Pendahuluan
Ada beberapa poin yang akan saya kemukakan pada awal buku ini.
Pertama,
Alkitab masih menjadi buku terlaris di dunia.
Mengapa?
Alkitab telah diterjemahkan ke lebih dari 500 bahasa,
dan Perjanjian Baru ke dalam hampir 1.300 bahasa.
Diperkirakan lebih dari 5 miliar eksemplar Alkitab telah dicetak.
Mengapa buku tua ini tetap menjadi buku terlaris?
Kedua,
yang menjadi paradoks,
buku yang banyak dibeli ini merupakan buku yang banyak diabaikan.
Mungkin puluhan ribu orang yang membeli Alkitab tidak pernah membacanya.
Bahkan di gereja-gereja,
pengetahuan tentang Alkitab sangat buruk.
Lebih dari 60 tahun yang lalu Cyril Garbett,
Uskup Agung York saat itu,
menulis bahwa,
‘mayoritas orang di Inggris tidak berdoa kecuali dalam keadaan darurat yang menakutkan,
dan tidak membaca Alkitab kecuali untuk mengisi teka-teki silang.
Mereka tidak juga ke gereja sepanjang tahun,
kecuali untuk pembaptisan,
pernikahan atau pemakaman.’
Itulah keadaan 60 tahun yang lalu,
dan sekarang bahkan lebih lagi.
• Hanya sedikit orang tua yang membacakan Alkitab kepada anak mereka,
apalagi mengajar mereka tentang Alkitab;
• Hanya sedikit anggota gereja yang merenungkan ayat-ayat Alkitab setiap hari;
• Hanya sedikit pengkhotbah yang menggali teks Alkitab dengan sungguh-sungguh untuk memahaminya,
baik makna asli maupun penerapannya untuk saat ini;
• Beberapa pemimpin gereja berani mengungkapkan di depan umum ketidaksetujuan mereka dengan ajaran Alkitab yang sudah jelas tentang doktrin dan etika.
Ini adalah situasi yang sangat menyedihkan.
Apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki hal ini?
Poin saya yang ketiga berkaitan dengan keyakinan bahwa Alkitab adalah buku yang terutama dan terpenting untuk saat ini.
Alkitab adalah firman Allah bagi dunia masa kini.
Baru-baru ini gereja-gereja mengakui inspirasi unik dan otoritas Alkitab.
Tentunya,
tunduk pada otoritas Alkitab (atau,
menurut saya lebih baik dikatakan tunduk pada otoritas Allah,
seperti yang dimediasikan kepada kita melalui Alkitab),
selalu,
dan akan tetap menjadi ciri khas dari orang Kristen sejati.
Kita percaya pada ajarannya.
Kita meyakini janjinya.
Kita berusaha untuk menaati perintah-perintahnya.
Mengapa?
Terutama karena kita percaya bahwa Alkitab adalah firman Allah,
dan juga karena Allah berbicara kepada kita melalui perkataan-Nya.
Alkitab adalah buku yang relevan di masa lalu,
dan tanpa diragukan lagi akan menjadi buku untuk masa yang akan datang.
Namun,
bagi kita Alkitab adalah buku untuk masa kini.
Oleh karena itu,
popularitas Alkitab yang terus berlanjut,
pengabaiannya yang menyedihkan,
dan relevansinya untuk masa kini adalah tiga alasan utama mengapa kita harus mencurahkan pikiran kita kepada firman Allah bagi dunia masa kini.