu dan berdamailah satu dengan yang lain."

B. Pelayanan di Perea

1. Tentang Perceraian (Markus 10:1-12)

Yesus meninggalkan tempat itu, lalu pergi ke wilayah Yudea dan ke seberang Sungai Yordan. Kumpulan orang banyak mengerumuni Dia lagi. Sebagaimana kebiasaan-Nya, Dia mengajar mereka lagi. Kemudian, orang-orang Farisi mendatangi-Nya, dan untuk mencobai Dia, mereka bertanya, "Apakah melanggar hukum jika seorang suami menceraikan istrinya?" Yesus menjawab mereka, "Apa yang Musa perintahkan kepadamu?" Mereka berkata, "Musa mengizinkan seorang laki-laki membuat surat cerai dan menceraikannya. Akan tetapi, Yesus berkata kepada mereka, "Karena kekerasan hatimulah, Musa menuliskan perintah ini kepadamu. Namun, sejak permulaan penciptaan, 'Allah menciptakan mereka laki-laki dan perempuan. Karena itu, seorang laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya. Keduanya akan menjadi satu daging.' Dengan demikian, mereka bukan lagi dua, melainkan satu daging. Jadi, apa yang telah Allah persatukan, jangan ada manusia yang memisahkan." Saat ada di dalam rumah, murid-murid-Nya bertanya lagi kepada Yesus tentang hal itu. Karena itu, Dia berkata kepada mereka, "Siapa yang menceraikan istrinya dan menikahi yang lain, dia berbuat zina terhadap istrinya. Dan, jika istri menceraikan suaminya, dan menikahi yang lain, dia berbuat zina."

2. Yesus Memberkati Anak-Anak (Markus 10:13-16)

Mereka membawa anak-anak kepada Yesus supaya Dia menyentuh anak-anak itu, tetapi murid-murid itu menegur mereka. Namun, ketika Yesus melihatnya, Dia menjadi marah dan berkata kepada murid-murid-Nya, "Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku dan jangan menghalangi mereka karena orang-orang seperti itulah yang memiliki Kerajaan Allah. Sesungguhnya, Aku berkata kepadamu, siapa yang tidak menerima Kerajaan Allah seperti seorang anak, tidak akan masuk ke dalamnya." Kemudian, Yesus memeluk anak-anak itu, memberkati mereka, dan meletakkan tangan-Nya atas mereka.

3. Orang Kaya yang Menolak Mengikut Yesus (Markus 10:17-27)

Sementara Yesus sedang mempersiapkan perjalanan-Nya, seorang laki-laki berlari dan berlutut di hadapan-Nya dan bertanya kepada-Nya, "Guru yang baik, apa yang harus aku lakukan untuk menerima warisan hidup yang kekal?" Yesus berkata kepadanya, "Mengapa kamu menyebut Aku baik? Tidak ada seorang pun yang baik, kecuali Allah sendiri. Kamu tahu hukum-hukum itu: 'Jangan membunuh, jangan berzina, jangan mencuri, jangan memberi kesaksian palsu, jangan menipu, hormatilah ayah dan ibumu.'" Lalu, orang itu berkata kepada-Nya, "Guru, semua itu sudah aku taati sejak masa mudaku." Namun, Yesus memandang kepada pemuda itu, menaruh kasih kepadanya, dan berkata kepadanya, "Kamu kurang dalam satu hal. Pergi dan juallah semua yang kamu miliki, dan berikanlah kepada orang miskin, maka kamu akan memiliki harta di surga. Lalu, datanglah dan ikutlah Aku." Orang itu sangat sedih ketika mendengar perkataan itu dan dia pergi dengan susah hati karena dia memiliki banyak harta. Kemudian, Yesus memandang ke sekeliling dan berkata kepada murid-murid-Nya, "Betapa sulit bagi mereka yang memiliki kekayaan untuk masuk Kerajaan Allah!" Murid-murid pun terkejut akan perkataan-Nya. Namun, Yesus berkata lagi kepada mereka, "Hai anak-anak, betapa sulitnya masuk Kerajaan Allah! Lebih mudah bagi seekor unta masuk melalui lubang jarum daripada seorang kaya masuk Kerajaan Allah." Murid-murid menjadi semakin terkejut dan berkata satu kepada yang lain, "Kalau begitu, siapa yang bisa diselamatkan?" Yesus memandang mereka dan berkata, "Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi tidak bagi Allah. Sebab, segala sesuatu mungkin bagi Allah."

4. Upah Mengikuti Yesus (Markus 10:28-31)

Petrus mulai berkata kepada Yesus, "Lihat, kami telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!" Yesus berkata, "Sesungguhnya, Aku berkata kepadamu, tidak ada seorang pun yang telah meninggalkan rumah, atau saudara-saudara laki-laki, atau saudara-saudara perempuan, atau ibu, atau ayah, atau anak-anak, atau ladang-ladang demi Aku dan demi Injil, yang tidak akan menerima seratus kali lipat sekarang, pada masa ini, rumah-rumah, dan saudara-saudara laki-laki, dan saudara-saudara perempuan, dan ibu-ibu, dan anak-anak, dan ladang-ladang, dengan penganiayaan; dan pada masa yang akan datang, yaitu hidup yang kekal. Akan tetapi, banyak orang yang pertama akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang pertama."

5. Pemberitaan Ketiga tentang Penderitaan Yesus (Markus 10:32-34)

Mereka sedang dalam perjalanan ke Yerusalem dan Yesus berjalan mendahului mereka. Murid-murid-Nya takjub, tetapi orang-orang yang mengikuti Dia takut. Sekali lagi, Yesus memisahkan dua belas murid-Nya, dan Dia mulai berbicara kepada mereka tentang apa yang akan terjadi kepada-Nya, kata-Nya, "Lihat, kita menuju Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat. Mereka akan menghukum-Nya hingga mati dan akan menyerahkan-Nya kepada bangsa lain. Mereka akan mengejek-Nya, dan meludahi-Nya, dan menghajar-Nya, dan membunuh-Nya. Akan tetapi, sesudah tiga hari, Dia akan bangkit."

6. Permohonan Yakobus dan Yohanes (Markus 10:35-45)

Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, datang kepada Yesus dan berkata kepada-Nya, "Guru, kami minta Engkau meluluskan permohonan bagi kami." Dan, Yesus berkata kepada mereka, "Apa yang kamu ingin Aku lakukan bagimu?" Mereka berkata kepada-Nya, "Izinkan kami duduk, satu di sebelah kanan-Mu, dan yang satu di sebelah kiri-Mu, bagi kemuliaan-Mu." Akan tetapi, Yesus berkata kepada mereka, "Kamu tidak tahu apa yang sedang kamu minta. Sanggupkah kamu minum dari cawan yang harus Kuminum atau dibaptis dengan baptisan yang dibaptiskan kepada-Ku?" Mereka berkata kepada-Nya, "Kami sanggup!" Lalu, Yesus berkata kepada mereka, "Cawan yang Aku minum memang akan kamu minum, dan kamu akan dibaptis dengan baptisan yang dibaptiskan kepada-Ku. Akan tetapi, untuk duduk disebelah kanan-Ku atau disebelah kiri-Ku, bukan hak-Ku untuk memberikannya, tetapi tempat itu adalah untuk mereka yang telah dipersiapkan." Ketika sepuluh murid mendengar hal itu, mereka menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes. Lalu, Yesus memanggil mereka dan berkata kepada mereka, "Kamu tahu bahwa mereka yang dianggap sebagai pemerintah bangsa-bangsa lain berbuat seolah-olah mereka berkuasa atasnya. Dan, petinggi-petinggi itu menggunakan kekuasaannya atas mereka. Namun, di antara kamu, seharusnya tidaklah seperti itu. Sebaliknya, siapa yang ingin menjadi besar di antara kamu, harus menjadi pelayanmu, dan siapa yang ingin menjadi yang pertama di antara kamu, harus menjadi pelayan dari semuanya. Sebab, bahkan Anak Manusia pun datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani, dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."

7. Yesus Menyembuhkan Bartimeus (Markus 10:46-52)

Kemudian, mereka sampai di Yerikho. Sementara Yesus meninggalkan Yerikho bersama dengan murid-murid-Nya dan orang banyak, ada seorang pengemis buta bernama Bartimeus, anak Timeus, yang duduk di pinggir jalan. Ketika dia mendengar bahwa yang lewat adalah Yesus dari Nazaret, dia pun mulai berseru dan berkata, "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" Banyak orang menegur dia dan menyuruhnya untuk diam. Namun, dia malah semakin keras berteriak, "Anak Daud, kasihanilah aku!" Yesus berhenti dan berkata, "Panggil dia." Dan, mereka pun memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya, "Tenanglah! Berdirilah, Dia memanggilmu." Dengan melepaskan jubahnya, orang buta itu melompat dan datang kepada Yesus. Yesus berkata kepadanya, "Apa yang kamu ingin Aku lakukan bagimu?" Orang buta itu menjawab, "Rabi, biarlah aku bisa melihat lagi." Lalu, Yesus berkata kepadanya, "Pergilah. Imanmu telah menyembuhkan kamu." Segera saat itu juga, dia mendapatkan kembali penglihatannya dan mengikut Yesus sepanjang jalan.

DOA

"Tuhan, tuntunlah kami untuk melakukan kehendak-Mu dalam kehidupan kami. Sebagai manusia yang berdosa, betapa sering kami melakukan tindakan yang tidak berkenan kepada-Mu. Biarlah melalui Roh Kudus-Mu serta setiap pengajaran yang kami dengarkan dalam ibadah maupun persekutuan, kami dapat menerapkannya untuk mengenapi rencana dan kehendak-Mu dalam kehidupan kami. Amin."

 

Pertanyaan 04 -- PELAYANAN KRISTUS DI PEREA

Pertanyaan 04 -- PELAYANAN KRISTUS DI PEREA

Sebelum mengerjakan tugas, setiap peserta harap memperhatikan petunjuk berikut ini.

  1. Bacalah Bahan Pelajaran dan semua Referensi Pelajaran 04 dengan teliti.
  2. Bacalah Pertanyaan (A) dan (B) di bawah ini, lalu jawablah dengan jelas dan tepat.
  3. Apabila Anda mendapatkan kesulitan sehubungan dengan isi Bahan Pelajaran, silakan menghubungi: < kusuma@in-christ.net >

Selamat mengerjakan!

Perhatian:

Pertanyaan (A)

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas!

  1. Saat Yesus menjelaskan tentang pemberitaan kedua tentang penderitaan yang akan dialami-Nya, para murid memperbincangkan apa yang dikatakan-Nya karena ....
    1. mereka mengerti apa yang dikatakan oleh Yesus
    2. mereka tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Yesus
    3. mereka sedikit mengerti apa yang dikatakan oleh Yesus
    4. mereka banyak mengerti apa yang dikatakan oleh Yesus
  2. Ketika Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kapernaum, Yesus menjelaskan tentang siapa yang terbesar di antara mereka, lalu Yesus mengambil seorang ... dan menjelaskan tentang hal itu.
    1. dewasa
    2. murid-Nya
    3. anak kecil
    4. anak bayi
  3. Saat Yesus sedang mengajar di Perea, di situ ada orang banyak mengikuti Dia, dan juga datanglah orang ... untuk mencobai Yesus dengan bertanya tentang hal perceraian.
    1. Saduki
    2. Herodian
    3. ahli taurat
    4. Farisi
  4. Pada saat Yesus berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya, ada seorang yang berlari-lari mengikuti-Nya dan bertanya tentang hal memperoleh kerajaan surga. Namun, setelah Yesus menjelaskan kepadanya, akhirnya dia pergi dengan sedih dan meninggalkan Yesus karena ....
    1. dia tidak melakukan hukum taurat
    2. dia melakukan semua hukum taurat
    3. dia terlalu baik
    4. dia mencintai hartanya
  5. "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau." Kalimat ini diucapkan oleh salah seorang murid Yesus, yaitu ....
    1. Petrus
    2. Yohanes
    3. Yohanes
    4. Andreas
  6. "Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada ... dan ..., lalu mereka akan menjatuhkan hukuman mati kepada-Nya." Yesus mengungkapkan kalimat ini sebelum Dia ditangkap oleh mereka. 
    1. imam-imam kepala dan para tua-tua
    2. imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat
    3. imam-imam kepala dan orang-orang Farisi
    4. imam-imam kepala dan kaisar
  7. Sepuluh murid Yesus marah kepada ... dan ... karena mereka bertanya kepada Yesus tentang perkenanan Tuhan dalam kemuliaan-Nya kelak nanti.
    1. Yakobus dan Petrus
    2. Yakobus dan Andreas
    3. Yakobus dan Yohanes
    4. Yakobus dan Tomas
  8. Yesus berkata, "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah dia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah dia menjadi ... untuk semuanya.
    1. hamba
    2. tuan
    3. anak
    4. kecil
  9. Yesus menyembuhkan Bartimeus anak Timeus di kota ....
    1. Samaria
    2. Betania
    3. Galilea
    4. Yerikho
  10. Yesus menyembuhkan Bartimeus seorang yang buta karena ....
    1. dia pernah bertemu Yesus sebelumnya
    2. dia mengenal siapa Yesus
    3. dia memiliki iman yang besar kepada Yesus
    4. dia datang menghadap Yesus

Pertanyaan (B)

Pertanyaan B adalah pertanyaan esai untuk dijawab dengan uraian dan penjelasan yang lengkap!

  1. Jelaskan apa yang Yesus ajarkan mengenai seorang pemimpin atau menjadi yang terbesar! Apa tantangan yang Anda alami sehubungan dengan pengajaran Yesus mengenai hal tersebut?
  2. Jelaskan pendapat Anda mengenai perkataan Yesus: "Betapa sulit bagi mereka yang memiliki kekayaan untuk masuk Kerajaan Allah"!
Referensi SIM-04a diambil dari:
Judul Buku : Tafsiran Matthew Henry Injil Markus
Judul artikel : Pelayanan Yesus di Perea
Penulis : Matthew Henry
Penerbit : Momentum
Halaman : 213 -- 233

 

REFERENSI PELAJARAN 04a - PELAYANAN KRISTUS DI PEREA

PELAYANAN YESUS DI PEREA

PELAYANAN YESUS DI PEREA DIMULAI DARI:

Perdebatan Kristus dengan orang Farisi mengenai perceraian (ay. 1-12). Penghiburan yang Dia berikan kepada anak-anak kecil yang dibawa kepada-Nya untuk diberkati (ay. 13-16). Ujian yang dilakukan-Nya terhadap orang kaya yang menanyakan apa yang harus dilakukannya supaya bisa masuk surga (ay. 17-22). Pembicaraan-Nya dengan murid-murid sehubungan dengan pertanyaan orang kaya tersebut, mengenai bahaya menjadi orang kaya (ay. 23-27), dan keuntungan menjadi miskin karena Dia (ay. 28-31). Pemberitahuan-Nya lagi kepada murid-murid-Nya mengenai penderitaan dan kematian-Nya yang semakin mendekat (ay. 28-34). Nasihat yang Dia berikan kepada Yakobus dan Yohanes, untuk lebih menginginkan menderita bersama Dia daripada memerintah bersama-Nya (ay. 15-45). Kesembuhan Bartimeus, seorang pengemis buta yang malang (ay. 46-52). Inti dari semua perikop ini juga kita jumpai di dalam Matius 19 dan 20.

A. PENGAJARAN MENGENAI PERCERAIAN (10:1-12)

Yesus Tuhan kita adalah seorang Pengkhotbah keliling. Dia tidak berada di satu tempat untuk waktu yang lama karena seluruh tanah Kanaan adalah wilayah gereja-Nya atau daerah penggembalaan-Nya. Oleh karena itu, Dia mengunjungi setiap bagiannya dan memberikan perintah kepada mereka yang berada di setiap pelosok negeri itu. Dalam perikop ini, kita mendapati Dia sedang berada di perbatasan Yudea, arah ke timur seberang Sungai Yordan, belum lama berselang, Dia berada di perbatasan paling barat, dekat Tirus dan Sidon. Jadi, perjalanan-Nya seperti jalan keliling matahari, yang dari terik dan panasnya tiada sesuatu pun yang bisa luput. Nah, di sini kita mendapati Dia:

1. Ke mana pun Dia pergi, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia; mereka mendatangi-Nya lagi, seperti yang mereka lakukan saat Dia berada di tempat itu sebelumnya, dan, seperti biasa, Dia mengajar mereka lagi. Perhatikanlah, berkhotbah merupakan pekerjaan tetap Kristus. Inilah pekerjaan yang biasa Dia lakukan pada waktu dahulu, dan karena itu, di mana pun Dia datang, Dia melakukan apa yang biasa dikerjakan-Nya itu. Dalam Injil Matius dikatakan, "Dia menyembuhkan mereka," sedangkan dalam Injil Markus ini disebutkan, "Dia mengajar mereka," karena kesembuhan itu dilakukan untuk meneguhkan pengajaran-Nya dan supaya orang mau mengikutinya, sedangkan pengajaran-Nya digunakan untuk menjelaskan dan menggambarkan kesembuhan yang Dia lakukan. Dia kembali mengajar mereka. Perhatikanlah, orang-orang yang sudah pernah diajar oleh Kristus pun perlu untuk diajarkan kembali, inilah sifat sejati dari ajaran Kristen, bahwa selalu ada lagi yang harus dipelajari, bahwa kita ini makhluk pelupa, jadi perlu selalu diingatkan kembali mengenai apa telah kita ketahui.

2. Kita mendapati-Nya berdebat dengan orang Farisi yang iri dengan kemajuan jangkauan pelayanan rohani-Nya, dan melakukan apa pun yang mereka bisa untuk menghalangi dan menentang-Nya, mengalihkan perhatian-Nya, dan membingungkan-Nya untuk menghasut orang-orang untuk menentang-Nya.

B. KASIH KRISTUS KEPADA ANAK-ANAK (10:13-16)

Dalam ayat 10:13-16, menunjukkan pembawaan yang ramah dan lembut dalam memperhatikan anak-anak kecil, yang merupakan sifat luar biasa yang dimiliki oleh Yesus Tuhan kita. Sifat ini bukan hanya mendorong anak-anak kecil untuk menyerahkan diri mereka kepada Kristus sejak mereka masih sangat muda, tetapi juga bisa menyemangati orang-orang dewasa, yang selalu sadar akan kelemahan dan sifat kekanak-kanakan mereka, dan karena itu menjadi tidak berdaya dan tidak berguna akibat kelemahan itu, persis seperti anak-anak.

Dalam perikop ini diceritakan tentang:

1. Anak-anak kecil dibawa kepada Kristus. Orang tua atau pengasuh mereka membawa mereka kepada Kristus supaya Dia menjamah mereka, sebagai tanda bahwa Dia memerintah atas dan memberkati mereka. Tidak tampak bahwa anak-anak itu memerlukan kesembuhan jasmani atas penyakit apa saja. Dan, mereka juga belum mempunyai kemampuan untuk diajar.

2. Para orang tua itu sangat peduli dengan keadaan jiwa anak-anak mereka, yang merupakan bagian yang paling penting, dan inilah yang seharusnya menjadi perhatian utama dari para orang tua mengenai anak-anak mereka, sebab jiwa merupakan bagian utama dari kehidupan mereka dan apabila jiwa mereka baik, baik pula hidup mereka itu.

3. Para orang tua itu percaya bahwa berkat Kristus akan mendatangkan kebaikan bagi jiwa anak-anak mereka sehingga mereka membawa anak-anak itu kepada-Nya, supaya Dia menjamah mereka. Mereka melakukan ini dengan kesadaran bahwa Dia dapat menjangkau hati mereka, jika tidak ada lagi ruang dapat dikatakan atau diperbuat orang tua terhadap mereka. Sekarang, Kristus ada di surga, dan kita boleh menyerahkan anak-anak kita kepada-Nya, sebab dari situ Dia dapat menjangkau mereka dengan berkat-Nya. Dengan demikian, kita bisa bertindak dengan iman untuk mendapatkan kepenuhan dan kebesaran anugerah-Nya karena inilah kebaikan yang selalu Dia berikan kepada keturunan orang yang setia, yaitu pewaris janji untuk kita dan anak cucu kita, khususnya janji besar mengenai pencurahan Roh-Nya atas keturunan kita, dan berkat-Nya kepada anak cucu kita.

4. Murid-murid menghalangi anak-anak dibawa kepada Kristus. Murid-murid memarahi orang-orang yang membawa anak-anak tersebut; seolah-olah mereka tahu pasti pikiran Guru mereka dalam hal ini, padahal belum lama berselang, Dia memperingatkan mereka untuk tidak menyesatkan anak-anak kecil.

5. Dorongan yang diberikan Kristus.

a. Dia merasa sangat sedih karena murid-murid-Nya menghalau anak-anak itu menjauh daripada-Nya: Ketika Yesus melihat hal itu. Dia marah (ay. 14). "Apa maksud kalian? Apakah kalian mau menghalangi-Ku untuk melakukan yang baik, untuk melakukan yang baik bagi generasi penerus ini, bagi kawanan domba-domba kecil ini?" Kristus sangat marah terhadap murid-murid-Nya sendiri jika mereka mengacaukan orang-orang yang berniat datang kepada-Nya atau hendak membawa anak-anak mereka kepada-Nya.

b. Dia memerintahkan supaya anak-anak tersebut dibawa kepada-Nya, dan tidak boleh ada perkataan atau perbuatan apa pun untuk menghalang-halangi mereka. Biarkan anak-anak kecil, segera setelah mereka mampu berdiri sendiri, untuk datang kepada-Ku sehingga mereka bisa memanjatkan doa permohonan mereka kepada-Ku dan menerima pengajaran dari-Ku. Anak-anak kecil dengan puji-pujian mereka akan selalu siap disambut di takhta anugerah.

c. Dia mengakui mereka sebagai anggota jemaat-Nya, seperti halnya dalam jemaat Yahudi. Ketika datang untuk meneguhkan Kerajaan Allah di tengah-tengah manusia, Dia memakai kesempatan tersebut untuk mengumumkan bahwa Kerajaan Allah itu mengakui anak-anak kecil sebagai warga Kerajaan Allah, dan mengakui hak istimewa mereka sebagai warga. Demikianlah, Kerajaan Allah itu harus diteruskan oleh orang-orang demikian, mereka harus disambut ketika masih kecil supaya mereka bisa dijaga sejak itu untuk menanggung nama Kristus.

d. Supaya bisa diakui dan diberkati oleh Kristus, kita semua harus memiliki sifat dan pembawaan seperti yang terdapat pada anak-anak kecil. Kita harus menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil [ay. 15), yaitu kita harus menanggapi Kristus dan anugerah-Nya seperti yang dilakukan anak-anak kecil kepada orang tua, pengasuh, dan guru mereka.

C. PENGHARAPAN SEORANG MUDA YANG TIDAK DAPAT MASUK SURGA (10:17-31)

1. Di sini, kita menyaksikan suatu pertemuan yang memberikan pengharapan antara Kristus dan seorang muda. Begitulah ia digambarkan sebagai seorang pemuda (Mat. 19:20, 22), dan juga seorang pemimpin (Luk. 18:18), seseorang yang berkualitas. Beberapa keadaan yang digambarkan di sini, yang tidak kita dapatkan dalam Injil Matius, tampaknya membuat perjumpaan orang muda ini dengan Kristus menjadi semakin menjanjikan.

2. Dia datang dengan berlari-lari untuk menjumpai Kristus, yang memperlihatkan bahwa ia seorang yang rendah hati. Ia mengesampingkan daya tarik dan kebesarannya sebagai seorang pemimpin, ketika ia datang kepada Kristus, yang menandakan bahwa ia sangat bersungguh-sungguh dan dalam kesusahan besar. Ia berlarut dengan tergesa-gesa, sangat rindu untuk berbicara dengan Kristus. Sekarang, ia memiliki kesempatan untuk memperoleh nasihat dari Nabi yang besar ini, mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kedamaiannya, dan ia tidak mau kehilangan kesempatan tersebut.

3. Orang itu mendatangi Kristus ketika dia sedang di tengah jalan, di tengah-tengah banyak orang. Dia tidak bersikeras untuk berbicara secara pribadi dengan Yesus pada waktu malam, seperti yang dilakukan Nikodemus. Walaupun dia seorang pemimpin sama seperti Nikodemus, tanpa rasa malu, dia langsung menggunakan kesempatan untuk mendapatkan nasihat Yesus ketika menemukan-Nya.

4. Dia bertelut di hadapan-Nya, yang menandakan besarnya penghargaan dan penghormatannya kepada Yesus sebagai seorang Guru yang datang dari Allah, dan kesungguhannya untuk belajar pada Yesus. Dia bertelut di hadapan Tuhan yesus, sebagai seorang yang tidak hanya menghormati-Nya, tetapi juga akan selalu menaati-Nya. Dia bertelut, sebagai seorang yang sungguh-sungguh mengerahkan jiwanya kepada Yesus.

5. Pertanyaannya kepada Yesus sangat serius dan berbobot, yakni "Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Hidup yang kekal merupakan suatu inti dari pengakuan imannya walaupun pada masa itu disangkal oleh orang-orang Saduki, salah satu partai yang berkuasa. Dia bertanya apakah yang harus dilakukannya sekarang supaya dia bisa hidup bahagia selamanya. Kebanyakan orang bertanya apakah yang selamanya bisa mereka miliki di dalam dunia ini (Mzm. 4:6), semua yang baik, sedangkan dia bertanya apa yang selamanya harus dia lakukan di dalam dunia ini supaya bisa menikmati hal-hal yang sangat baik di dalam dunia yang lain. Dia tidak bertanya siapakah yang dapat membuat kita bisa melihat yang baik? Melainkan dia bertanya, "Siapakah yang bisa membuat kita melakukan yang baik?" Dia menanyakan sesuatu yang bisa membuatnya bahagia dalam pengertian perbuatan yang harus dilakukannya, yaitu "summum bonum" -- inti dari yang baik, seperti yang dicari-cari Raja Salomo, apa yang baik bagi anak-anak manusia untuk mereka lakukan (Pkh. 2:3).

6. Inilah bagian yang menyedihkan antara Kristus dan orang muda tersebut.

Kristus memberikan perintah untuk menguji dia supaya dengan perintah tersebut akan tampak apakah dia benar-benar menginginkan kehidupan yang kekal dan berusaha keras untuk mendapatkannya. Tampaknya, hati orang muda itu sangat menginginkannya, dan jika benar begitu, seharusnya dia bertindak demikian. Namun, apakah dia menginginkan kehidupan kekal itu dengan sepenuh hati? Baiklah dia diuji untuk itu. Orang muda itu pergi setelah mendengar perkataan Yesus (ay.22); dia pergi dengan sedih. Dia merasa menyesal tidak dapat menjadi pengikut Kristus dengan cara yang lebih mudah daripada meninggalkan segalanya untuk mengikuti Dia, bahwa dia tidak dapat memperoleh kehidupan kekal dan sekaligus dapat menjaga harta miliknya yang bersifat sementara itu. Akan tetapi, walaupun tidak dapat memenuhi syarat menjadi seorang murid, dia tidak menunjukkan sifat munafik. Sejujurnya, dia pergi dengan sedih. Di sini, kita dapat melihat kebenaran dalam penyataan bahwa kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon (Mat. 6:24) karena ketika dia berpegang kepada Mamon, sebenarnya dia telah merendahkan Kristus, seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang lebih memilih dunia di hadapan-Nya, dia berusaha untuk mendapatkan apa yang dia inginkan di pasar, dan sekarang dia pergi dengan sedih hati dan meninggalkan keinginannya itu karena ia tidak sanggup membayar harga untuk mendapatkan kehidupan kekal itu. Ada dua kata yang berlaku dalam penawaran, pernyataan saja bukanlah suatu persetujuan. Yang menghancurkan orang muda ini adalah dia mempunyai harta yang banyak: demikianlah kekayaan orang bodoh menghancurkan mereka, dan orang-orang yang menghabiskan hari-hari mereka dalam kekayaan akan tergoda untuk berkata kepada Allah, "Tinggalkanlah kami!" atau kepada hati mereka, "Tinggalkan Allah!"

Inilah pembicaraan Kristus dengan murid-murid-Nya. Kita terdorong untuk menginginkan Kristus memperhalus perkataan-Nya yang membuat laki-laki muda ini merasa takut untuk mengikuti Dia. Kita juga mungkin tergoda untuk meminta Kristus memberikan penjelasan yang bisa menghilangkan sifat keras dari perkataan-Nya itu. Namun, Dia mengetahui hati manusia. Karena itu, Dia tidak mau membujuk orang muda itu supaya mengikuti Dia hanya karena Dia seorang yang kaya dan juga seorang pemimpin.

Referensi SIM-04b diambil dari:
Judul Buku : Dunia Perjanjian Baru
Judul artikel : Pelayanan di Daerah Perea
Penulis : J.I. Packer, Merril C. Tenney, dan William White, JR.
Penerbit : Gandum Mas
Halaman : 135 -- 143

 

REFERENSI PELAJARAN 04b - PELAYANAN KRISTUS DI PEREA

PELAYANAN DI DAERAH PEREA

Sekitar dua bulan telah lewat, Yesus kembali ke Galilea. Mungkin pada saat inilah, Ia mengutus tujuh puluh orang murid-Nya ke seluruh kota di Israel untuk memberitakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat dan bahwa Yesus adalah Sang Mesias (Lukas 10). Yesus berusaha melewati daerah Samaria dalam perjalanan-Nya menuju Yerusalem, tetapi penduduk daerah itu menolak Dia. Karena itu, Dia menyeberangi Sungai Yordan dan berjalan melewati daerah Perea. Di satu tempat, seorang ahli Taurat bertanya kepada-Nya apa yang harus ia perbuat agar memperoleh hidup yang kekal. Yesus menyuruh dia mengasihi Allah dan sesamanya; dan ahli Taurat itu menyahut, "Siapakah sesamaku manusia?" (Lukas 10:28). Lalu, Yesus menceritakan kepadanya perumpamaan yang terkenal mengenai "Orang Samaria yang Murah Hati". Dalam perjalanan ini, Yesus membuat banyak mukjizat, seperti menyembuhkan seorang perempuan yang kerasukan roh jahat dan seorang yang sakit busung air pada hari Sabat (Lukas 13:11-17; 14:1-6). Mukjizat-mukjizat pada hari Sabat itu makin mengobarkan kebencian di kalangan orang-orang Farisi.

Kemudian, latar belakang peristiwa berpindah ke daerah Yudea. Mungkin pada periode inilah, Yesus mengunjungi Betania dan ke rumah Maria dan Marta. Sementara Marta sibuk menyiapkan hidangan, Maria duduk di kaki Yesus, mendengarkan pengajaran-Nya. Marta mengeluh karena Maria tidak mau membantunya, tetapi Yesus menjawab bahwa Maria telah memilih "bagian yang terbaik", yaitu mendengar pengajaran-Nya sementara Ia masih hidup dalam dunia (Lukas 10:42). Di Yerusalem, pada hari raya tahunan Penahbisan Bait Allah, Yesus secara terbuka menyatakan diri-Nya sebagai Mesias yang dijanjikan. Orang-orang Yahudi memandang hal ini sebagai penghujatan, dan sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia. Yesus lalu pergi menyendiri ke seberang Sungai Yordan, ke Betabara, sementara usaha-usaha para pemimpin agama menentang Yesus makin berkembang.

Namun, sebaliknya, golongan masyarakat yang tersingkir justru berbondong-bondong datang untuk mendengar pengajaran-Nya. Kembali Ia mengajar mereka, terutama dengan menggunakan perumpamaan. Sementara kepada para murid-Nya, Yesus memberi tahu arti perumpamaan-perumpamaan yang Ia berikan selain melanjutkan pendidikan khusus mereka. Pada suatu hari, sebuah pesan penting datang dari rumah Maria dan Marta. Lazarus, saudara mereka, sakit parah. Ketika Yesus sampai di Betania, Lazarus telah meninggal dan dikuburkan selama empat hari. Namun, Yesus membangkitkan Lazarus dari kubur. Mukjizat ini meneguhkan niat para imam Yahudi untuk menyingkirkan Dia (Yohanes 11:1-46).

Yesus kembali menarik diri dari kerumunan orang banyak. Ia mempersiapkan diri untuk datang ke Yerusalem dan menyongsong sengsara dan wafat-Nya yang kian dekat (Yohanes 11:54-57). Perjalanan ke Yerusalem ditandai dengan banyak mukjizat, pengajaran, dan pertentangan dengan orang-orang Farisi. Ketika Ia dalam perjalanan, beberapa orang tua membawa anak-anak mereka kepada-Nya dan meminta diberkati (Lukas 18:15-17). Ia mendesak "seorang pemimpin ... sangat kaya" untuk meninggalkan segala miliknya, dan mengikuti Dia (Lukas 18:18-30). Dan, kembali Ia menceritakan kepada para murid-Nya mengenai kematian-Nya yang makin dekat (Lukas 18:31-34). Untuk mempersiapkan mereka menghadapi peristiwa itu, Yesus menggambarkan kepada mereka mengenai upah-upah Kerajaan Surga yang akan mereka terima dan menyuruh mereka menjadi pelayan bagi semua orang (Matius 20:1-16). Di sekitar Yerikho, Yesus menyembuhkan beberapa orang buta; salah seorang di antaranya adalah Bartimeus, yang mengaku bahwa Yesus adalah Sang Mesias (Markus 10:46-52). Yesus makan di rumah Zakheus, seorang kepala pemungut cukai yang juga menerima keselamatan melalui iman kepada-Nya (Lukas 19:1-10). Dari Yerikho, Yesus pergi mengunjungi rumah Lazarus, Maria, dan Marta di Betania.

Memahami diri Kristus bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi ada kesepakatan umum mengenai sebagian besar dari sifat Kristus dan kepribadian-Nya. Lima gelar yang dikenakan pada Yesus mencerminkan sesuatu yang penting mengenai diri dan karya-Nya. Nama Yesus (sama dengan Yosua, yang artinya "Allah adalah Juru Selamat") menekankan peranan-Nya sebagai Juru Selamat umat-Nya (Matius 1:21). Kristus adalah gelar yang memiliki arti yang sama dengan Mesias, yakni sebuah kata Ibrani yang bermakna "Yang diurapi" (band. Kisah 4:27; 10:38). Gelar ini menekankan bahwa Yesus ditunjuk oleh Allah untuk misi-Nya, dan Ia memiliki hubungan khusus dengan Allah Bapa, yakni bahwa Ia memiliki tugas dan peranan yang harus Ia jalankan atas ketetapan Allah Bapa.

Anak Manusia, merupakan gelar yang hampir semata-mata digunakan oleh Yesus sendiri (band. Matius 9:6; 10:23; 11:19). Beberapa orang berpendapat bahwa Ia menggunakan gelar ini karena gelar ini dapat paling jelas membedakan ke-Mesiasan-Nya dengan ide-ide yang salah mengenai Mesias pada masa Ia hidup.

Nama Anak Allah juga dikenakan pada Yesus dalam pengertian yang menyangkut jabatan-Nya atau sifat Mesianis-Nya (band. Matius 4:3, 6; 16:16; Lukas 22:70; Yohanes 1:49). Namun, ini menekankan bahwa Ia adalah salah satu Oknum dalam Allah Tritunggal, seorang manusia yang dilahirkan secara adikodrati.

Gelar Tuhan dikenakan pada Yesus sebagai suatu gelar biasa (katakanlah seperti "Tuan" dalam percakapan sehari-hari); sebuah gelar untuk penguasa atau pemilik, atau (kadang-kadang) menunjuk pada kesejajaran-Nya dengan Allah (misalnya dalam Markus 12:36-37; Lukas 2:11; Matius 7:22).

Orang Kristen dewasa ini percaya bahwa Yesus adalah Allah dan manusia, maksudnya Ia memiliki dua sifat berbeda yang menyatu secara "utuh, tak dapat berubah, tak terbagi, tak terpisah" di dalam satu pribadi-Nya itu (Pengakuan Iman menurut Konsili Kaledon, sekitar tahun 451).

Doktrin ini tidak dibangun berdasarkan nalar manusia, melainkan berdasarkan penyataan Alkitab. Ada banyak bukti berdasarkan Alkitab bahwa Yesus bersifat ilahi. Alkitab menyatakan bahwa hanya ada satu Allah yang Mahaesa, dan tidak ada ilah-ilah lain di hadapan-Nya (band. Keluaran 20:3-5; Yesaya 42:8; 44:6), tetapi Alkitab juga secara jelas menegaskan bahwa Yesus adalah Allah (misalnya dalam Yohanes 1:1; Roma 9:5; Ibrani 1:8). Alkitab menceritakan bahwa Yesus disembah berdasarkan perintah Allah sendiri (Ibrani 1:6), sementara makhluk-makhluk rohani yang lebih rendah tidak mau disembah (Wahyu 22:8-9) karena penyembahan hanya diperkenankan bagi Allah. Hanya Sang Khaliklah yang patut disembah oleh umat ciptaan-Nya. Namun, Yesus Kristus, Anak Allah, juga merupakan Pencipta bersama-sama dengan Bapa-Nya (Yohanes 1:3; Kolose 1:16; Ibrani 1:2), dan karenanya keduanya wajib disembah. Alkitab juga menyatakan bahwa Yesus adalah Juru Selamat umat-Nya (Matius 1:21), sekalipun hanya Tuhanlah satu-satunya Juru Selamat umat-Nya (Yesaya 43:11; Hosea 13:4). Alkitab menyatakan bahwa Allah Bapa sendiri dengan jelas menyebut Yesus sebagai Allah (Ibrani 1:8).

Alkitab juga mengajarkan mengenai kemanusiaan sejati Yesus. Kristus di dalam Perjanjian Baru bukanlah ilusi atau hantu; Ia sungguh-sungguh manusia dalam seluruh keberadaan-Nya. Ia menyebut diri-Nya sendiri manusia, sebagaimana orang lain menyebut-Nya (Yohanes 8:40; Kisah 2:22). Ia hidup dalam rupa manusia (Yohanes 1:14; I Timotius 3:16; I Yohanes 4:2). Ia memiliki tubuh dan pikiran manusia (Lukas 23:39; Yohanes 11:33; Ibrani 2:14). Ia juga merasakan kebutuhan-kebutuhan dan penderitaan manusia (Lukas 2:40,52; Ibrani 2:10,18; 5:8). Walau demikian, Alkitab menegaskan bahwa Yesus tidak berbuat dosa, yang merupakan karakteristik seluruh umat manusia (band. Lukas 1:35; Yohanes 8:46; Ibrani 4:15).

Kristus memiliki dua sifat yang berbeda, tetapi merupakan satu oknum, dan bukan dua oknum dalam satu tubuh. Ia adalah "Logos" (Firman Allah) yang kekal, Oknum kedua dalam Tritunggal, tetapi Ia mengambil sifat manusia sedemikian rupa sehingga tidak mengurangi sedikit pun tabiat ilahi-Nya. Kita dapat menyapa Kristus dalam doa-doa kita dengan menggunakan gelar-gelar yang mencerminkan baik sifat manusiawi maupun sifat ilahi-Nya, walau sifat ilahi-Nyalah yang menjadi dasar utama ibadah kita kepada-Nya. Karena Yesus adalah satu oknum, dan karena keutuhan hidup pribadi-Nya melingkupi seluruh karakter-Nya dan seluruh kuasa-Nya, Alkitab berbicara mengenai Dia sebagai bersifat ilahi dan juga manusiawi. Alkitab menghubungkan tindakan dan sifat yang ilahi dengan Kristus sebagai Anak Allah yang kekal (Kisah 20:28).

 

BAB 05

 

Pelajaran 05 -- PELAYANAN KRISTUS DI YERUSALEM

PELAYANAN KRISTUS DI YERUSALEM

Bacaan: Markus 11:1 - 13:31

Pelayanan Kristus di Yerusalem sering kali disebut juga dengan Minggu Sengsara Kristus. Dimulai dengan memasuki kota Yerusalem dengan sorak-sorai, lalu diakhiri dengan khotbah di Betania. Penderitaan dan sengsara Kristus telah dipersiapkan pada bagian ini. Penderitaan dan sengsara yang bertujuan untuk menggenapi rencana Agung Allah Bapa untuk keselamatan umat manusia.

A. Yesus Memasuki Kota Yerusalem

1. Yesus Masuk ke Yerusalem seperti Raja (Markus 11:1-11)

Ketika mereka hampir sampai di Yerusalem, dekat Betfage dan Betania, di Bukit Zaitun, Yesus menyuruh dua murid-Nya dan berkata kepada mereka, "Pergilah ke desa yang ada di depanmu, dan segera setelah kamu memasukinya, kamu akan menemukan seekor keledai muda yang terikat, yang belum pernah ditunggangi orang. Lepaskanlah keledai itu dan bawalah kemari. Jika ada orang yang bertanya kepadamu, "Mengapa kamu melakukan ini?" katakan, "Tuhan memerlukan keledai itu dan akan segera dikembalikan ke sini." Lalu, mereka pergi dan menemukan seekor keledai muda yang terikat di pintu, yang di luar, di jalan, lalu mereka melepaskannya. Beberapa orang yang berdiri di sana bertanya kepada mereka, "Apa yang kamu lakukan dengan melepaskan keledai itu?" Mereka menjawab seperti yang sudah Yesus katakan kepada mereka, dan orang-orang itu membiarkan mereka pergi. Lalu, mereka membawa keledai itu kepada Yesus, meletakkan jubah mereka di atas keledai itu, dan Yesus duduk di atasnya. Banyak orang membentangkan jubah mereka di jalan, dan yang lainnya menebarkan ranting-ranting yang mereka potong dari ladang. Orang banyak yang berjalan di depan dan yang mengikuti berseru, "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan. Mazmur 118:25-26, Diberkatilah kedatangan kerajaan Daud, nenek moyang kita! Hosana, di tempat yang mahatinggi!" Kemudian, Yesus masuk ke Yerusalem dan pergi ke dalam Bait Allah. Setelah melihat segala sesuatu di sekelilingnya, Dia pergi keluar Betania bersama dua belas murid-Nya karena hari sudah larut.

2. Yesus Mengutuk Pohon Ara (Markus 11:12-14)

Keesokan harinya, ketika mereka meninggalkan Betania, Yesus merasa lapar. Ketika melihat dari kejauhan sebuah pohon ara yang berdaun, Dia pergi untuk melihat apakah ada yang bisa Dia temukan dari pohon itu. Namun, ketika sampai di pohon itu, Dia tidak menemukan apa-apa kecuali daun-daunnya, sebab bukan musimnya buah ara. Yesus berkata kepada pohon itu, "Biarlah tidak ada orang yang pernah makan buah darimu lagi." Dan, murid-murid-Nya mendengarnya.

3. Yesus Menyucikan Bait Allah (Markus 11:15-19)

Kemudian, mereka sampai di Yerusalem. Yesus masuk ke dalam Bait Allah dan mulai mengusir orang-orang yang sedang berjual beli di Bait Allah. Dia membalikkan meja-meja penukar uang dan kursi-kursi orang yang menjual burung-burung merpati, dan Dia tidak mengizinkan orang membawa barang-barang melewati Bait Allah. Kemudian, Yesus mengajar mereka dan berkata, "Bukankah tertulis, ‘Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi semua bangsa?' Akan tetapi, kamu telah membuatnya menjadi sarang perampok." Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mendengarnya dan mencari cara bagaimana bisa membunuh-Nya. Namun, mereka takut kepada-Nya karena kumpulan orang banyak itu terpesona oleh pengajaran-Nya. Ketika malam tiba, Yesus dan murid-murid-Nya pergi meninggalkan kota itu.

B. Nasihat, Pertanyaan, dan Ajaran Yesus

1. Nasihat tentang Doa (Markus 11:20-26)

Pada pagi hari, ketika mereka sedang lewat, mereka melihat pohon ara itu sudah kering sampai ke akar-akarnya. Petrus teringat dan berkata kepada Yesus, "Rabi, lihat! Pohon ara yang Engkau kutuk telah menjadi kering!" Yesus menjawab mereka, "Milikilah iman dalam Allah. Sesungguhnya, Aku berkata kepadamu, siapa pun yang berkata kepada gunung ini, ‘Terangkatlah dan terlemparlah ke dalam laut,’ dengan tidak ragu dalam hatinya, tetapi percaya bahwa apa yang dia katakan akan terjadi, maka hal itu akan terjadi kepadanya. Sebab itu, Aku berkata kepadamu, apa saja yang kamu minta dalam doa, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan menjadi milikmu. Kapan pun kamu berdiri untuk berdoa, tetapi masih menyimpan kesalahan orang lain, ampunilah dia supaya Bapamu yang ada di surga mengampuni kamu akan kesalahan-kesalahanmu. Namun, jika kamu tidak mengampuni, Bapamu yang ada di surga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu."

2. Pertanyaan tentang Kuasa Yesus (Markus 11:27-33)

Kemudian, mereka datang lagi ke Yerusalem. Sementara Yesus berjalan di Bait Allah, imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat, dan tua-tua Yahudi datang kepada-Nya, dan berkata kepada-Nya, "Dengan kuasa apa Engkau melakukan hal-hal ini, atau siapa yang memberi-Mu kuasa untuk melakukan hal-hal ini?" Yesus berkata kepada mereka, "Aku akan bertanya satu pertanyaan kepadamu. Jawablah Aku, dan Aku akan katakan kepadamu dengan kuasa apa Aku melakukan hal-hal ini. Apakah baptisan Yohanes berasal dari surga atau dari manusia? Jawablah Aku!" Mereka berdiskusi satu dengan yang lain, katanya, "Jika kita menjawab, 'Dari surga,' Dia akan berkata, ‘Lalu, mengapa kamu tidak percaya kepadanya? Akan tetapi, akankah kita menjawab, ‘Dari manusia’?" Para pemimpin itu takut kepada orang banyak karena mereka semua menganggap bahwa Yohanes benar-benar seorang nabi. Jadi, mereka menjawab Yesus, "Kami tidak tahu." Karena itu, Yesus berkata kepada mereka, "Aku pun tidak akan mengatakan kepadamu dengan kuasa apakah Aku melakukan hal-hal ini."

3. Tentang Membayar Pajak kepada Kaisar (Markus 12:13-17)

Kemudian, mereka mengirim beberapa orang Farisi dan orang-orang Herodian untuk menjebak Yesus dengan kata-kata yang diucapkan-Nya. Mereka datang dan berkata kepada Yesus, "Guru, kami tahu bahwa Engkau adalah orang yang benar dan tidak peduli apa pendapat orang lain. Sebab, Engkau tidak memandang orang, tetapi mengajarkan jalan Allah sesuai dengan kebenaran. Apakah melanggar hukum membayar pajak kepada kaisar? Atau, tidak?" Haruskah kami membayar atau tidak? Karena mengetahui akan kemunafikan mereka, Yesus berkata kepada mereka, "Mengapa kamu mencobai Aku? Berikan kepada-Ku uang 1 dinar untuk Aku lihat." Lalu, mereka memberikannya, dan Yesus bertanya kepada mereka, "Gambar dan tulisan siapakah ini?" Mereka menjawab-Nya, "Gambar dan tulisan kaisar." Yesus menjawab mereka, "Berikan kepada Kaisar apa yang menjadi milik kaisar dan kepada Allah apa yang menjadi milik Allah." Mereka pun kagum kepada Yesus.

4. Pertanyaan Orang Saduki (Markus 12:18-27)

Orang-orang Saduki, yang mengatakan bahwa tidak ada kebangkitan, datang kepada Yesus dan bertanya kepada-Nya, kata mereka, "Guru, Musa menulis untuk kita bahwa jika saudara dari saudara laki-lakinya mati dan meninggalkan seorang istri, tetapi tidak ada anak, saudaranya itu harus menikahi janda itu demi melangsungkan keturunan bagi saudaranya. Ada tujuh orang bersaudara. Saudara yang pertama mengambil seorang istri, dan saat mati, dia tidak meninggalkan keturunan. Lalu, saudara yang kedua menikahi perempuan itu, tetapi dia juga mati tanpa meninggalkan keturunan. Begitu juga dengan saudara yang ketiga. Dan, tidak satu pun dari tujuh saudara itu meninggalkan anak. Sampai pada akhirnya, perempuan itu juga mati. Pada hari kebangkitan, istri siapakah perempuan itu? Sebab, tujuh bersaudara itu sudah menikahinya." Yesus menjawab mereka, "Bukankah ini yang membuatmu sesat, karena kamu tidak mengerti baik Kitab Suci maupun kuasa Allah? Sebab, ketika mereka bangkit dari antara orang mati, mereka tidak kawin ataupun dikawinkan, tetapi mereka seperti para malaikat di surga. Namun, tentang orang-orang mati yang dibangkitkan, tidakkah kamu membaca dalam kitab Musa, pada bagian tentang semak belukar, bagaimana Allah berbicara kepadanya, ‘Aku adalah Allah Abraham, dan Allah Ishak, dan Allah Yakub? Dia bukan Allah orang mati, tetapi Allah orang yang hidup. Kamu benar-benar sesat!"

5. Perintah yang Paling Utama (Markus 12:28-34)

Satu dari para ahli Taurat datang dan mendengar mereka saling berdebat. Ketika dia melihat Yesus telah menjawab dengan sangat baik, dia bertanya kepada Yesus, "Perintah manakah yang paling utama dari semuanya?" Yesus menjawab, "Hukum yang paling utama adalah: ‘Dengarlah, hai orang-orang Israel! Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu satu. Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap pikiranmu, dan dengan segenap kekuatanmu. Dan, yang kedua adalah: ‘Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri.’ Tidak ada hukum yang lebih besar daripada ini.'" Lalu, ahli Taurat itu berkata kepada Yesus, "Engkau benar, Guru. Engkau benar dengan mengatakan bahwa Dia adalah satu, dan tidak ada yang lain selain Dia. Mengasihi Dia dengan segenap hati, dan dengan segenap pengertian, dan dengan segenap kekuatan, serta mengasihi sesama seperti diri sendiri, jauh lebih penting daripada semua kurban bakaran dan persembahan." Kemudian, ketika Yesus melihat bahwa orang itu menjawab dengan bijaksana, Dia berkata kepadanya, "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah." Sesudah itu, tidak ada lagi orang yang berani bertanya kepada Yesus.

6. Persembahan Seorang Janda Miskin (Markus 12:41-44)

Yesus duduk berseberangan dengan kotak persembahan dan mengamati orang banyak yang memasukkan uang ke dalam kotak persembahan itu. Banyak orang kaya yang memberi dalam jumlah besar. Kemudian, seorang janda miskin datang dan memberi dua keping uang logam, senilai 1 sen. Lalu, Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka, "Sesungguhnya, Aku berkata kepadamu, janda miskin ini telah memberi lebih banyak daripada semua yang memberi. Sebab, mereka semua memberi ke kotak persembahan dari kelimpahan mereka, tetapi janda miskin itu, dari kemiskinannya, dia memberikan semua yang dia miliki, yaitu semua nafkahnya."

C. Khotbah tentang Akhir Zaman

1. Bait Allah Akan Dirobohkan (Markus 13:1-2)

Ketika Yesus sedang meninggalkan Bait Allah, salah seorang murid-Nya berkata kepada-Nya, "Guru, lihat betapa indahnya batu-batu dan betapa indahnya bangunan-bangunan ini!" Yesus berkata kepadanya, "Apakah kamu melihat bangunan-bangunan yang megah ini? Tidak ada satu batu pun yang akan tinggal di atas batu lainnya yang tidak akan disingkirkan."

2. Permulaan Penderitaan (Markus 13:3-13)

Sementara Yesus sedang duduk di atas Bukit Zaitun yang menghadap ke Bait Allah, Petrus, dan Yakobus, dan Yohanes, dan Andreas bertanya kepada Yesus secara pribadi, "Katakanlah kepada kami, kapan hal-hal itu akan terjadi, dan apa tandanya saat semua itu akan digenapi?" Lalu, Yesus mulai berkata kepada mereka, "Berhati-hatilah agar tidak ada orang yang menyesatkan kamu. Banyak orang akan datang dalam nama-Ku, berkata, ‘Akulah Dia.’ Dan, mereka akan menyesatkan banyak orang. Ketika kamu mendengar adanya peperangan dan berita-berita tentang peperangan, jangan takut. Hal-hal ini harus terjadi, tetapi akhir dari semuanya belum terjadi. Sebab, bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan. Akan terjadi gempa bumi di berbagai tempat; akan ada kelaparan. Ini hanyalah permulaan dari rasa sakit melahirkan. Namun, berjaga-jagalah. Sebab, mereka akan menyerahkanmu kepada pengadilan, dan kamu akan dipukuli di sinagoge-sinagoge dan kamu akan berdiri di hadapan gubernur dan raja-raja karena Aku, untuk memberi kesaksian bagi mereka. Injil harus pertama-tama diberitakan kepada semua bangsa. Ketika mereka menangkapmu dan menyerahkanmu, jangan dahulu khawatir dengan apa yang akan kamu katakan, tetapi katakanlah apa yang dikaruniakan kepadamu saat itu karena bukan kamu yang berbicara, melainkan Roh Kudus. Saudara laki-laki akan menyerahkan saudara laki-laki kepada kematian, dan ayah kepada anaknya. Anak-anak akan bangkit melawan orang tuanya dan membuat mereka dibunuh. Kamu akan dibenci oleh semua orang karena nama-Ku. Akan tetapi, orang yang bertahan sampai akhir akan diselamatkan."

3. Siksaan Berat dan Mesias-Mesias Palsu (Markus 13:14-25)

“Namun, ketika kamu melihat pembinasa keji berdiri di tempat yang tidak seharusnya (biarlah para pembaca mengerti), maka biarkan mereka yang ada di Yudea melarikan diri ke pegunungan. Biarlah orang yang ada di atas atap rumah jangan turun atau masuk ke dalam rumah untuk mengambil apa pun. Biarlah orang yang ada di ladang jangan kembali untuk mengambil jubahnya. Celakalah perempuan yang sedang hamil dan mereka yang sedang menyusui bayi-bayinya pada saat itu. Berdoalah agar hal-hal ini tidak terjadi pada musim dingin. Sebab, pada saat itu, akan terjadi penderitaan yang sedemikian besar yang belum pernah terjadi sejak permulaan penciptaan, yang Tuhan ciptakan sampai sekarang, dan tidak akan pernah terjadi lagi. Jika Tuhan tidak mempersingkat hari-hari itu, tidak ada manusia yang akan selamat. Akan tetapi, demi orang pilihan yang Dia pilih, Dia mempersingkat hari-hari itu. Kemudian, jika ada orang yang berkata kepadamu, ‘Lihat, Kristus ada di sini!’ Atau, ‘Lihat, Dia ada di sana!’ jangan percaya. Sebab, kristus-kristus palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan memperlihatkan tanda-tanda dan keajaiban-keajaiban, jika mungkin, untuk menyesatkan orang-orang pilihan. Berjaga-jagalah! Aku sudah memberitahukan semua ini kepadamu sebelumnya. Namun, pada hari-hari itu, setelah kesengsaraan besar, ‘Matahari akan dijadikan gelap, dan bulan tidak akan bersinar. Bintang-bintang akan berjatuhan dari langit, dan kuasa-kuasa di langit akan diguncangkan." ***Yesaya 13:10; 34:4.**(ini apa ya? referensi?)

4. Kedatangan Anak Manusia (Markus 13:26-31)

"Kemudian, mereka akan melihat Anak Manusia datang dalam awan-awan dengan kuasa dan kemuliaan yang besar. Lalu, Dia akan mengutus malaikat-malaikat dan mengumpulkan orang-orang pilihan dari empat arah mata angin, dari ujung-ujung bumi sampai ujung-ujung langit. "Ambillah pelajaran dari pohon ara: Segera sesudah dahan-dahannya menjadi lunak dan ia menggugurkan daun-daunnya, maka ketahuilah bahwa musim panas sudah dekat. Begitu juga ketika kamu melihat hal-hal ini terjadi, ketahuilah bahwa Dia sudah dekat, di ambang pintu. Sesungguhnya, Aku berkata kepadamu, generasi ini tidak akan berlalu sampai semua ini terjadi. Langit dan bumi akan berlalu, tetapi firman-Ku tidak akan berlalu."

DOA

"Pada hari-hari terakhir menjelang kedatangan-Mu, ada banyak peristiwa dan berbagai ajaran yang sering menyimpang dari kebenaran-Mu. Berikan keteguhan iman kepada setiap kami agar selalu berpegang teguh pada janji-Mu serta tidak terbawa arus dengan berbagai jenis pengajaran yang tidak sesuai dengan Firman-Mu. Amin."

 

Pertanyaan 05 -- PELAYANAN KRISTUS DI YERUSALEM

Pertanyaan 05 -- PELAYANAN KRISTUS DI YERUSALEM

Sebelum mengerjakan tugas, setiap peserta harap memperhatikan petunjuk berikut ini.

  1. Bacalah Bahan Pelajaran dan semua Referensi Pelajaran 05 dengan teliti.
  2. Bacalah Pertanyaan (A) dan (B) di bawah ini, lalu jawablah dengan jelas dan tepat.
  3. Apabila Anda mendapatkan kesulitan sehubungan dengan isi Bahan Pelajaran, silakan menghubungi: < kusuma@in-christ.net >

Selamat mengerjakan!

Pertanyaan (A)

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas!

  1. Pelayanan Kristus di Yerusalem sering kali disebut dengan "Minggu Sengsara Kristus" yang dimulai dari memasuki kota Yerusalem dan diakhiri dengan ....
    1. bertemu dengan Petrus
    2. khotbah di Betania
    3. salib
    4. naik ke surga
  2. "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan. Diberkatilah kedatangan kerajaan Daud, nenek moyang kita! Hosana, di tempat yang mahatinggi!" Pernyataan tersebut adalah seruan dari banyak orang untuk Yesus yang terdapat dalam:
    1. Markus 11:11
    2. Markus 11:10
    3. Markus 11:9
    4. Markus 11:12
  3. Sebelum mengutuk pohon ara, Yesus dan dua belas murid-Nya sedang dalam perjalanan untuk meninggalkan kota ....
    1. Yerusalem
    2. Betlehem
    3. Betania
    4. Samaria
  4. Ketika Yesus tiba di Yerusalem, Yesus masuk ke dalam Bait Allah dan mengusir orang-orang yang berjual beli di ....
    1. pelataran bait Allah
    2. dalam bait Allah
    3. sekitar bait Allah
    4. halaman bait Allah
  5. Yesus berfirman, "Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi ...."
    1. segala Suku
    2. segala bangsa
    3. segala Penjuru
    4. segala Bumi
  6. "Sesungguhnya, Aku berkata kepadamu, siapa pun yang berkata kepada gunung ini, 'Terangkatlah dan terlemparlah ke dalam laut,' dengan tidak ragu di dalam hatinya, tetapi percaya bahwa apa yang dia katakan akan terjadi, maka hal itu akan terjadi padanya." Perkataan Yesus ini dapat disimak dalam kitab Markus di ....
    1. Markus 11:22
    2. Markus 13:1
    3. Markus 11:23
    4. Markus 12:10
  7. Sementara Yesus berjalan di Bait Allah, imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat, dan ... datang kepada-Nya.
    1. ahli Farisi
    2. pejabat
    3. tua-tua Yahudi
    4. panglima
  8. Perumpamaan tentang Penggarap-Penggarap Kebun Anggur terdapat dalam ....
    1. Markus 12:13-17
    2. Markus 12:1-12
    3. Markus 12:18-27
    4. Markus 12:28-34
  9. Yesus mengajarkan tentang membayar pajak: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada ... apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!
    1. gereja
    2. Allah
    3. imam
    4. rasul
  10. Orang Saduki berpendapat bahwa tidak ada yang namanya ...
    1. kematian
    2. kebaikan
    3. kebangkitan
    4. kelahiran

Pertanyaan (B)

Pertanyaan B adalah pertanyaan esai, karena itu jawablah dengan disertai uraian dan penjelasan yang lengkap!

  1. Kasih adalah hukum yang terutama dalam kekristenan. Bagaimana cara Anda mengaplikasikan kasih kepada semua orang?
  2. Bagaimana Anda menghayati kesengsaraan yang Yesus alami?
Referensi SIM-05a diambil dari:
Judul Buku : Tafsiran Alkitab Wycliffe, Volume 3 Perjanjian Baru
Judul artikel : Memasuki Yerusalem dan Bait Suci
Penulis : Charles F. Pfeiffer dan Everett F. Harrison
Penerbit : Gandum Mas
Halaman : 183 -- 195

 

REFERENSI PELAJARAN 05a - PELAYANAN KRISTUS DI YERUSALEM

A. MEMASUKI YERUSALEM DAN BAIT SUCI (Markus 11:1-26)

Sejak saat ini, Kristus meninggalkan semua sikap hati-hati yang telah membuat diri-Nya menyingkir dari berbagai wilayah yang rawan dan yang berkemungkinan menimbulkan krisis. Sekarang, Dia menentang para pemimpin Yahudi. Ketika masuk ke Yerusalem, secara terang-terangan, Ia memancing ketidaksenangan dan permusuhan. "Masuk Yerusalem dengan dielu-elukan" ini jangan dilihat sebagai kedatangan seorang raja dalam kemuliaan, melainkan sebagai gambaran seorang Juru Selamat yang sebentar lagi akan menderita.

Ayat 1. Pembandingan dengan Yohanes 12:1 menunjukkan bahwa Yesus sebelumnya pergi ke Betania tempat Dia bermalam. Kemudian, pada hari sesudah hari Sabat, Dia masuk ke Yerusalem. Betania terletak 2 mil kurang sedikit di sebelah tenggara Yerusalem, tidak jauh dari lereng timur Bukit Zaitun. Letak Betfage lebih sulit ditentukan, tetapi bukti yang terbaik tampaknya menunjuk ke sebuah tempat di bagian lereng di sebelah timur. Urutan Markus adalah kebalikan dari arah yang diambil oleh Yesus, tetapi Markus memandang tempat-tempat tersebut dari arah Yerusalem yang disebut lebih dahulu. Yohanes memberi alasan untuk beranggapan bahwa Yesus tiba di Betania pada hari Jumat (12:1). Karena perjalanan ke Yerusalem makan waktu lebih daripada perjalanan satu hari Sabat, diperkirakan bahwa Kristus berada di Betania sepanjang hari Sabtu dan bahwa peristiwa "masuk Yerusalem dengan dielu-elukan" terjadi pada hari Minggu.

Ayat 2. Kampung yang dimaksud adalah Betfage, sebagaimana dijelaskan Matius 21:1. Yang di depanmu itu. Maksudnya, "di seberangmu". Apakah Yesus mengetahui adanya keledai itu karena pengamatan sebelumnya atau melalui penglihatan adikodrati, hal itu tidak dijelaskan.

Ayat 3. Tampaknya Yesus sudah mengetahui bahwa pemilik keledai itu akan mengenal siapa Tuhan dan akan dengan rela meminjamkan hewan itu. Naskah Yunani yang lebih baik berbunyi dan Dia akan secepat mungkin mengirim hewan itu kembali, sebuah janji dari Yesus untuk mengembalikan hewan itu. Matius mengatakan ada dua hewan, seekor keledai betina dan anaknya (21:2).

Ayat 7. Pakaian mereka yang diletakkan di atas punggung keledai itu adalah jubah bagian luar sehingga warna-warninya membuat penampilan keledai itu seperti memakai pakaian kerajaan.

Ayat 8. Banyak orang menghamparkan pakaian mereka di jalan, menjadikan-Nya seperti permadani kerajaan untuk dilalui arak-arakan itu. Yang lain menyebarkan ranting-ranting hijau di jalan yang dilalui. Yohanes menggambarkan ranting-ranting itu sebagai daun-daun palem (12:13).

Ayat 9. Orang banyak itu mengelilingi Tuhan; ada yang berjalan di depan dan yang lainnya mengikuti dari belakang. Mereka terus berseru (bentuk waktu imperfect Yunani), Hosana. Istilah ini merupakan peralihan dari ungkapan Ibrani yang berarti: "Berilah kiranya keselamatan", yang diambil dari Mazmur 118:25. Ungkapan ini telah menjadi ucapan syukur dan seruan kemenangan maupun seruan meminta tolong. "Diberkatilah Dia yang datang" ... merupakan kutipan yang persis dari Mazmur 118:26 (LXX). Mazmur ini merupakan salah satu Mazmur Halel yang dinyanyikan di dalam kaitan dengan perayaan Paskah sehingga sangat cocok untuk kesempatan itu. Bahwa orang banyak mempergunakan kata-kata itu dalam pengertian Mesianis menjadi jelas dalam ayat berikutnya.

Ayat 10. Orang-orang itu merasa bahwa Kerajaan Daud yang berkaitan dengan Mesias akan segera didirikan. "Hosana di tempat yang mahatinggi," tidak diragukan lagi berarti, "Selamatkan kami sekarang, wahai Dikau yang ada di tempat yang mahatinggi". Seruan ini dialamatkan kepada Allah sendiri.

Ayat 11. Ia masuk ke Bait Allah. Kata "hieron" mengacu kepada seluruh daerah tempat ibadah itu, termasuk serambi dan halaman dalam. Pada saat Ia meninjau semuanya, pasti mata-Nya telah melihat meja-meja para penukar uang dan penjual burung merpati, hal-hal yang membuat-Nya tidak senang ketika Ia datang keesokan harinya.

Ayat 12. Keesokan harinya. Maksudnya Senin, setelah menginap semalam di Betania, Tuhan kembali menuju Yerusalem.

Ayat l3. Wajar jika pohon ara di sekitar Yerusalem mengeluarkan daun-daun yang hijau pada akhir Maret atau awal April, saat perayaan Paskah. Pohon ini tampaknya penuh daun sehingga seharusnya ada buah ara matang, sekalipun saat matangnya buah ara adalah bulan Juni. Bahwa daun-daun itu yang membuat Yesus mengira ada buahnya kelihatan dari kata Yunani yang diterjemahkan sebagai kalau-kalau. Inilah kata penghubung ara yang artinya "karena itu". Dari jauh, Yesus melihat pohon ara yang sudah berdaun dan Dia mendekatinya untuk melihat "kalau-kalau karena itu Dia bisa menemukan buah".

Ayat 15. Ini merupakan pembersihan kedua atas Bait Suci, yang bagaimanapun juga tidak sama dengan pembersihan pertama yang terjadi pada awal pelayanan Kristus (Yoh. 2:13-17). Mereka yang berjual-beli, para penukar uang, dan para pedagang merpati semuanya bekerja untuk anak dan keluarga imam besar. Hewan-hewan itu dijual sebagai binatang untuk dikurbankan, dan para penukar uang menukarkan mata uang umum dengan 0,5 syikal untuk membayar iuran Bait Suci. Akan tetapi, diberlakukan nilai tukar yang tinggi melebihi biasa.

Ayat 17. Kutipan Yesus berasal dari Yesaya 56:7, ketika sang nabi menyatakan rumah Allah sebagai rumah doa, sebuah tempat yang dikhususkan untuk hal-hal yang suci. Tuhan bukan hanya menuduh mereka menajiskan Bait Suci dengan menggunakannya untuk maksud-maksud dagang, tetapi Dia juga menunjukkan bahwa mereka memperoleh keuntungan haram melalui harga-harga yang sangat berlebihan. Sarang penyamun. Diambil dari Yeremia 7:11.

Ayat 20. Pagi-pagi. Yang dimaksud adalah Selasa pagi, dan Kristus pada hari itu kembali ke Yerusalem.

Ayat 22. Satu-satunya makna pengutukan pohon ara yang dinyatakan dalam kitab-kitab Injil terdapat dalam ayat-ayat ini. Yesus menggunakannya sebagai contoh tentang percaya kepada Allah. Makna simbolis lainnya tidak memiliki pembenaran dalam Alkitab.

Ayat 24. Percayalah. Bentuk waktu kini imperatif. Memerlukan iman yang teguh dan berkesinambungan. Menerima fakta-fakta dari naskah yang lebih bagus menyukai bentuk waktu aoris "kamu sudah menerima". Dengan kata lain, kita diharuskan tetap percaya bahwa Allah telah mengabulkan permohonan kita.

Ayat 25. Ampunilah ... supaya juga Bapamu ... mengampuni kesalahan-kesalahanmu semacam ini. Pernyataan-pernyataan semacam ini, yaitu yang menjadikan pengampunan Allah tergantung pada pengampunan kita telah disalahartikan sebagai bersifat resmi. Akan tetapi, Kristus di sini tidak berbicara kepada orang yang belum diselamatkan, melainkan kepada murid-murid-Nya, yaitu mereka yang sudah memiliki hubungan yang menyelamatkan dengan diri-Nya. Pengampunan yang Ia maksudkan bukan tindakan pengampunan secara hukum yang menghapuskan kesalahan dosa. Yang dimaksudkan justru adalah pengampunan seorang ayah yang memulihkan hubungan. Inti yang dikemukakan di sini ialah bahwa seorang murid tidak dapat berdoa dengan efektif apabila sikap tidak mau mengampuni telah merusak persekutuannya dengan Allah.

B. ANEKA KONTROVERSI TERAKHIR DENGAN PARA PEMIMPIN YAHUDI (Markus 11:27-12:44)

Perdebatan-perdebatan yang tercatat di dalam bagian ini semuanya terjadi pada satu hari yang sibuk, hari Selasa dalam minggu sengsara. Pokok-pokok yang dipersoalkan adalah sumber kuasa Yesus (11:27-33), perumpamaan tentang para penggarap kebun anggur dan (12:1-12), soal membayar pajak (12:13-17), kebangkitan (12:18-27), hukum paling utama (12:28-34), dan hubungan antara Mesias dengan Daud (12:35-40). Bagian ini diakhiri dengan kisah mengenai janda yang mempersembahkan 2 peser (12:41-44).

Ayat 27. Tiba pula di Yerusalem. Ini terjadi pada hari Selasa pagi. Berbagai tanggapan mengenai pohon ara yang mengering (ay. 20-25) dibahas dalam perjalanan menuju Yerusalem. Imam-imam kepala, secara teknis hanya ada satu Imam Besar, tetapi istilah jadinya berarti semua mantan imam besar yang masih hidup. Dalam hal ini, paling tidak Hanas, bapak mertua Imam Besar Kayafas, tentu ikut terlibat.

Ayat 28. Pertanyaan mereka ada dua jenis: Jenis (poid) kuasa apakah yang Engkau miliki? Dari manakah kuasa itu diperoleh? Yang dimaksudkan oleh para pejabat dengan hal-hal itu ialah tindakan Kristus membersihkan Bait Suci (bdg. Yoh. 2:18). Dikatakan bahwa Bait Suci hanya dapat dibersihkan oleh Sanhedrin, oleh seorang nabi, atau oleh Mesias.

Ayat 30. Dari surga. Dalam usaha mereka untuk menghindari penggunaan nama Ilahi, orang Yahudi sering kali memakai istilah "surga" ketika berbicara tentang Allah.

Ayat 31, 32. Melalui pertanyaan ini, Yesus memberikan kepada para pemuka agama ini buah simalakama. Apabila pelayanan Yohanes bersumber dari Tuhan, maka seharusnya, selaku pemimpin rohani, merekalah yang pertama-tama percaya kepadanya. Namun, apabila mereka menyatakan bahwa pelayanan Yohanes itu berasal dari manusia, itu berarti mereka merendahkan Yohanes menjadi seorang penipu, dan pandangan ini akan memancing ketidaksenangan orang banyak terhadap mereka.

C. APOKALIPS BUKIT ZAITUN (13:1-37)

Khotbah di Bukit Zaitun terjadi pada Selasa sesudah percekcokan di halaman Bait Suci dengan para pemimpin Yahudi berakhir. Khotbah ini dibagi-bagi menjadi bagian-bagian seperti berikut: pertanyaan para murid (13:1-4), kondisi-kondisi yang merupakan ciri khas zaman ini (13:5-13), krisis yang akan datang (13:14-23). Kedatangan Kristus yang kedua kali (13:24-27), pengajaran untuk berjaga-jaga (13:28-37).

Ayat 1. Mengingat penggambaran Bait Suci oleh Yosefus, tidak mengejutkan kalau salah seorang murid mengungkapkan kekagumannya atas kukuhnya batu-batu dan megahnya gedung-gedung itu. Yosefus melukiskan batu-batu itu sebagai berukuran 37 x 12 x 18 kaki. Dia selanjutnya mengatakan bahwa, "Bagian depan seluruhnya terbuat dari batu yang digosok sedemikian rupa sehingga keserasiannya, bagi yang belum menyaksikan, tidak masuk akal, dan bagi mereka yang sudah menyaksikan, sangat menakjubkan" (Antiquities. XV.xi.3-5).

Ayat 2. Yesus memakai bentuk negatif ganda yang kuat dari bahasa Yunani (ou me) sebanyak dua kali di dalam ayat ini untuk menyatakan bahwa tidak satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain. Adalah sangat pasti bahwa Bait Suci itu akan dimusnahkan sama sekali, suatu kenyataan yang dibenarkan oleh sejarah ketika pada tahun 70 M di bawah pemerintahan Titus, Bait Suci itu, bersama dengan kota Yerusalem, dihancurkan.

Ayat 4. Itu jelas mengacu kepada nubuat dalam 13:2. Namun, ada alasan untuk beranggapan bahwa para murid juga memaksudkan rangkaian peristiwa pada akhir zaman. Pertanyaan mereka yang kedua memperjelas pertanyaan yang pertama karena menanyakan tanda yang akan menunjukkan bahwa penggenapan akan segera terjadi. Dari Matius, kita mengetahui bahwa para murid juga menanyakan tanda kedatangan Kristus dan tanda akhir Zaman (24:3).

Ayat 5. Yesus mulai menjawab dengan melukiskan keadaan yang merupakan ciri khas zaman ini (ay. 5-13). Yang pertama adalah adanya para penyesat yang harus senantiasa diwaspadai oleh para murid (bentuk waktu sekarang imperatif Yunani).

Ayat 6. Memakai nama-Ku. Kata-kata ini mengacu kepada kedatangan mesias-mesias palsu, yang akan mengklaim kedudukan dan kekuasaan yang hanya dimiliki oleh Kristus. Nubuat ini telah digenapi berkali-kali. Mungkin tokoh paling menyolok yang mengucapkan klaim semacam itu ialah Bar Kokhba (132 M).

Ayat 8. Perang merupakan ciri khas dari semua zaman, seperti halnya gempa bumi dan kelaparan. Semua keadaan ini dilukiskan sebagai permulaan penderitaan. Dengan demikian, semua ini diperhadapkan dengan kesudahan segala sesuatu (ay. 7). Kata "penderitaan" sesungguhnya berarti kesakitan waktu melahirkan, sebuah istilah yang dipakai orang Yahudi untuk melukiskan berbagai penderitaan dan bencana yang akan mengantarkan kedatangan Mesias.

Ayat 9-14. Ciri lain dari zaman ini ialah pemberitaan Injil ke seluruh dunia. Akhir zaman (ay. 7) tidak akan datang bila tugas penginjilan tidak diselesaikan dahulu. Matius 24:14 mengakhiri pernyataan ini dengan mengatakan, sesudah itu barulah tiba kesudahannya, yang mengacu pada akhir zaman. Di tengah-tengah semua gangguan, kemerosotan moral, dan penganiayaan, daya tahan menjadi tanda kesungguhan rohani. Kesudahannya, sebab keadaan-keadaan yang dilukiskan dalam Markus 13:5-13 berlangsung berabad-abad, maka "kesudahan" yang dimaksudkan di sini bukanlah akhir zaman, melainkan akhir hidup di dunia atau akhir kesusahan tersebut. Selamat. Di dalam konteks ini, tidak mungkin yang dimaksudkan adalah keselamatan jasmaniah. Yang dijanjikan di sini ialah orang yang bertahan akan diselamatkan secara rohani. Namun, daya tahan ini bukan dasar bagi seseorang untuk diselamatkan. Selaras dengan ajaran Perjanjian Baru, daya tahan ini harus dilihat sebagai hasil dari kelahiran baru (bdg. Rm. 8:29-39; 1 Yoh. 2:19). Orang yang telah dilahirkan baru, dan karena itu juga tetap bertahan, pasti akan mengalami keselamatan sempurna.

Ayat 15-24. Kebutuhan untuk bergegas akan demikian mendesak sehingga tidak ada waktu untuk mengambil pakaiannya ketika melarikan diri. Waktu itu akan merupakan saat yang sangat sulit bagi ibu-ibu yang sedang hamil dan yang sedang mempunyai bayi. Apabila terjadi pada musim dingin keadaan tersebut akan makin mempersulit situasi yang sudah sulit. Gambaran yang singkat tentang siksaan pada masa itu memang berkaitan dengan berbagai peristiwa mengerikan pada tahun 70 M sebagaimana ditunjukkan dalam karya Josefus, "Wars of the Jews" (Pendahuluan. 4:V. VI). Sekalipun demikian, terdapat alasan untuk beranggapan bahwa Kristus melihat lebih jauh melampaui zaman Romawi pada masa siksaan terakhir yang akan mendahului kedatangan-Nya yang kedua. Ayat 20, tidak mungkin membatasi ayat ini hanya pada situasi tahun 70 M. Tidak ada penjelasan berlandaskan pada pembatasan semacam itu yang bisa memuaskan. Di dalam ayat ini terdapat unsur-unsur yang jauh melebihi zaman tersebut dan lebih tepat apabila dikaitkan dengan akhir zaman. Sebutan "orang-orang pilihan" tampaknya menunjuk pada orang-orang yang selamat melewati Masa Siksaan Besar, sesaat sebelum Kristus datang kembali. Bagi mereka inilah, Allah telah mempersingkat waktu dari masa siksaan yang mengerikan itu. Ayat 22, para penyesat itu akan demikian berani sehingga mereka akan berusaha untuk menyesatkan orang-orang pilihan. Sekalipun demikian, anak kalimat, sekiranya mungkin, menunjukkan bahwa mereka tidak mungkin berhasil. Mengenai apa yang dimaksudkan dengan orang-orang pilihan, lihat Lukas 18:7; Roma 8:33; Kolose 3:12; I Petrus 1:2.

Ayat 25-30. Nubuat sekarang berpindah kepada kedatangan kedua (ay. 24-27). Kristus secara khusus menempatkan peristiwa besar ini sesudah siksaan itu, yang jelas mengacu kepada waktu yang dilukiskan dalam Markus 13:14.23. Hal ini memerlukan salah satu dari dua penjelasan. Entah itu berarti Kristus akan datang tidak lama sesudah tahun 70 M atau, semua penganiayaan dalam ayat 14-23 memiliki acuan ganda, yaitu mengacu pada penghancuran Yerusalem oleh Titus dan pada masa penganiayaan besar pada akhir zaman. Ayat 27. Pada titik kebangkitan orang benar yang sudah mati dan transformasi orang kudus yang masih hidup akan terjadi (bdg. I Kor. 15:51-53; I Tes 4:13-18). Ayat 28, 29, setelah selesai melukiskan rangkaian peristiwa masa depan, Tuhan beralih ke pembahasan tentang perlunya berjaga-jaga (ay. 28-37). Tidak ada petunjuk bahwa yang dilambangkan dengan pohon ara di sini adalah Israel. Justru, perumpamaan ini merupakan peragaan sederhana tentang kebenaran bahwa rangkaian peristiwa itu akan terjadi membayangi mereka. Apabila semua ini mulai terjadi, kita akan mengetahui bahwa kesudahan sudah dekat. Hal-hal itu yang dimaksudkan oleh Kristus adalah peristiwa-peristiwa yang dilukiskan dalam ayat 14-25. Penjelasan yang paling masuk akal dari ungkapan, angkatan ini, ialah bahwa ungkapan tersebut mengacu kepada orang-orang yang hidup ketika Kristus berbicara. Dalam masa hidup mereka, semua hal ini akan terjadi pada saat penghancuran Yerusalem dalam tahun 70 M. Peristiwa ini dipergunakan oleh Kristus sebagai lukisan pendahuluan yang memberikan gambaran pendahuluan tentang akhir zaman dengan segala ciri hakikinya (bdg. Mrk. 9:1).

Ayat 32-36. Hari dan saat dari kedatangan kembali Kristus tidak dapat diketahui oleh manusia. Sesungguhnya, waktu itu hanya diketahui oleh Allah Bapa. Pernyataan bahwa Anak juga tidak mengetahui saat itu harus dipahami dengan mengingat pembatasan diri yang dilakukan oleh-Nya selama masa Dia direndahkan (bdg. Flp. 2:5-8). Dia telah mengambil kedudukan tunduk sepenuhnya kepada Bapa, dengan mempergunakan sifat-sifat ilahi-Nya hanya apabila diminta oleh Bapa (bdg. Yoh. 8:26, 28, 29). Ayat 33, "hati-hatilah". Bentuk waktu sekarang imperatif ini mengharuskan kewaspadaan yang terus-menerus. Hal yang sama berlaku bagi kata kerja "berjaga-jagalah", yang artinya ialah menjaga agar tetap terjaga. Keadaan berjaga-jaga semacam itu diperlukan, sebab kita tidak mengetahui kapan rangkaian peristiwa akhir zaman ini akan melanda kita. Ayat 35, "seorang murid harus terus berjaga-jaga (bentuk waktu sekarang Yunani). Kata kerja ini, sebagaimana yang terdapat dalam ayat 33, berarti terjaga atau terjaga terus. Orang harus waspada terus sebagai lawan dari tertidur atau mengantuk (Arndt, hlm. 166; bdg. ay. 36). Keadaan berjaga-jaga ini diperlukan kalau-kalau Tuhan datang ketika kita tidak menduganya. Inilah yang dimaksudkan oleh Yesus dengan kedapatan sedang tidur. Bagi orang yang sedang tidak berjaga-jaga, kedatangan Kristus akan terasa mendadak. Orang yang berjaga-jaga akan melihat tanda-tanda kedatangan kembali Kristus (ay. 28, 29) dan tidak akan terperanjat.

Referensi SIM-05b diambil dari:
Judul Buku : Kehidupan Yesus Kristus
Judul artikel : Satu Minggu Terakhir Pelayanan Yesus Kristus
Penulis : Isak Suria, D.Th.
Penerbit : YT Leadership Foundation
Halaman : 573 -- 601

 

REFERENSI PELAJARAN 05b - PELAYANAN KRISTUS DI YERUSALEM

SATU MINGGU TERAKHIR PELAYANAN YESUS KRISTUS

1. Yesus Kristus Dielu-Elukan di Yerusalem

Keesokan harinya, Yesus dan murid-murid-Nya berangkat ke Yerusalem dan tiba di Betfage yang letaknya di Bukit Zaitun. Yesus menyuruh dua orang murid-Nya untuk pergi ke kampung di depannya untuk mengambil seekor keledai betina dan anaknya yang belum pernah ditunggangi, lalu membawa kepada-Nya. Jikalau ada orang yang menanyakan hal ini, mereka harus mengatakan bahwa Yesus memerlukannya (pemilik keledai ini adalah orang yang sudah merasakan pelayanan Yesus), setelah itu akan dikembalikan ke tempat ini. Dua murid itu pergi, dan betul saja, mereka menemukan keledai yang dimaksud. Lalu, keledai itu dilepaskan talinya dan dibawa kepada Yesus. Jikalau Tuhan memerlukan, apakah akan diberikan? Tuhan adalah yang empunya semua, sedangkan yang kita miliki adalah pemberian Dia. Orang ini memberikan keledainya, walaupun keledai itu masih muda untuk ditunggangi oleh Yesus. Keledai muda yang belum ditunggangi dan Yesuslah yang pertama menungganginya. Dalam hal ini, Yesus tidak naik kuda, sebab keledai adalah binatang yang menanggung beban dan kuat berjalan. Sama seperti keledai yang bangkit dari beban berat yang menindihnya, tetapi ketika melihat negeri yang kekal, ia bangun. Sekarang, pemilik negeri kekal itu ada di atas keledai itu.

Keledai itu dialasi dengan pakaian dan Yesus naik di atas anak keledai itu, dari Betfage menuju ke Yerusalem, sesuai dengan nubuat Nabi Zakharia (Zak. 9:9). Semua nubuat dalam Perjanjian Lama harus digenapi oleh Yesus sehingga peristiwa ini pun harus dijalani. Ketika orang banyak mendengar Yesus sedang menuju ke Yerusalem sambil menunggang keledai, mereka yang telah menyaksikan kebangkitan Lazarus mulai menceritakan tentang Yesus sebagai Mesias sehingga semakin banyak lagi yang berdatangan. Lalu, mereka menyambut Tuhan dengan memegang daun-daun palem, menyerakkan ranting-ranting hijau di jalan, dan juga menghamparkan pakaian-pakaian mereka supaya Yesus berjalan di atas pakaian mereka, sambil berseru, "Hosana diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan." Nyanyian ini adalah kutipan dari Mazmur l18:26, yaitu nyanyian Haleluyah. Nyanyian ini dinyanyikan ketika bangsa Israel merayakan hari raya Pondok Daun, tetapi sekarang dinyanyikan menjelang Paskah dan ini tidak biasa. Mungkin, hanya sekali ini peristiwa itu terjadi. Semua orang bergembira dan memuji Allah dengan suara nyaring oleh karena segala mukjizat yang telah mereka lihat. Namun, dari mulut mereka jugalah, beberapa hari kemudian mereka berkata, "Salibkan Dia." Hari ini, ia mengatakan Yesus adalah Raja, keesokan harinya ia mengatakan, "Salibkan Dia." Ketika Yesus masuk ke Yerusalem, gemparlah seluruh kota itu dan berkata, "Siapakah orang itu?" Beberapa orang Farisi yang turut orang banyak itu berkata kepada Yesus untuk menegur murid murid-Nya supaya berhenti memuji Tuhan. Namun, Yesus berkata, "Jikalau mereka diam, batu itu akan berteriak.”

Ketika Yesus melihat kota itu, Ia menangis (mencucurkan air mata), sebab melihat bahwa suatu waktu kota itu akan dikepung musuh dari segala penjuru sehingga semua penduduknya binasa, dan tidak ada satu batu pun yang terletak di atas batu yang lain, artinya kota Yerusalem akan musnah, hancur. Dan, ini terjadi pada tahun 70, ketika Jendral Titus Vespasianus mengepung Yerusalem, negeri itu hancur. Sungguh, sesuatu yang kontras di tengah kegembiraan, Yesus menangis sedih (Luk. 19:41-44).

2. Pohon Ara yang Tidak Berbuah

Setelah Yesus naik keledai ke Yerusalem dengan suatu bunyi sorak-sorak dari orang banyak yang mengikuti-Nya, Yesus kembali lagi ke Betania dan bermalam di sana. Ia tidak tidur di Yerusalem, sebab penduduk Yerusalem sedang merencanakan hendak membunuh Yesus sehingga Ia lebih senang tinggal di Betania, sebab di sana ia diterima dengan senang hati.

Pagi-pagi, Yesus dengan murid-murid-Nya kembali ke Yerusalem. Dalam perjalanan, Ia merasa lapar. Yesus lapar sekali, Ia ingin makan buah-buahan. Ia melihat pohon ara di pinggir jalan, mungkin ada buahnya. Ternyata, pohon itu tidak ada buahnya, lalu Yesus berkata, "Jangan lagi seorang pun makan buahmu selama-lamanya." Yesus lapar, apakah Yesus tidak bisa menahan diri untuk tidak makan? Tentu Yesus dapat. Ia sendiri berpuasa 40 hari 40 malam, suatu jangka waktu yang lama. Yesus marah bukannya karena soal perut yang tidak diisi, bagi Yesus itu masalah kecil. Misalnya, waktu murid-murid tidak membawa makanan, Yesus diam saja, bahkan Ia memberitakan Injil kepada perempuan Samaria. Ketika para murid datang membawa makanan, Yesus masih menunggu perempuan itu, sebab makanan Yesus adalah melakukan kehendak Bapa. Jadi, makanan di sini bukan untuk perut, tetapi masalah kepuasan. Yesus ingin dipuaskan, tetapi pohon itu tidak menghasilkan buah yang bisa memuaskan diri-Nya. Sebab, Yesus menginginkan, baik ada musim atau tidak, tetap berbuah. Inilah buah pelayanan.

Pohon ara melambangkan bangsa Israel (Hos. 9:10; Mat. 24:32). Sudah tiga tahun lebih, Yesus melayani bangsa Israel dan sudah banyak orang melihat pekerjaan-Nya, tetapi apakah mereka sudah berbuah-buah? Demikian juga terhadap kita, Yesus lapar dan ingin buah-buah yang ada di hidup kita, Ia ingin dipuaskan dengan keberadaan kita. Dahulu, Yesus menemukan buah di atas pohon ara, yaitu Zakheus, seorang pemungut cukai. Yesus memetik Zakheus sehingga bertobat. Lalu, ia menyerahkan hidupnya kepada Yesus, dan saat itu juga Zakheus menjadi anak Abraham. Sekarang, pohon ara tidak berbuah. Jadi, tampak sekali semakin hari semakin tidak ada buahnya. Ini tidak dikehendaki Tuhan, ini artinya merosot.

Sebenarnya, pohon itu hendak ditebang, sebab tidak berbuah, tetapi karena tukang kebun menahannya, maka hal itu ditangguhkan karena masih mengharapkan kemungkinan berbuah (Luk. 13:6-9). Mengapa bangsa Israel tidak menghasilkan buah? Sebab, mereka menolak tinggal dalam naungan dan perlindungan Allah. Yesus melihat mereka sambil menangis, sebab saatnya nanti Yerusalem akan dikepung, lalu Bait Allah dihancurkan dan tidak berdiri lagi sampai sekarang. Yesus bagaikan seseorang yang tahu segala sesuatu dan apa yang harus diperbuat-Nya, tetapi tidak berdaya sebab orang yang hendak ditolong-Nya tidak mau.

Yesus lapar akan "buah-buah" Israel, sedangkan waktu kematian-Nya sudah dekat. Dia ingin menikmatinya. Namun, pohon itu tidak berbuah, hanya ada daun. Memang bangsa Israel tidak mungkin berbuah tanpa Yesus, sebab Benih itu harus mati dan ditanam barulah menghasilkan buah. Yesus harus ditinggikan lebih dahulu supaya umat-Nya menghasilkan buah. Tuhan tidak memerlukan daun, Tuhan memerlukan buah. Daun memang menutupi ketelanjangan pohon, tetapi tidak bermanfaat.

Markus menulis karena memang belum musimnya. Peristiwa ini terjadi sekitar bulan Maret dan di Israel mendekati musim semi, ketika Paskah hendak dimulai. Tuhan juga tahu sudah musimnya atau belum, tetapi yang Tuhan pikirkan harus tetap ada buahnya, sebab waktu-Nya sudah hampir tiba, yaitu Golgota. Bagi anak Tuhan, tidak ada musim, sebab air yang mengalirinya juga tidak mengenal musim. Kapan pun, dan dalam kondisi apa pun, umat Tuhan harus berbuah. Akhirnya, Tuhan pun berkata, "Dari padamu tidak akan pernah mengeluarkan buah."

Ketika Yesus mengatakan seperti ini, suatu keputusan telah dikeluarkan, bahwa Yerusalem dan Bait Allah akan dihancurkan. Betul saja pada tahun 70, Jenderal Titus Vespasianus mengepung Yerusalem dan kota itu hancur sehingga tidak ada satu batu pun yang bertumpuk. Walaupun Yerusalem sekarang masih ada, tetapi Bait Allah sudah tidak ada, tempatnya sudah diganti dengan yang lain. Bait Allah tidak akan berdiri lagi karena bait Allah yang sebenarnya adalah Yesus sendiri dan gereja Tuhan.

3. Yesus Membersihkan Bait Allah untuk Kedua Kalinya

Yesus bersama rombongan pergi melewati Lembah Kidron di sisi timur kota, mendaki lereng bukit, dan melewati Gerbang Indah. Pintunya yang terbuat dari perunggu mengarah langsung ke Bukit Sion, tempat berdirinya Bait Allah. Sebagian besar orang di Bait Allah adalah pedagang yang menjajakan dagangannya di lapangan orang bukan Yahudi, di sebelah selatan Bait Allah. Begitu Yesus melewati Gerbang Indah menuju Serambi Salomo, Dia bisa mendengar lenguhan binatang dan kicau burung beserta riuh rendah keramaian pasar. Begitu melewati belokan, Dia marah dengan apa yang dilihat sebelumnya. Namun, pada hari itu, Dia meledak penuh kemarahan. Bait Allah tampak seperti sebuah pasar daripada rumah doa. Yesus mengusir mereka dan tidak ada orang yang bisa menghentikan-Nya. Para pedagang tidak mengatakan apa pun. Imam-imam kepala, ahli Taurat, dan anggota Sanhedrin yang berada di sana melihat kemarahan Yesus dan mereka hanya bisa melihat. Namun, mereka semakin terbakar hatinya untuk membunuh Yesus. Dia tidak mengizinkan siapa pun membawa barang melewati Bait Suci. Betapa semangatnya Yesus membela rumah Bapa-Nya. Sambil berbuat demikian, Yesus mengatakan bahwa telah tertulis, "Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa, tetapi kamu telah menjadikannya gua penyamun." Jika yang menghalau para pedagang itu orang lain, bukan Yesus, mereka mungkin telah ditangkap oleh pengawal Bait Allah dan dipukuli. Akan tetapi, Yesus memiliki otoritas rohani dan kemarahan yang benar sehingga Dia tidak dihentikan. Dan, mereka takut akan mukjizat yang dibuat-Nya. Dia juga terlalu populer sehingga takut memicu kekacauan, jumlah pendukung-Nya masih lebih banyak dari petugas dan para pedagang jika terjadi sebuah kerusuhan. Jadi, mereka membiarkan-Nya mengusir para pedagang dari Bait Allah.

Rumah Tuhan, yang adalah kita, merupakan rumah doa (Ibr. 3:6). Ini menunjukkan bahwa kehidupan gereja adalah kehidupan berdoa. Dalam Kisah Para Rasul 12, di rumah Maria, ada sekelompok orang sedang berdoa, mereka berdoa untuk Petrus yang sedang dipenjara. Ketika kita melihat adanya satu keperluan dalam gereja, jangan mengomentarinya, tetapi harus berdoa dengan beban. Melihat ada seorang saudara menjadi kesulitan, janganlah menggunjingkannya, tetapi berdoalah untuk masalah ini. Ketika membicarakan doa gereja, bukan berarti tidak mementingkan doa pribadi atau memandang remeh doa pribadi, melainkan selain doa pribadi, kita pun memerlukan doa gereja karena ini adalah satu hukum dalam Kerajaan Allah. Ada kalanya terhadap suatu perkara, satu orang tidak mampu menanganinya, kita perlu berkumpul bersama, saling membantu. Dalam hal berdoa, kita perlu mohon Tuhan berbelaskasihan kepada kita. Dan, orang banyak mulai mencari cara bagaimana dapat membunuh-Nya, sebab seluruh orang terkagum-kagum kepada Yesus. Hati Yesus selalu membara jikalau rumah Allah hendak dijadikan gua penyamun. Rumah Allah adalah hidup kita sendiri. Jikalau dijadikan sarang penyamun, Allah sendiri yang akan menjungkirbalikkan segala sesuatu yang menghalangi pekerjaan Tuhan.

4. Membayar Pajak kepada Kaisar

Orang Farisi, ahli Taurat, dan orang Herodian tidak henti-hentinya ingin menjerat Yesus supaya mereka mempunyai alasan untuk membunuh-Nya, tetapi Yesus selalu lepas dari sasarannya, sebab hikmat-Nya melampaui segala pikiran manusia. Mereka mengepung Yesus dengan banyak pertanyaan yang sulit dan jika Yesus terjebak, dengan mudahnya mereka membawa ke pengadilan, sebab selama ini mereka tidak menemukan kesalahan sedikit pun dalam diri Yesus. Sekarang, orang Farisi menyuruh murid-murid-Nya bergabung dengan orang Herodian yang bertanya tentang masalah upeti atau pajak yang diberikan kepada kaisar. Sebenarnya, orang Farisi membenci orang Herodian karena mereka pengikut Raja Herodes, tetapi karena mereka sama-sama membenci Yesus, maka timbul persekutuan. Ini adalah persekutuan dosa, dan persekutuan ini tidak mungkin kekal. Persekutuan dunia hanya sesaat dan berdasarkan kepentingan pribadi. Jangan percaya dengan persekutuan daging, nanti rugi. Kita ini memiliki persekutuan Tubuh Kristus, dan persekutuan ini sampai ke surga yang kekal. Orang Farisi mengutus murid-murid-Nya yang sedang bersekolah rabi untuk bertanya mengenai pajak tersebut. Baru menjadi murid sudah diajarkan Yang jahat. Kebencian menutupi mata hati orang.

Ketika menghadap Yesus, mereka memuji-muji Tuhan sebagai seorang yang jujur dan berani, tidak takut kepada siapa pun. Ini taktik yang dunia sering pakai untuk menjebak seseorang, yaitu kata-kata yang manis. Namun, Tuhan tidak akan terjebak, sebab Ia tahu isi hati manusia sehingga tidak semua pujian manusia diterima oleh Yesus, hanya orang yang tulus hatinya. Mereka berkata, "Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak? (kensos = pajak Romawi yang dikenakan kepada setiap orang Yahudi, sebagai tanda tunduk. Orang Yahudi benci kepada peraturan ini, sebab mereka hanya boleh membayar pajak kepada Allah). Mereka merasa kali ini akan menang, sebab jika Yesus berkata, "Ya," Yesus bukan Mesias, sebab Ia tunduk kepada Kaisar Romawi, dan seluruh orang Farisi akan menangkap Yesus karena Ia Mesias palsu. Jikalau Yesus berkata, "Tidak," Yesus akan berhadapan dengan orang Romawi dan ditangkap oleh golongan Herodian, bahwa Yesus hendak memberontak. Mereka akan melaporkan semua kepada Pilatus. Yesus yang tahu hati mereka yang jahat langsung berkata, "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang munafik?" (Matius menulis mereka itu sebagai yang memiliki hati yang jahat terhadap Yesus, sedangkan Markus menulis sebagai munafik; Lukas menyebutnya licik). Lalu, Yesus menyuruh mereka membawa uang dinar (pajak dibayar dengan mata dinar sama dengan upah seorang tentara atau seorang pekerja untuk satu hari) kepada-Nya. Yesus tidak menunjukkan uang-Nya, sebab Yesus tidak berhubungan dengan uang, hanya manusia yang memiliki hubungan itu. Lalu, Yesus bertanya tentang gambar yang tertera di atas uang itu sambil berkata, "Gambar dan tulisan siapa?" Mereka menjawab bahwa itu adalah gambar dan tulisan kaisar (gambar kaisar Tiberius yang sering menganggap dirinya sebagai dewa). Lalu, Yesus berkata, "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah." Jikalau koin itu bergambar Kaisar, rakyat sudah menggunakan koin itu untuk berbagai keuntungan, jadi bayarlah kepada kaisar apa pun yang dimilikinya. Demikian juga kita adalah gambar Allah, maka persembahkanlah hidup kita kepada Allah karena seluruh hidup kita milik Allah. Bukan sekadar membayar persepuluhan atau persembahan tatangan, tetapi seluruh hidup. Ajaran Yesus ini bukan menunjukkan suatu garis pemisah antara gereja dan pemerintahan, melainkan menggambarkan suatu hubungan dan tanggung jawab sebagai umat, baik kepada pemerintah maupun kepada Allah. Semua yang mendengarkan hal itu sangat takjub (exethaumazon-sangat heran) sehingga tidak dapat berbuat apa pun, sedangkan Lukas menulis, "... semuanya terdiam oleh jawaban itu. Itulah hikmat, jikalau hikmat berbicara, semua orang akan tunduk, sebab hikmat dari Allah tidak ada satu pun yang bisa membantahnya."

5. Pertanyaan Orang Saduki tentang Kebangkitan

Jika orang Herodian hendak menjebak Yesus dengan masalah tanggung jawab warga terhadap pemerintah, orang Saduki hendak menjebak Yesus tentang doktrin kebangkitan orang mati, sebab mereka tidak percaya adanya kebangkitan orang mati. Mereka hendak menunjukkan suatu pertentangan Alkitab dengan logika mengenai pernikahan levirat yang diajarkan Musa kepada bangsa Israel. Pernikahan "levirat" merupakan istilah dari bahasa Latin. "Levir" artinya “ipar” (Ulg. 25:5) (Kebiasaan semacam itu juga dilakukan bangsa lainnya, tetapi sekarang sudah tidak dipergunakan lagi. Oleh karena itu, kasus yang diajukan oleh orang Saduki tersebut bukan merupakan masalah hangat, melainkan sebuah teka-teki teologis.) Bagaimana di Kerajaan Surga nanti? Hukum Musa mengajarkan, “Jika seseorang menikah, lalu si laki-laki itu mati tanpa meninggalkan keturunan, maka saudaranya harus kawin dengan istrinya untuk mendapatkan keturunan saudaranya." Sekarang jika ada tujuh bersaudara. Yang pertama kawin dengan seorang perempuan dan tidak meninggalkan keturunan, lalu yang kedua mengawininya dan juga tidak mendapat keturunan. Kemudian, saudaranya yang ketiga, dan seterusnya sampai yang ketujuh, dan mereka mati semua. Akhirnya perempuan itu mati juga. Pada hari kebangkitan, siapakah yang menjadi suami perempuan itu? Sebab ketujuhnya telah beristrikan dia. Pertanyaan orang Saduki ini hanya untuk membenarkan pendapatnya bahwa tidak ada kebangkitan orang mati. Mendengar ucapan itu, Yesus menghardik mereka, "Kamu sesat (mereka menyesatkan diri sendiri dengan pendapatnya), sebab kamu tidak mengerti Kitab suci maupun kuasa Allah." Ada dua hal yang membuat orang Saduki sesat. Pertama, tidak mengerti Firman Allah. Maksudnya mereka tidak memahami apa yang diajarkan dalam Perjanjian Lama dan kedua. Kedua, tidak memahami kuasa Allah. Maksudnya mereka meremehkan kuasa Allah untuk membangkitkan orang mati dan untuk memecahkan semua masalah yang tampak sulit sehubungan dengan doktrin kebangkitan orang mati. Pikirannya membuat Firman Allah tertutup. Sebab, orang yang dibangkitkan dari antara orang mati hidupnya seperti malaikat di Surga dan tidak kawin atau mengawinkan. Dalam tubuh kebangkitan sudah tidak ada laki-laki atau perempuan. Semua sama seperti malaikat. Jadi, perkawinan itu hanya ada di dunia saja, di surga tidak ada kawin- mengawinkan. Ucapan Yesus menghapus kebingungan mereka bahwa ikatan pernikahan berlanjut terus sampai kepada kebangkitan. Pernikahan hanya ada di bumi. Perkawinan di dunia menggambarkan kesatuan yang kuat di antara manusia, yaitu suami istri, selain untuk menambah keturunan di bumi, yaitu benih Ilahi. Di surga hal itu tidak perlu, sebab semua sudah serupa dengan Kristus dan mereka menjadi anak-anak Allah yang tidak meninggal lagi. Jika demikian, apakah di surga suami-isteri saling mengenal satu sama lain. Ya, tetapi tidak dengan nafsu manusiawi, melainkan dengan pikiran Kristus. Tidak ada seksual di surga, semua berkeadaan suci seperti malaikat.

Sementara itu, mengenai kebangkitan orang mati yang tidak dipercaya oleh orang Saduki, Yesus menjelaskan bahwa dalam hukum Taurat ditulis bahwa Firman Allah datang kepada Musa, "Akulah Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub." Bukankah ini menunjukkan bahwa Allah itu hidup dan Abraham, Ishak, Yakub juga hidup, sebab Allah bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup. Ucapan Allah Abraham, Ishak, dan Yakub telah menjadi bagian doa mereka untuk memberitahukan kepada Allah bahwa mereka satu bagian dalam rencana nenek moyang mereka, yaitu Abraham. Perkataan Yesus tidak bisa dibantah lagi.

 

BAB 06

 

Pelajaran 06 -- PENDERITAAN DAN KEBANGKITAN KRISTUS

PENDERITAAN DAN KEBANGKITAN KRISTUS

Bacaan: Markus 14:1 - 16:20

Narasi Markus kini bergerak ke babak akhir kehidupan dan pelayanan Tuhan Yesus di bumi. Penderitaan dan kebangkitan-Nya akan diuraikan oleh Markus dalam Markus 14:1 - 16:20. Ini merupakan rangkaian peristiwa yang mengelilingi kematian dan kebangkitan-Nya. Rangkaian peristiwa tersebut adalah tindakan-tindakan yang akan menghasilkan penebusan abadi bagi semua orang yang menerima-Nya, di mana pun mereka berada.

A. Permulaan Sengsara Yesus

1. Rencana untuk Membunuh Yesus (Markus 14:1-2)

Dua hari lagi, Hari Raya Paskah dan Hari Raya Roti Tidak Beragi akan berlangsung. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mencari cara untuk menangkap Yesus dengan tipu muslihat dan membunuh-Nya. Sebab, mereka berkata, "Jangan dilakukan saat hari raya agar jangan terjadi kerusuhan di antara orang banyak."

2. Yudas Mengkhianati Yesus (Markus 14:10-11)

Kemudian, Yudas Iskariot, salah satu dari dua belas murid, pergi kepada imam-imam kepala untuk menyerahkan Yesus kepada mereka. Ketika mereka mendengarnya, mereka senang dan berjanji untuk memberinya uang. Karena itu, Yudas mulai mencari kesempatan untuk menyerahkan Yesus.

B. Persiapan dan Pelaksanaan Paskah

1. Hidangan Paskah (Markus 14:12-21)

Pada hari pertama Hari Raya Roti Tidak Beragi, ketika mereka mengurbankan anak domba Paskah, murid-murid Yesus bertanya kepada-Nya, "Ke manakah Engkau ingin kami pergi menyiapkan makan Paskah bagi-Mu?" Dia menyuruh dua orang murid-Nya dan berkata kepada mereka, "Pergilah ke kota, dan seorang laki-laki yang sedang membawa kendi berisi air akan menemuimu. Ikutilah dia, dan ke rumah mana pun dia masuk, katakan kepada pemilik rumah, 'Guru berkata: Di manakah ruang tamu-Ku tempat Aku boleh makan Paskah bersama murid-murid-Ku?' Dia akan menunjukkan kepadamu sebuah ruangan besar di lantai atas dengan perabot yang sudah disiapkan. Siapkanlah perjamuan bagi kita di sana." Kemudian, murid-murid bersiap dan pergi ke kota dan mendapati tepat seperti yang Yesus katakan kepada mereka, lalu mereka menyiapkan Paskah. Pada malam hari, Yesus datang bersama dua belas murid-Nya. Pada waktu mereka sedang duduk makan, Yesus berkata, "Sesungguhnya, Aku berkata kepadamu, salah seorang dari antara kamu, yang sedang makan bersama dengan Aku, akan mengkhianati-Ku." Mereka mulai merasa sedih dan berkata kepada-Nya satu demi satu, "Apakah aku?" Yesus berkata kepada mereka, "Dia adalah salah seorang dari dua belas ini, yaitu orang yang bersama Aku mencelupkan roti ke dalam mangkuk. Sebab, Anak Manusia akan pergi seperti yang sudah ditulis tentang Dia, tetapi celakalah orang yang oleh dia Anak Manusia dikhianati! Akan lebih baik bagi orang itu jika dia tidak dilahirkan."

2. Penetapan Perjamuan Malam (Markus 14:22-26)

Ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti dan setelah memberkatinya, Dia memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, serta berkata, "Ambillah, ini tubuh-Ku." Lalu, Dia mengambil cawan, dan setelah mengucap syukur, Dia memberikannya kepada mereka, dan mereka semua minum dari cawan itu. Yesus berkata kepada mereka, "Inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang dicurahkan bagi banyak orang. Sesungguhnya, Aku berkata kepadamu, Aku tidak akan meminumnya lagi dari buah pohon anggur, sampai pada hari ketika Aku meminum anggur yang baru di dalam Kerajaan Allah." Setelah menyanyikan pujian mazmur, mereka pergi ke Bukit Zaitun.

C. Penangkapan Yesus

1. Di Taman Getsemani (Markus 14:32-42)

Kemudian, mereka pergi ke suatu tempat yang bernama Getsemani, dan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Duduklah di sini sementara Aku berdoa." Dia mengajak Petrus, dan Yakobus, dan Yohanes bersama-Nya, dan mulai menjadi sangat tertekan dan susah hatinya. Dia berkata kepada mereka, "Jiwa-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tetaplah di sini dan tetap berjagalah." Setelah pergi sedikit jauh, Yesus merebahkan diri ke atas tanah dan berdoa bahwa jika mungkin saat jam itu boleh berlalu dari pada-Nya. Dan, Dia berkata, "Abba, Bapa, segala sesuatu mungkin bagi-Mu. Ambillah cawan ini dari-Ku. Namun, bukan apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki." Saat Yesus kembali, Dia mendapati murid-murid-Nya sedang tidur, dan Dia berkata kepada Petrus, "Simon, apakah kamu tidur? Tidak bisakah kamu tetap terjaga selama satu jam? Tetaplah terjaga dan berdoa supaya kamu tidak jatuh ke dalam pencobaan. Roh memang penurut, tetapi daging lemah." Yesus pergi lagi dan berdoa dengan mengucapkan doa yang sama. Akan tetapi, saat Dia kembali, Dia mendapati mereka sedang tidur karena mata mereka sangat berat, dan mereka tidak tahu apa yang harus mereka katakan kepada-Nya. Yesus kembali untuk ketiga kalinya dan berkata kepada mereka, "Kamu masih tidur dan beristirahat? Cukup, saatnya sudah tiba. Lihat, Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan orang-orang berdosa. Bangunlah, mari kita pergi. Lihat, yang menyerahkan Aku sudah mendekat."

2. Yesus Ditangkap (Markus 14:43-52)

Segera sesudah itu, sementara Yesus masih berbicara, Yudas, satu dari dua belas murid, datang bersama dengan orang banyak dengan pedang dan pentung. Mereka diutus oleh imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat, dan tua-tua (bangsa Yahudi). Dia yang menyerahkan telah memberi mereka tanda, katanya, "Orang yang akan aku cium, Dialah Orangnya. Tangkap Dia dan bawa Dia pergi di bawah penjagaan." Ketika Yudas datang, dia segera mendekati Yesus dan berkata, "Rabi!" Lalu, dia mencium Yesus. Kemudian, mereka memegang Yesus dan menangkap-Nya. Namun, salah satu dari mereka yang berdiri, mencabut pedangnya dan menyerang pelayan Imam Besar, dan memotong telinganya. Yesus berkata kepada mereka, "Apakah kamu datang untuk menangkap Aku dengan pedang dan pentung seperti seorang perampok? Dari hari ke hari, Aku ada bersamamu di Bait Allah mengajar, tetapi kamu tidak menangkap Aku. Namun, hal ini terjadi supaya Kitab Suci digenapi." Semua murid-Nya meninggalkan Dia dan melarikan diri. Ada seorang muda yang mengikuti Yesus dengan tidak berpakaian, kecuali sepotong kain linen pada tubuhnya. Mereka menangkapnya, tetapi dia meninggalkan kain linen itu dan melarikan diri dengan telanjang.

D. Pengadilan Yesus

1. Yesus di Hadapan Mahkamah Agama (Markus 14:53-65)

Mereka membawa Yesus kepada Imam Besar. Semua imam kepala, dan tua-tua, dan ahli-ahli Taurat berkumpul bersama. Petrus mengikuti Yesus dari jauh, sampai ke halaman rumah Imam Besar. Di sana, dia duduk bersama para pengawal sambil menghangatkan diri di perapian. Para imam kepala dan seluruh Mahkamah Agama terus mencari kesaksian yang melawan Yesus supaya mereka dapat membunuh-Nya, tetapi mereka tidak menemukan apa-apa. Sebab, banyak orang memberikan kesaksian palsu untuk melawan-Nya, tetapi kesaksian mereka tidak sesuai satu sama lain. Beberapa orang berdiri dan memberi kesaksian palsu untuk melawan Yesus, katanya, "Kami mendengar Dia berkata, 'Aku akan merobohkan Bait Allah yang dibuat oleh tangan, dan dalam tiga hari, Aku akan membangun yang lain, yang tidak dibuat oleh tangan.'" Namun, tentang hal itu pun, kesaksian mereka tidak sesuai satu sama lain. Lalu, Imam Besar berdiri di hadapan mereka dan bertanya kepada Yesus, "Apakah Engkau tidak memberi jawaban? Orang-orang ini bersaksi untuk melawan-Mu." Akan tetapi, Dia tetap diam dan tidak menjawab. Imam Besar bertanya lagi kepada Yesus, "Apakah Engkau Mesias, Anak dari yang Terpuji?" Yesus berkata, "Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang dengan awan-awan di langit." Imam Besar merobek jubahnya, dan berkata, "Mengapa kita masih perlu saksi? Kamu telah mendengar hujatan-Nya. Apa keputusanmu?" Mereka semua menjatuhkan hukuman yang setimpal dengan hukuman mati. Beberapa orang mulai meludahi Dia, dan menutup muka-Nya, dan meninju-Nya, dan berkata kepada-Nya, "Bernubuatlah!" Para pengawal mengambil dan menampar-Nya.

2. Yesus di Hadapan Pilatus (Markus 15:1-5)

Pagi-pagi sekali, imam-imam kepala mengadakan perundingan dengan para tua-tua, dan ahli-ahli Taurat, serta seluruh Majelis Besar. Mereka mengikat Yesus, membawa-Nya pergi, dan menyerahkan-Nya kepada Pilatus. Pilatus bertanya kepada Yesus, "Apakah Engkau Raja orang Yahudi?" Dia menjawab, "Engkau telah mengatakannya." Para imam kepala menuduh Yesus dengan berbagai tuduhan sehingga Pilatus bertanya lagi kepada-Nya, "Apakah tidak ada jawaban yang ingin kamu sampaikan? Lihat, betapa banyak tuduhan yang diberikan terhadap kamu." Akan tetapi, Yesus tidak memberikan jawaban lagi sehingga Pilatus menjadi heran.

E. Penyaliban dan Kematian Yesus

1. Yesus Disalibkan (Markus 15:21-32)

Mereka memaksa orang yang sedang lewat, Simon orang Kirene, ayah dari Aleksander dan Rufus yang datang dari desa, untuk memikul salib-Nya. Lalu, mereka membawa Yesus ke tempat yang bernama Golgota, artinya "Tempat Tengkorak". Mereka menawarkan kepada-Nya anggur bercampur mur, tetapi Dia tidak menerimanya. Mereka menyalibkan Dia dan membagi-bagi pakaian-Nya di antara mereka, dengan melempar undi untuk menentukan bagian yang mereka dapatkan. Saat itu, jam ketiga ketika mereka menyalibkan-Nya. Tulisan berisi tuduhan terhadap Yesus tertulis "Raja Orang Yahudi". Bersama dengan Yesus, mereka menyalibkan dua orang perampok, seorang di sebelah kanan-Nya dan seorang di sebelah kiri-Nya. Jadi, Kitab Suci yang mengatakan ini digenapi, "Dia terhitung di antara orang-orang durhaka." Orang-orang yang sedang lewat di situ menghujat Yesus. Dengan menggelengkan kepala, mereka berkata, "Hai! Engkau yang akan meruntuhkan Bait Allah dan membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu sendiri dan turunlah dari salib!" Begitu juga imam-imam kepala, bersama dengan para ahli Taurat, mengejek Yesus dengan berkata satu sama lain, "Dia menyelamatkan orang lain, tetapi Dia tidak dapat menyelamatkan diri-Nya sendiri! Biarlah Mesias, Sang Raja Israel, turun sekarang dari salib supaya kita dapat melihat dan percaya." Mereka yang disalibkan bersama Yesus juga mencela Dia.

2. Yesus Mati (Markus 15:33-41)

Pada saat jam keenam tiba, terjadi kegelapan di seluruh tanah itu sampai pada jam kesembilan. Pada jam ke-9, Yesus berseru dengan suara yang keras, "Eloi, Eloi, lama sabakhtani," yang artinya "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Ketika beberapa orang yang berdiri di situ mendengarnya, mereka berkata, "Dengar! Ia memanggil Elia." Seseorang berlari dan mengisi bunga karang dengan anggur asam, lalu meletakkannya pada sebuah buluh, dan menawarkannya kepada Yesus untuk diminum, sambil berkata, "Tunggu, mari kita lihat apakah Elia akan datang untuk menurunkan Dia." Kemudian, Yesus berseru dengan suara keras dan mengembuskan napas-Nya yang terakhir. Saat itu, tirai Bait Allah robek menjadi dua, dari atas sampai ke bawah. Ketika kepala pasukan, yang berdiri menghadap ke arah Yesus, melihat bagaimana Yesus mengembuskan napas-Nya yang terakhir, dia berkata, "Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!" Di sana, ada juga beberapa wanita yang melihat dari jauh, di antara mereka adalah Maria Magdalena, dan Maria ibu Yakobus Muda dan Yoses, serta Salome. Ketika Yesus masih ada di wilayah Galilea, mereka mengikuti Dia dan melayani Dia. Ada juga banyak perempuan lain yang datang bersama Yesus ke Yerusalem.

3. Yesus Dikuburkan (Markus 15:42-47)

Ketika malam tiba, karena hari itu adalah Hari Persiapan, yaitu hari menjelang hari Sabat, Yusuf orang Arimatea, seorang anggota Majelis Besar yang dihormati, yang juga menanti-nantikan kedatangan Kerajaan Allah, memberanikan diri pergi kepada Pilatus dan meminta tubuh Yesus. Pilatus terkejut mendengar bahwa Yesus sudah mati. Dia memanggil kepala pasukan dan bertanya kepadanya, apakah benar Yesus sudah mati. Ketika Pilatus tahu dari kepala pasukan bahwa Yesus sudah mati, dia mengizinkan memberikan mayat itu kepada Yusuf. Yusuf membeli kain linen dan menurunkan mayat Yesus. Setelah membungkus-Nya dalam kain linen, dia membaringkan Yesus di dalam kuburan yang dipotong dari bukit batu. Lalu, dia menggulingkan sebuah batu ke pintu masuk kuburan. Maria Magdalena dan Maria ibu Yoses melihat di mana mayat Yesus dibaringkan.

F. Kebangkitan Yesus dan Amanat Agung

1. Kebangkitan Yesus (Markus 16:1-8)

Ketika hari Sabat sudah lewat, Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus, serta Salome, membeli rempah-rempah supaya mereka dapat pergi dan meminyaki Yesus. Pagi-pagi sekali, pada hari pertama minggu itu, ketika matahari terbit, mereka datang ke kuburan. Mereka berkata satu kepada yang lain, "Siapa yang akan menggulingkan batu dari pintu masuk kuburan itu untuk kita?" Ketika mereka memandang ke atas, mereka melihat batu yang sangat besar itu sudah terguling. Saat masuk ke dalam kuburan, mereka melihat seorang pemuda yang memakai jubah putih sedang duduk di sebelah kanan sehingga mereka terkejut. Orang itu berkata kepada mereka, "Jangan terkejut, kamu mencari Yesus orang Nazaret yang telah disalibkan. Dia telah bangkit. Dia tidak ada di sini. Lihatlah tempat mereka membaringkan Dia. Akan tetapi, pergilah, katakan kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus bahwa Dia akan mendahului kamu ke Galilea. Di sana, kamu akan bertemu Dia, seperti yang telah Dia katakan kepadamu." Kemudian, mereka keluar dan melarikan diri dari kuburan itu karena mereka dikuasai rasa gentar dan takjub, dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepada siapa pun karena mereka takut.

2. Yesus Berbicara kepada Para Murid-Nya (Markus 16:14-20)

Setelah itu, Dia memperlihatkan diri kepada sebelas murid ketika mereka sedang duduk makan, dan Dia menegur mereka karena ketidakpercayaan dan kekerasan hati mereka. Sebab, mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat-Nya sesudah dibangkitkan. Dia berkata kepada mereka, "Pergilah ke seluruh dunia dan beritakanlah Injil kepada semua ciptaan. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Dan, tanda-tanda ini akan mengikuti mereka yang percaya: Dalam nama-Ku, mereka akan mengusir roh-roh jahat; mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa baru; mereka akan memegang ular berbisa dengan tangan mereka; dan jika mereka minum racun yang mematikan, hal itu tidak akan mencelakakan mereka; mereka akan meletakkan tangan mereka atas orang-orang sakit, dan mereka akan sembuh." Lalu, setelah Tuhan Yesus berbicara kepada mereka, Dia terangkat ke surga dan duduk di sebelah kanan Allah. Mereka pergi dan memberitakan firman ke mana-mana, sementara Tuhan bekerja bersama mereka dan meneguhkan firman-Nya melalui tanda-tanda yang menyertainya.

DOA

"Aku bersyukur atas pengorbanan-Mu di atas kayu salib untuk menanggung dan melepaskanku dari setiap kutuk dosa. Biarlah Roh Kudusmu terus memimpinku untuk menjalankan Amanat Agung-Mu sehingga Injil-Mu tersebar sampai ke seluruh penjuru dunia. Terima kasih atas penyertaan-Mu. Amin."

 

Pertanyaan 06 -- PENDERITAAN DAN KEBANGKITAN KRISTUS

Pertanyaan 06 -- PENDERITAAN DAN KEBANGKITAN KRISTUS

Sebelum mengerjakan tugas, setiap peserta harap memperhatikan petunjuk berikut ini.

  1. Bacalah Bahan Pelajaran dan semua Referensi Pelajaran 06 dengan teliti.
  2. Bacalah Pertanyaan (A) dan (B) di bawah ini, lalu jawablah dengan jelas dan tepat.
  3. Apabila Anda mendapatkan kesulitan sehubungan dengan isi Bahan Pelajaran, silakan menghubungi: < kusuma@in-christ.net >

Selamat mengerjakan!

Pertanyaan (A)

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas!

  1. Kitab Markus 14:1 - 16:20 menjelaskan serangkaian peristiwa mengenai ....
    1. kelahiran Yesus
    2. kematian
    3. kebangkitan
    4. kematian dan Kebangkitan-Nya.
  2. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mencari jalan untuk ....
    1. menangkap dan membunuh Yesus
    2. menangkap Yesus
    3. menyalibkan Yesus
    4. melempari Yesus dengan batu
  3. Saat Yesus berada di rumah Simon, ada seorang perempuan yang membawa suatu buli-buli pualam berisi ....
    1. minyak zaitun
    2. minyak wangi
    3. minyak narwastu murni
    4. minyak pualam
  4. Minyak yang dipakai seorang perempuan untuk dicurahkannya ke atas kepala Yesus seharga ....
    1. empat ratus dinar
    2. sepuluh sen
    3. dua ratus dinar
    4. tiga ratus dinar
  5. Salah satu dari murid-murid Yesus, yaitu Yudas Iskariot, bermaksud untuk menyerahkan Yesus kepada ....
    1. imam-imam kepala
    2. ahli Farisi
    3. kaisar
    4. tentara Romawi
  6. Yesus menyuruh murid-murid untuk mempersiapkan perjamuan Paskah dengan bertemu seorang yang membawa ....
    1. buyung yang berisi air
    2. kendi berisi air
    3. guci berisi minyak
    4. roti
  7. Dalam penetapan perjamuan malam, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya, lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: "Ambillah, inilah ...."
    1. lambang tubuh-Ku
    2. Tubuh-Ku
    3. tanda tubuh-Ku
    4. perjanjian dengan-Ku
  8. Yesus berkata, ".... Sesungguhnya, Aku berkata kepadamu, Aku tidak akan meminumnya lagi dari buah pohon anggur, sampai pada hari ketika Aku meminum anggur yang baru di dalam ...."
    1. kerajaan Allah
    2. kerajaan Surga
    3. kerajaan Seribu tahun
    4. langit yang baru
  9. Ketika Yesus akan berdoa di Taman Getsemani, Dia mengajak Petrus, ..., dan ....
    1. Andreas dan Filipus
    2. Yakobus dan Yohanes
    3. Andreas dan Yohanes
    4. Filipus dan Yohanes
  10. Yang meminta tubuh Yesus kepada Pilatus adalah ... dan dia adalah seorang ....
    1. Yakobus, Murid Yesus
    2. Yusuf orang Arimatea, anggota majelis besar
    3. Yusuf orang Arimatea, anggota Gubernur
    4. Yusuf orang Arimatea, anggota kaisar

Pertanyaan (B)

Pertanyaan B adalah pertanyaan esai, karena itu jawablah dengan disertai uraian dan penjelasan yang lengkap!

  1. Bagaimana Anda merespons kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus?
  2. Ceritakan pengalaman Anda pada saat mengabarkan Kabar Baik kepada orang-orang di sekeliling Anda!
Referensi SIM-06a diambil dari:
Judul Buku : Satu Injil Tiga Pekabar
Judul artikel : Yesus Mati di Kayu Salib
Penulis : B.F. Drewes, MTh.
Penerbit : PT BPK GUNUNG MULIA
Halaman : 148 -- 156

 

REFERENSI PELAJARAN 06a - PENDERITAAN DAN KEBANGKITAN KRISTUS

YESUS MATI DI KAYU SALIB

Salib Kristus merupakan pokok utama dalam kabar Markus! Hal ini sangat terang sesudah pengakuan Petrus di Kaisarea Filipi. Sesudah itu, mulailah Yesus mengajar para murid-Nya secara terus terang tentang penderitaan yang akan datang (8:27-31). Pengajaran ini diulangi dalam 9:30-32 dan 10:32-34. Dalam bagian kedua dari Markus, kita juga makin dekat ke kota Yerusalem, tempat penyaliban.

Dalam bagian sebelum pengakuan Petrus, Yesus muncul sebagai Dia yang mengusir setan, yang berkuasa untuk mengampuni dosa, yang menguasai angin dan laut. Orang takjub. Namun, dalam bagian ini pula, kita membaca tentang perlawanan terhadap Yesus dan tentang hal-hal yang menunjuk pada penderitaan yang akan datang. Misalnya, dalam 2:20 dan 3:6. Ada ahli yang berpendapat bahwa Markus menyusun Injilnya untuk mengoreksi keyakinan di sekitarnya, keyakinan yang hanya mengakui kuasa dan mukjizat-mukjizat Yesus, dengan mengabaikan penderitaan-Nya dan penyaliban-Nya. Dalam kalangan ini, Yesus disembah sebagai "manusia ilahi" (bhs. Yunani: "theios aner"), yang menyatakan diri dengan pekerjaan-pekerjaan ajaib. Memang belum ada persetujuan di antara para ahli apakah pernah ada ajaran tentang manusia ilahi yang demikian. Bagaimanapun juga, sangat jelas bahwa Markus menekankan penderitaan dan penyaliban Yesus sebagai hal yang pokok dalam Injilnya. Yesus bukan seorang yang mengerjakan keajaiban-keajaiban saja dalam rangka penyataan Kerajaan Allah, melainkan Yesus adalah Anak Allah yang taat sampai di kayu salib. Hal yang paling ajaib dalam seluruh hidup-Nya ialah bahwa Ia datang "bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani". Sikap pelayanan diteruskan sampai di kayu salib. Dengan perkataan lain, bagian pertama dari Markus harus dibaca dalam terang bagian kedua.

Sekarang, mari kita memperhatikan sifat, sebab, dan makna kematian Yesus.

Sifat hukum penyaliban sangat mengerikan dan memalukan. Bagi orang Kristen sekarang, tanda salib menjadi suatu lambang dengan arti yang sangat agung. Sebab itu, sulit bagi kita untuk membayangkan betapa terhinanya hal salib dalam dunia di sekitar Yesus. Pada abad pertama SM, Cicero, seorang Romawi, menulis: "Hal salib itu. tidak hanya harus dijauhkan dari badan para warga Romawi, tetapi juga dari pikiran, mata, dan telinga mereka". Dengan lain perkataan, orang yang beradab bahkan tidak membicarakan salib! Hukuman ini dilakukan kepada budak, kepada penyamun yang memakai kekerasan, dan sering juga kepada pemberontak; jadi hukuman ini sering kali dilakukan berdasarkan tuduhan politis. Warga Romawi sendiri tidak boleh dihukum dengan cara yang hina ini. Memang dapat dimengerti apa yang ditulis Paulus dalam 1 Korintus 1:23 bahwa Mesias yang disalibkan adalah "untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang yang bukan Yahudi suatu kebodohan".

Apa sebab, menurut Injil Markus, Yesus dibunuh orang lain? Dua segi dapat kita perhatikan.

Yang pertama, permusuhan dari pihak pemimpin-pemimpin agama, yang sekaligus merupakan pemimpin bangsa Israel, bekerja sama dengan penguasa Romawi dan seorang murid Yesus (14:10, 11; 15:1, 15). Pemimpin bangsa Israel menolak ajaran dan sikap Yesus. Yesus dianggap sebagai bahaya bagi cara hidup yang teratur. Mereka menuruti peraturan-peraturan tentang pergaulan dengan orang berdosa, sedangkan Yesus bersikap lain (2:13-17), Yesus menghayati suatu sikap bebas terhadap peraturan tentang hari Sabat, dan tentang makanan yang halal atau tidak (2:23-3:6 dan 7:1-13). Dalam semua hal ini, Yesus mengambil sikap yang bebas berdasarkan kehendak Allah. Para pemimpin agama menolak kebebasan Yesus ini dan mengesampingkan Dia yang mengasihi sesama secara penuh dan yang mendobrak peraturan-peraturan tertentu, sebab Ia begitu mengasihi manusia. Dalam 3:6, sesudah Yesus menyembuhkan seseorang pada hari Sabat, untuk pertama kalinya kita mendengar tentang keinginan orang Farisi untuk membunuh-nya. Namun, keinginan ini tidak hanya muncul pada mereka, melainkan pada semua pemimpin. Para pemimpin bertemu di Mahkamah Agung, yang terdiri dari imam-imam kepala (sebagian besar kaum Saduki), ahli-ahli Taurat (sebagian besar orang Farisi), dan tua-tua (banyak di antara mereka adalah Orang Saduki). Dan, justru ketiga kelompok ini disebut Yesus dalam Markus 8:31: "Kemudian, mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat ...." Mereka bersama-sama menyuruh orang untuk menangkap Yesus (Markus 14:43), mereka semua berkumpul untuk mengadili Yesus (Markus 14:53). "Dengan suara bulat, mereka memutuskan bahwa Dia harus dihukum mati" dan Yesus diserahkan mereka kepada Pilatus (Markus 14:64; 15:1). Di hadapan Pilatus, penguasa Romawi itu, mereka nyatanya mengajukan suatu tuduhan yang berbau pemberontakan sehingga Pilatus bertanya: "Engkaukah raja orang Yahudi?" (15:2). Perhatikanlah juga bahwa di muka Pilatus, secara khusus, para imam kepala aktif, sedangkan tua-tua dan ahli-ahli Taurat di sini tidak disebut. Maklumlah, para imam kepala, sebagai golongan atas masyarakat, agak dekat dengan penguasa Romawi (lih. 15:8, 11).

Segi yang kedua, kehendak Allah dan penggenapan Alkitab perlu disebut dalam rangka sebab kematian Yesus. Melalui dosa manusia dalam pembunuhan Yesus, toh kehendak Allah tidak dikalahkan, melainkan digenapi. Keadaan ini tidak berarti bahwa dosa ini bukan merupakan sungguh-sungguh dosa. Tidak! Manusia tidak "ditakdirkan" untuk berdosa terhadap Yesus. Kabar yang mengherankan kita, yang kita dengar dalam Markus, ialah bahwa lawan Yesus, dalam perlawanan yang bersifat dosa, tidak mengalahkan Yesus. Melalui penderitaan-Nya dan kematian-Nya, Dia menjadi nyata sebagai Anak Allah. Yesus berbicara tentang keharusan penderitaan-Nya, yang tidak lain dari suatu keharusan ilahi: "Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan" (8:31). Pada waktu menempuh penderitaan dan kematian-Nya, Yesus tahu bahwa demikianlah kehendak Allah, yang kepada-Nya Ia menyerahkan Diri secara penuh. Juga dalam pergumulan di taman Getsemani. Ia berdoa, "tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki." Dalam penderitaan-Nya, Ia memercayakan Diri secara menyeluruh kepada rencana Allah atas Dia, seperti terang dari jawaban Yesus kepada Imam Besar (14:61, 62) yang telah kami kutip di atas ini. Bahkan, pada kayu salib, ketika dirasakan ditinggalkan Allah, Yesus berseru kepada Allah dengan perkataan Mazmur 22:2. Dengan demikian, jelas bahwa Yesus adalah Anak yang taat dan percaya kepada Allah. Ia memenuhi kehendak Allah.

Dengan perkataan lain, hal inilah berlaku, bahwa Yesus secara khusus dalam penderitaan-Nya, menggenapi Kitab Suci (yang sekarang kita sebut PL), justru dalam pasal 14 dan 15 hubungan dengan PL sangat nyata. Ada perkataan Yesus seperti: "Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia ..." (14:21). Baca juga sabda Yesus dalam 14:27 dan 49. Bandingkanlah juga 14:18b dengan Mazmur 41:10. Dan, dalam pasal 15, penyaliban dan kematian Yesus dikisahkan dengan beberapa kali memakai PL. Ada kutipan langsung dan ada pemakaian bahasa PL. Kami memuat di sini suatu daftar dari hubungan-hubungan tersebut:

Mrk. 15:24, bnd. Mzm. 22:19: "Mereka membagi-bagi pakaian di antara mereka, dan membuang undi jubah atas jubah-Ku."

Mrk. 15:27, bnd. Yes. 53:12: "... ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak ...."

Mrk. 15:29, bnd. Mzm. 22:8b: "mereka mencibirkan bibirnya, menggelengkan kepalanya ...."

Mrk. 15:33, bnd. Am. 8:9: "Pada hari itu akan terjadi", demikianlah firman Tuhan ALLAH, "Aku akan membuat matahari terbenam di siang hari dan membuat bumi gelap pada hari cerah."

Mrk. 15:34, bnd. Mzm. 22:2a: "Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?"

Mrk. 15:36, bnd Mzm. 69:22b: "... dan pada waktu aku haus, mereka memberi aku minum anggur asam."

Mrk. 15:40, bnd. Mzm. 38:12 "Sahabat-sahabatku dan teman-temanku menyisih karena penyakitku, dan sanak saudaraku menjauh."

(Pada Yes. 53:12, kami memasang tanda tanya, sebab tidak dapat dipastikan apakah hubungan ini dimaksudkan Markus; dan Markus 15:28 tidak kami catat, sebab banyak ahli menganggapnya sebagai tambahan kemudian yang tidak berasal dari penginjil.) Dari hubungan dengan PL terang bahwa Yesus menderita secara penuh penderitaan yang dialami orang-orang benar dalam PL. Dialah orang benar yang sejati, yang dengan demikian mewujudkan kehendak Allah dan apa yang tertulis dalam Kitab Suci.

Kemudian, kita bertanya apa makna kematian Yesus menurut Markus? Tidak ada banyak nas yang secara langsung merumuskan hal ini. Namun, bila kita membaca Markus dengan teliti, kita dapat tentukan beberapa segi dari arti kematian ini. Mudah-mudahan, kami tidak salah menguraikan hal yang begitu penting ini. Segi-segi yang ingin kami kemukakan adalah sebagai berikut:

1. Seperti yang kita lihat tadi, maka Kitab Suci atau PL digenapi dalam penderitaan Yesus. Jadi, sejarah Allah dengan Israel dibawa pada maksud tujuannya. Dan, sebab Allah Israel adalah sumber pengharapan dan kehidupan manusia, maka maksud tujuan rencana-Nya merupakan kabar yang baik, juga di dalam segala kegelapan yang meliputi kematian Yesus. Kematian Yesus bukan peristiwa yang melulu tanpa arti dan arah, melainkan suatu peristiwa yang dipakai Allah dalam membawa rencana-Nya berkenaan dengan Israel dan umat manusia kepada titik yang menentukan.

2. Perjanjian Allah dengan manusia diperbarui dalam kematian Yesus. Juga boleh dikatakan bahwa Yesus membawa perjanjian baru asal jelas bahwa perjanjian baru ini merupakan penggenapan eskatologis dari "perjanjian lama" antara Allah dengan umat-Nya. Kita mendengar tentang perjanjian yang diperbarui ini dalam sabda Yesus pada perjamuan malam dalam pasal 14. Tentang cawan dikatakan-Nya kepada para murid: "Inilah darah-Ku, darah perjanjian yang ditumpahkan bagi banyak orang" (ay. 24). Dalam nas ini, kita diingatkan pada Keluaran 24, di mana perjanjian antara TUHAN dan bangsa Israel diikat pada Gunung Sinai. Pada upacara itu, lembu-lembu disembelih dan "Musa mengambil darah itu dan menyiramkannya pada bangsa itu serta berkata: 'Inilah darah perjanjian yang diadakan TUHAN dengan kamu, berdasarkan segala firman ini.'" (ay.8) Yesus dengan darah-Nya sendiri, jadi dengan kematian-Nya, mengadakan perjanjian baru; atau perjanjian antara TUHAN dan umat-Nya diperbarui.

Sabda Yesus ini juga menunjukkan penebusan yang diadakan dalam rangka pengikatan perjanjian ini. Kematian ini menebus dosa banyak orang. Hal ini juga dikabarkan dalam nas kedua di mana Yesus secara langsung bersabda tentang makna kematian-Nya, yaitu 10:45: "Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." Dalam rangka ini, menariklah juga bahwa Keluaran 24:7, 8 oleh orang Yahudi ditafsirkan dengan arti penebusan (bnd. juga Yes. 53:12). Hal perjanjian baru dan pengampunan dosa memang tergabung menurut pengertian Yahudi (bacalah Yer. 31:31-34). Dalam Yesus, Allah menawarkan pengampunan dosa dan penyucian manusia.

Perjanjian yang baru ini merupakan perjanjian bagi Israel dan orang yang bukan Israel. Inilah arti bagi Markus dari istilah "banyak orang", yang kita dengar baik dalam 10:45 ("menjadi tebusan bagi banyak orang") maupun dalam 14:24 ("yang ditumpahkan bagi banyak orang"). Sebab, istilah "banyak" di sini dekat sekali pada istilah "semua" (sebab bahasa Ibrani dan Aram tidak mempunyai istilah khusus bagi "semua"). Allah mengadakan perjanjian-Nya dengan seluruh umat manusia; dan sebagai wakil pertama dari dunia yang bukan Israel perwira Romawi mengakui "sungguh, orang ini adalah Anak Allah!" (15:39)

Kiranya jelas bahwa perjanjian ini dan pemerintahan Allah sangat erat hubungannya. Perjanjian ini terarah pada pemerintahan Allah. Perjanjian ini mengarahkan manusia pada pemerintahan Allah, pada Kerajaan Allah. Yesus menyerahkan nyawa-Nya dengan kepercayaan bahwa pemerintahan Allah akan datang secara definitif dan genap. Langsung sesudah sabda-Nya tentang darah perjanjian ini Markus mencatat sabda Yesus: "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, dalam Kerajaan Allah" (14:25).

Sehubungan dengan perjamuan malam ini, memang perlu diperhatikan bahwa dalam Alkitab (dan juga di luarnya) mengadakan perjamuan bersama berarti menikmati persekutuan bersama. Jadi, dalam perjamuan malam ini, Yesus Mesias mengaruniakan persekutuan-Nya yang meliputi perjanjian dan penebusan, jadi kehidupan yang sejati. Dan, Yesus Mesias membuka persekutuan ini bagi semua orang.

3. Sebagai aspek ketiga dari makna kematian Yesus dapat dikatakan bahwa dengan mati di kayu salib, Yesus menyatakan pemerintahan Allah secara yang di luar dugaan dan pertimbangan kita. Maksud kami demikian, justru sebagai Dia yang disalibkan dan mati, Dialah Anak Allah; justru dalam kematian-Nya, yaitu dalam kegagalan-Nya menurut ukuran manusia, Yesus menang atas lawan-lawan-Nya; justru sebagai Dia yang kehilangan nyawa-Nya, Yesus beroleh hidup dari Allah dalam kebangkitan-Nya. Dengan demikian, Yesus menyatakan pemerintahan Allah di dunia ini. Nyatanya, pada umumnya, pengertian manusia tentang Mesias dan tentang pemerintahan Allah tidak cocok dengan kenyataan ini. Sebab, manusia cenderung menganggap bahwa pemerintahan Allah datang di dunia ini dengan menang secara gemilang dan secara sangat nyata. Memang Sang Mesias menang, tetapi melalui kematian-Nya. Memang pemerintahan Allah menang di dunia ini, tetapi melalui salib Kristus.

4. Yesus hidup sesuai dengan kehendak Allah dan Ia menderita sebagai seorang yang benar. PL mengenal penderitaan orang-orang benar, misalnya dalam Mazmur 22 dan 69, mereka berseru kepada Allah. Tidak secara kebetulan dalam Markus 15 sampai tiga kali kita menemui hubungan dengan Mazmur 69 dan satu kali dengan Mazmur 22 (lih. uraian di atas ini). Segala rasa benci terhadap orang benar mengarahkan diri kepada Yesus, yang hidup dan mati sebagai orang benar yang sejati.

5. Para murid terpanggil untuk mengikuti Yesus ini; mereka terpanggil untuk menderita sebagai pengikut dari Sang Mesias yang menderita. Inilah aspek kelima yang ingin dikemukakan. Sesudah pemberitahuan pertama tentang penderitaan-Nya, Yesus berkata kepada orang banyak dan murid-murid-Nya (8:34,35):

"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya."

Juga sesudah pemberitahuan ketiga tentang kesengsaraan-Nya dan sesudah Yesus menyebut cawan yang akan Dia minum serta baptisan yang akan Dia terima, maka Ia berkata kepada dua orang murid: "Memang kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima ..." (10:38,39). Cawan dan baptisan di sini menunjukkan penderitaan secara kiasan. Dan, dalam beberapa nas, lebih jauh kita mendengar bahwa para murid harus hidup sebagai hamba "karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (10:45). Jadi, sikap Yesus sampai kematian-Nya merupakan pedoman bagi sikap hidup para murid-Nya.

Di samping kelima segi tersebut, masih dapat dicatat bahwa beberapa ahli melihat kaitan antara pasal 13, khotbah Yesus tentang hal yang akan datang, dan pasal 14-15 tentang penderitaan dan kematian Yesus. Dapat ditunjuk bahwa dalam kedua bagian tersebut, kata kerja "menyerahkan" sering kali muncul (13:9, 11, 12 tentang penyerahan yang akan dialami para murid; 14:10, 11, 18, 21, 41, 42, 44; 15:1, 10, 15, tentang penyerahan yang dialami Yesus). "Kegelapan" ada dalam 13:24, sebagai peristiwa yang datang pada akhir zaman; dan dalam 15:33 sebagai peristiwa pada kematian Yesus (dalam 13:24 dipakai kata kerja "menjadi gelap"; dalam 15:23 kata benda "kegelapan"; kedua istilah ini hanya di sini dalam Markus). Bandingkanlah juga dari pasal 13 anjuran untuk berjaga-jaga, supaya "jangan kamu didapatinya sedang tidur" (ay. 35-37) dengan peristiwa di taman Getsemani, pasal 14:32-42, di mana kita mendengar perkataan Yesus untuk berjaga-jaga, tetapi para murid tidur. Perspektif pasal 13 adalah pada kedatangan Anak Manusia dalam kemuliaan (13:26), yang juga diucapkan Yesus di hadapan Mahkamah Agama. Apakah kesejajaran-kesejajaran ini dikemukakan Markus dengan maksud tujuan tertentu? Sulit dipastikan. Boleh jadi ini dapat dikatakan demikian: dalam Yesus, tercerminlah pemerintahan Allah yang akan datang serta segala gangguan yang berhubungan dengan kedatangan itu. Seandainya pendapat ini dapat diterima, maka boleh dikatakan bahwa di sini kita menemui aspek yang keenam.

Demikianlah beberapa segi dari makna kematian Yesus seperti yang dikabarkan Markus. Perhatikanlah juga bahwa Markus menekankan bahwa dalam penderitaan-Nya, Yesus seorang diri. Dia diserahkan, ditinggalkan, dan disangkal oleh murid-murid-Nya (14:44, 50, 66-72), "bahkan kedua orang yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela Dia juga" (15:32); dan pada akhirnya, Dia merasa ditinggalkan Allah (15:34). Dia sendirian. Namun, justru Dialah yang patut menerima gelar Mesias, Anak Allah, dan Anak Manusia! Memang, Ia tidak ditinggalkan Allah, melainkan dibangkitkan, lalu ditinggikan untuk duduk di sebelah kanan Allah (12:36).

Referensi SIM-06b diambil dari:
Judul Buku : Teologi Perjanjian Baru
Judul artikel : Makna Salib
Penulis : Leon Morris
Penerbit : Gandum Mas
Halaman : 150 -- 154

 

REFERENSI PELAJARAN 06b - PENDERITAAN DAN KEBANGKITAN KRISTUS

MAKNA SALIB

Sudah kita lihat, salib merupakan inti Injil ini. Di sini, pertama-tama kita lihat kebenaran di balik pernyataan Martin Kahler yang sering dikutip orang bahwa kitab-kitab Injil merupakan "kisah sengsara dengan pengantar yang panjang". Dari cara Markus menyusun Injilnya, tak perlu diragukan bahwa salib merupakan pusat Injilnya. Ia memberi banyak tempat untuk soal wajib dan seluruh kitabnya mencapai puncaknya pada kisah ini. Dalam pandangan Markus, kehendak Allah terlaksana dalam kematian Yesus (bnd. 14:36 dan pemakaian "dei" yang menunjukkan bahwa kematian-Nya itu perlu [Markus 8:31; 14:31]). Hal ini benar, biarpun dari sudut pandang lain, kematian itu terjadi karena kejatuhan manusia.

Dalam menyusun bahannya, Markus menempatkan kisah tentang pengharapan pada awal sengsara (l4:3-9); Yesus menghadapi kematian-Nya sebagai Orang Yang Diurapi. Markus juga menempatkan nubuat tentang kegagalan para murid (14:26-31), langsung sebelum kisah di Taman Getsemani (14:32, dst.). Ia membedakan ketidaksetiaan manusia dengan kesetiaan Yesus, ketidaksetiaan yang menuntut harga yang luar biasa.

Sepanjang kisah ini, tema raja mendapat penekanan (15:2, 9, 12, 17-18, 26, 32) yang lebih kuat daripada penekanan pada Injil Matius atau Lukas dan mengingatkan kita pada ide pokok dalam Injil Yohanes. Bagi Markus, boleh saja Yesus ditolak dan dibunuh, tetapi dalam semua peristiwa itu, Ia tetap seorang Raja; para pembaca harus melihat Dia sebagai Raja. Kemudian, ketika Dia tergantung di kayu salib, terjadilah beberapa peristiwa yang luar biasa: kegelapan (15:33), dua seruan Yesus yang lantang (15:34, 37), terbelahnya tirai Bait Allah (15:38), pernyataan sang perwira bahwa Yesus adalah benar-benar Anak Allah (15:39). Markus menjelaskan bahwa hal ini bukanlah suatu kematian biasa, bahkan bukan suatu eksekusi biasa. Di Kalvari, sesuatu yang sangat hebat dan sangat penting terjadi. Dalam sebagian besar dari Injilnya itu Markus puas dengan sekadar mencatat apa yang terjadi; ia tidak berusaha untuk menerangkan maknanya. Akan tetapi, ada beberapa pernyataan yang perlu disediliki lebih lanjut.

Salah satunya adalah pernyataan tentang "tebusan", "Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (10:45). Pernyataan ini, di tempat-tempat lain, kiranya cukup kalau kita mengacu pada diskusi-diskusi berikut ini. Yesus bermaksud mengatakan bahwa Ia akan membayar harga itu demi membebaskan banyak orang. "Tebusan" dipakai untuk menyebut harga yang dibayar untuk membebaskan tawanan perang atau budak atau orang yang sudah dijatuhi hukuman mati. Yesus tidak mengatakan dari hal apa Ia membebaskan manusia, tetapi dalam konteks Injil ini yang dimaksud jelas kebebasan dari dosa dan dari cara hidup yang penuh dosa. Kebebasan semacam itu tidak datang dengan mudah atau secara otomatis. Kebebasan itu menuntut suatu harga dan harga itu telah dibayar oleh Yesus. Tebusannya telah dibayar "bagi ['anti']" banyak orang. Di sini, "anti" mempunyai makna substitutif (menggantikan tempat orang lain).

Selanjutnya, terdapat juga doa yang mengungkapkan bagaimana Yesus menerima kehendak Sang Bapa supaya Ia minum "cawan" itu (14:36). Ia tidak menerangkan apa maksudnya itu; tetapi dalam nas-nas PL tampak bahwa piala merupakan "suatu kiasan untuk hukuman yang pantas diterima orang, tetapi di sini jelas terkandung makna penderitaan dan kematian" (Anderson). Cawan itu adalah "piala murka Allah (best)". Menarik bahwa Markus (dalam 14:27) mengutip Zakaria 13:7, terutama karena Markus menyatakan, "Aku akan memukul gembala," yang menjadikannya suatu tindakan Allah sendiri, padahal dalam PL kata kerjanya berbentuk perintah ("Bunuhlah gembala"). Yang ditekankan adalah tercerai berainya para murid, tetapi tindakan Allah itu juga berbicara mengenai penghukuman. Mungkin kita harus melihat ungkapan lain mengenai substitusi: kaum berdosa patut menerima hukuman, tetapi Allah menimpakannya kepada Gembala Yang Baik.

Markus menceritakan kepada kita tentang perjamuan terakhir yang diadakan Yesus dengan murid-murid-Nya. Ia mengisahkan bagaimana Yesus mengambil roti, memecah-mecahkannya, lalu memberikannya kepada mereka, seraya berkata, "Ambillah, inilah Tubuh-Ku." Lalu, Ia mengucap syukur atas cawan dan memberikannya kepada mereka. Mereka semua minum dari cawan itu, lalu Yesus berkata, "Inilah darah-Ku, darah perjanjian (baru) yang ditumpahkan bagi banyak orang" (14:22-24). Tidak diragukan lagi, Perjamuan Tuhan sudah dikenal baik oleh orang-orang Kristen yang membaca Injil Markus ini, dan ia mengisahkan permulaannya sedemikian rupa sehingga menunjukkan bahwa peristiwa itu memperingati pembuatan perjanjian yang menggenapi nubuat Yeremia 31:3l, dst.. Tidak begitu penting apakah kita membaca kata "baru" atau tidak; setiap perjanjian yang diadakan oleh Yesus dengan sendirinya baru. Perjanjian ini diadakan oleh darah Yesus. Penumpahan darah-Nya merupakan sarana yang membawa orang masuk ke dalam hubungan yang benar dengan Allah dan merupakan sarana yang melahirkan umat Allah yang baru.

Ada juga seruan yang menyedihkan karena ditinggalkan, "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku" (15:34). Berhubung ini merupakan satu-satunya ucapan dari atas salib yang dicatat oleh Markus, jelas bahwa dalam pandangannya, ucapan itu penting. Pada zaman modern, kata-kata tersebut tampak begitu mengejutkan sehingga banyak orang mencoba memperlunaknya dengan satu atau lain cara. Misalnya, ada yang menunjukkan bahwa Yesus mengutip Mazmur 22 (yakni, ayat pembukaan Mazmur ini), suatu mazmur yang berakhir dengan nada kepercayaan. Menurut pandangan ini, Yesus hanya sedang menyerahkan diri-Nya kepada Bapa. Sementara itu, ahli-ahli lain sependapat bahwa kata-kata itu menunjuk pada putusnya hubungan dengan Allah. Namun, mereka memandang hal ini sebagai benar-benar tak masuk akal sehingga mereka mengoreksi atau bahkan sama sekali menolak teks tersebut. Namun, kalau kita mau sungguh-sungguh memahami Injil Markus, kita harus memperhitungkan pernyataan ini. Juergen Moltmann memikirkan hal ini. Menurut dia, "Teologi tentang salib harus membahas dan memikirkan dimensi ketiga dari kematian Yesus dalam keadaan ditinggalkan oleh Allah ini sampai menemukan suatu kesimpulan."

Saya kira, kita tidak akan pernah dapat menduga arti sepenuhnya dari pernyataan ini. Namun, paling tidak kita dapat mengatakan bahwa kematian Yesus itu suatu kejadian yang mengerikan, suatu kejadian mengerikan ketika hubungan yang erat dengan Bapa, yang telah menyokong-Nya sepanjang hidup-Nya di dunia ini, telah putus. Saya tidak bisa menemukan keterangan lain yang paling mendekati kebenaran makna kata-kata ini, selain penjelasan yang menekankan bahwa dalam kematian-Nya Yesus menanggung dosa-dosa dunia. Ia menyatu dengan orang-orang berdosa. Ia menghapuskan dosa mereka. Ia mengalami perpisahan dengan Allah yang merupakan akibat dosa. Dan, karena Ia menanggungnya, kita yang percaya kepada-Nya tidak pernah akan ditinggalkan oleh Allah.

Patut kita perhatikan lebih lanjut bagaimana cara Markus mengawali kisah sengsaranya dan cara dia menutup kisah tersebut. Bila orang membicarakan bab 13, kebanyakan memandangnya sebagai suatu kesatuan yang kurang lebih berdiri sendiri ("apokalips mini"); di situ Markus mengungkapkan ajaran eskatologis yang penting. Namun, harus kita ingat bahwa ia menempatkan pasal ini tepat sebelum kisahnya tentang kesengsaraan Kristus. Pasal ini bukanlah tulisan yang khas apokaliptik Yahudi sebagaimana yang sering dikemukakan orang. Memang benar, pasal itu mengandung bahasa apokaliptik dan bahasa ini penting. Bahasa ini menjelaskan bahwa Yesus, yang penyaliban-Nya akan diceritakan oleh Markus, adalah Oknum yang akan datang pada waktunya untuk mengawali kesudahan segala sesuatu. Namun, pasal itu mengandung banyak nasihat dan tema utamanya menyangkut soal kemuridan. Seperti yang dikatakan oleh Cranfield, "Tujuan pasal itu bukanlah untuk memberikan informasi yang dikhususkan untuk orang dalam, melainkan untuk menunjang iman dan ketaatan." Banyak unsur yang menjadi ciri literatur apokaliptik tidak terdapat dalam tulisan ini: sebaliknya, ada banyak hal di dalamnya yang tidak terdapat dalam literatur khas apokaliptik.

Tampaknya, Markus menempatkan pasal ini di sini untuk menunjukkan bahwa Oknum yang sengsara-Nya akan dikisahkannya adalah Oknum yang mahaagung, bukan orang kecil yang tidak dikenal. R.H. Lightfoot mengatakan, "Jelas pasal 13 ini dirancang oleh sang penginjil sebagai pengantar langsung menuju kisah Kesengsaraan Kristus, dalam arti bahwa kalau kita membaca kisah Kesengsaraan tersebut dalam Injil ini dengan realismenya yang begitu besar dan tragedi yang tidak diperlunak sedikit pun, kita harus ingat pada Pribadi dan jabatan dari Dia yang kita baca kisah-Nya itu. Dia yang dicaci maki, ditolak, dan dikutuk ini, tidak lain adalah Anak Manusia yang adikodrati." Orang-orang Yahudi tidak mengerti siapakah yang mereka tuntut agar dihukum mati itu; Markus tidak mau bahwa para pembacanya membuat kesalahan semacam itu.

Sudah banyak dibicarakan, apakah Injil ini aslinya berakhir pada 16:8. Ada yang berpendapat bahwa Markus menulis lebih panjang, tetapi bahwa bagian penutup Injilnya yang asli sudah hilang. Meskipun ayat 8 merupakan penutup yang bersifat agak mendadak untuk suatu Injil, kebanyakan ahli rupanya sepakat bahwa Injil ini berakhir pada 16:8 (sedangkan penulis-penulis yang belakangan telah menambahkan bagian penutup untuk lebih memperjelas penampakan-penampakan Yesus yang telah bangkit). Menurut William R. Farmer, ayat 9-20 termasuk bagian asli dari Injil meskipun ayat-ayat itu mencerminkan hasil penyuntingan Markus atas tulisan-tulisan yang lebih tua. Apa pun kebenarannya, Markus membuat para pembacanya yakin bahwa Tuhan yang telah disalibkan telah bangkit dengan kemenangan. Bagi Markus, penutup Injilnya bukanlah suatu tragedi yang suram, melainkan kemenangan yang luar biasa.

Referensi SIM-06c diambil dari:
Judul Buku : Dunia Perjanjian Baru
Judul artikel : Minggu Terakhir
Penulis : J.I. Packer, Merril C. Tenney, dan William White, JR.
Penerbit : Gandum Mas
Halaman : 136 -- 141

 

REFERENSI PELAJARAN 06c - PENDERITAAN DAN KEBANGKITAN KRISTUS

MINGGU TERAKHIR

Minggu terakhir sebelum penyaliban, Yesus mendapat banyak tempat dalam catatan-catatan Injil. Di Betania, Yesus mengunjungi sebuah pesta di rumah Simon, si orang kusta, tempat maria mengurapi-Nya dengan minyak narwastu dan menyeka kaki-Nya dengan rambutnya. Yudas mencela perbuatan itu karena ia menganggap itu cuma pemborosan belaka. Namun, Yesus membela Maria. Yesus menjelaskan bahwa yang dilakukan Maria sesungguhnya merupakan persiapan bagi penguburan-Nya nanti (Matius 26:12; Markus 14:3-9).

Esok harinya (hari Minggu), Yesus memasuki Yerusalem dengan mengendarai seekor keledai yang punggungnya diselimuti jubah para murid-Nya (Yohanes 12). Para peziarah yang datang ke Yerusalem untuk merayakan Paskah berdiri di sepanjang jalan sambil melambaikan daun palma dan menyerukan bahwa Yesus adalah Mesias. Ketika orang-orang Farisi menyuruh Yesus menegur orang-orang itu, Ia menjawab bahwa jika para pengikut-Nya diam, maka batu-batu akan berteriak. Malam itu, Yesus dengan kedua belas murid-Nya kembali ke Betania (Matius 21:1-9; Markus 11:1-10; Lukas 19:28-38).

Keesokan harinya, mereka kembali pergi ke Yerusalem. Di tengah perjalanan, Yesus mengutuk sebuah pohon ara yang tidak berbuah ketika Ia membutuhkan buahnya (Matius 21:18-19; Markus 11:12-14). Esok paginya, pohon ara itu telah layu.

Pada hari Selasa, para imam Yahudi meminta Yesus menjelaskan dengan kuasa apa Ia bertindak. Yesus menjawab mereka dengan menceritakan beberapa perumpamaan. Ia berhasil menggagalkan jebakan orang-orang Farisi untuk mempertentangkan Dia dengan Musa supaya Ia tidak lagi dipercayai oleh rakyat banyak. Pada suatu saat, Yesus secara terang-terangan mengecam para ahli Taurat dan orang-orang Farisi (Matius 23:1-36).

Ini diikuti oleh suatu pernyataan tentang kerinduan-Nya agar orang-orang mengasihi Dia (Matius 23:37-39). Ia juga memuji persembahan seorang janda miskin (Markus 12:41-44) dan berbincang-bincang dengan sekelompok orang Yunani yang ingin berbicara dengan-Nya (Yohanes 12:20). Ia menyampaikan kepada para murid-Nya hal-hal yang akan terjadi pada akhir zaman (Matius 24:4-25:15; Markus 13:5-37). Dan, mungkin hari ini pula, pada malam harinya, Yudas menemui pihak Sanhedrin dan bersedia mengkhianati Yesus dengan bayaran 30 keping perak. Jika dinilai dengan nilai uang sekarang, bayaran itu tidak lebih dari 20 dolar Amerika, jumlah itu adalah seharga seorang budak pada masa Yesus hidup.

Hari Rabu digunakan Yesus untuk beristirahat di Betania. Esok malamnya, Ia makan Paskah bersama murid-murid-Nya (Matius 26:17-30; Markus 14:12-25). Ia menyuruh Petrus dan Yohanes mencari tempat untuk perjamuan Paskah itu. Perayaan itu meliputi mempersembahkan seekor domba ke Bait Suci dan memakannya secara bersama-sama di seputar meja perjamuan dengan seluruh anggota keluarga. Yesus menyuruh Petrus dan Yohanes menjumpai dan mengikuti seorang yang membawa kendi berisi air yang akan menunjukkan kepada mereka tempat untuk perjamuan. Mereka mengikuti perintah Yesus, dan orang itu membawa mereka ke rumah seorang yang telah mempersiapkan ruangan untuk perjamuan Paskah itu.

Selama perjamuan itu, para murid Yesus berdebat tentang siapa di antara mereka yang akan menjadi yang terbesar. Yesus bangkit berdiri dan membasuh kaki mereka, sambil mencoba mengajar mereka bahwa mereka harus saling melayani (Yohanes 13:1-7). Setelah makan, Yesus memberi perintah tentang Perjamuan Kudus yang harus mereka laksanakan sampai Ia datang kembali. Perjamuan simbolik ini terdiri atas memakan roti (yang melambangkan tubuh-Nya) dan meminum anggur (yang melambangkan darah-Nya).

Yudas meninggalkan perjamuan itu untuk melaksanakan rencananya mengkhianati Yesus. Yesus memperingatkan para murid-Nya bahwa mereka akan kehilangan iman mereka pada-Nya malam itu. Namun, Petrus meyakinkan Yesus akan kesetiaannya; Yesus menjawab bahwa Petrus akan menyangkal Yesus tiga kali sebelum ayam berkokok pada pagi hari.

Yesus dan murid-murid yang tersisa meninggalkan ruang atas tempat perjamuan dan pergi ke Taman Getsemani. Sementara Yesus bergumul dalam doa, para murid-Nya tertidur. Tiga kali Ia datang dan menemui mereka sedang tertidur lelap. Akhirnya, Ia menenangkan jiwa-Nya dan bersiap sedia menghadapi kematian-Nya serta seluruh penderitaan yang akan menimpa-Nya (Matius 26:36-46; Markus 14:32-42). Pada saat itu, Yudas datang bersama serombongan orang bersenjata. Ia menunjukkan Yesus kepada para prajurit dengan mencium-Nya (Matius 26:47-56; Markus 14:43-52; Lukas 22:47-53; Yohanes 18:1-11).

Yesus diadili, baik oleh para pemimpin agama maupun para penguasa pemerintah. Pengadilan agama berlangsung secara ilegal malam itu; tetapi mereka baru mencapai keputusan membunuh Dia keesokan harinya. Walau begitu, jalannya pengadilan sesungguhnya tidak adil sama sekali (Matius 26:59-68; Markus 14:55-65; Lukas 22:65-71).

Pengadilan sipil berlangsung pada hari Jumat pagi di hadapan Pilatus, yang sama sekali tidak menemukan kesalahan pada diri Yesus. Pilatus mengirim Kristus kepada Herodes, yang mengejek Dia dan mengembalikan-Nya kepada Pilatus (Lukas 23:6-16). Gubernur Romawi itu berharap dapat membebaskan Yesus berdasarkan permintaan orang banyak; tetapi orang banyak malah berseru-seru meminta agar Barabas (seorang perampok dan pembunuh) yang dibebaskan. Mereka mendesak Pilatus untuk menyalibkan Kristus. Pilatus mengusulkan agar Yesus disiksa untuk menenangkan kemarahan umum, kemudian dilepaskan; lalu ia mengejek-ejek Kristus dan menyiksa-Nya. Namun, kembali kerumunan orang banyak itu berseru-seru, "Salibkan Dia!" Akhirnya, Pilatus mengalah dan menyerahkan Yesus untuk disalibkan. Di tengah seluruh gejolak ini, Yesus tetap tenang dan sabar (Matius 27:11-31; Markus 15:1-20; Lukas 23:1-25; Yohanes 18:28-19:16a).

Dari tempat pengadilan Pilatus, Yesus dibawa keluar tembok tua Yerusalem ke Bukit Golgota, tempat Ia disalibkan sekitar pukul 9 pagi, pada Jumat itu. Peristiwa-peristiwa seputar penyaliban-Nya tercatat dalam Matius 27:32-56 dan dalam Injil-Injil lain yang paralel.

Nikodemus dan Yusuf dari Arimatea menurunkan tubuh Yesus dari kayu salib dan menguburkan-Nya di kubur milik Yusuf sendiri. Pilatus menyegel kubur itu dan memerintahkan beberapa orang prajurit menjaganya agar tubuh Yesus tidak dicuri oleh para murid-Nya.

Yesus dikuburkan menjelang petang pada hari Jumat itu (disebut "hari pertama", oleh karena kebiasaan Yahudi yang menghitung satu hari dari petang sampai petang berikutnya). Tubuh-Nya berada dalam kubur dari Jumat petang sampai Sabtu petang ("hari kedua"), dan dari Sabtu petang sampai Minggu subuh ("hari ketiga"). Pada pagi hari yang ketiga, para penjaga terkejut ketika tiba-tiba gempa bumi melanda mereka dan seorang malaikat tampak menggulingkan batu besar yang menutupi kubur Yesus. Mereka segera melarikan diri. Tidak lama kemudian, beberapa perempuan datang ke kubur Yesus untuk mengurapi tubuh-Nya dengan rempah-rempah. Namun, mereka menemukan kubur Yesus telah kosong. Mereka segera berlari kembali ke kota, dan melaporkan peristiwa itu kepada murid-murid Yesus. Petrus dan Yohanes pergi ke kubur Yesus dan menemukannya seperti yang dilaporkan oleh perempuan-perempuan itu (Matius 27:57-28:10, dan bagian-bagian Injil lain yang paralel). Yesus telah bangkit dari kematian.

Yesus menampakkan diri kepada para pengikut-Nya dalam sepuluh peristiwa yang dicatat dalam Injil setelah kebangkitan-Nya. Dalam salah satu penampakan-Nya ini, Yesus memerintahkan 11 rasul yang masih ada untuk pergi ke seluruh dunia dan menjadikan semua bangsa murid-Nya, membaptis, dan mengajar mereka. Perintah ini dikenal sebagai Amanat Agung (Matius 28:19-20). Kali terakhir Ia menampakkan diri kepada murid-murid-Nya adalah ketika Ia terangkat ke surga (Lukas 24:50-53; Kisah 1:6-11). Yesus berjanji akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kenaikan-Nya secara fisik dan dapat dilihat. (Setelah kebangkitan-Nya, Yesus tetap memiliki tubuh nyata, walau tubuh itu tidak terbatasi oleh ruang dan waktu.) Ia sekali lagi menjanjikan akan datangnya Roh Kudus. Kini, walaupun Roh Kudus telah dicurahkan, Gereja dan umat-Nya tetap menantikan kedatangan-Nya yang kedua kali.