Nama Kursus : Training Guru Sekolah Minggu (GSM)
Nama Pelajaran : Kriteria Guru Sekolah Minggu
Kode Pelajaran : GSM-P02
Pelajaran 02 - KRITERIA GURU SEKOLAH MINGGU
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
- SYARAT MENJADI GURU SEKOLAH MINGGU
- Memiliki Hati yang Baru
- Memiliki Hati yang Lapar
- Memiliki Hati yang Taat
- Memiliki Hati yang Disiplin
- Memiliki Hati yang Mengasihi
- Memiliki Hati yang Beriman
- Memiliki Hati yang Mau Diajar
- Memiliki Hati yang Suci
- KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB GURU SEKOLAH MINGGU
- Mengajar (Teaching) 1Timotius 2:7
- Menggembalakan (Shepherding) Yehezkiel 34:2-6; Yoh. 10:11-18
- Kebapaan (Fathering) 1Korintus 4:15
- Memberikan Teladan (Modeling) 1Korintus 11:1; Filipi 3:17;
- Menginjil (Evangelizing) 1Timotius 2:7
- Mendoakan (Praying) 2Tesalonika 1:11-12
- Meraih Kesempatan (Catching) 2Timotius 4:2
- MENELADANI SANG GURU AGUNG
- Yesus memiliki panggilan yang jelas.
- Yesus menjalankan disiplin rohani.
- Yesus membiarkan anak-anak datang kepada-Nya.
- Yesus menggunakan beragam metode.
- Yesus mengajar dengan penuh kuasa.
Doa
PENDAHULUAN
Apakah untuk menjadi guru Sekolah Minggu (SM) dituntut persyaratan,
kewajiban dan tanggung jawab tertentu? Jawabannya, tergantung dari
bagaimana hasil yang diharapkan. Jika puas dengan hasil yang asal-
asalan, guru SM tidak perlu dituntut memiliki hal-hal tersebut. Tetapi
jika menginginkan hasil yang baik, maka guru SM perlu dituntut
memiliki persyaratan, kewajiban dan tanggung jawab sebagaimana yang
dikehendaki Tuhan. Dalam pelajaran kedua ini kita akan mencoba
mempelajari dengan teliti kriteria seorang guru Sekolah Minggu agar
kita dapat memberikan hasil yang maksimal dan berkenan kepada Tuhan.
A. SYARAT MENJADI GURU SEKOLAH MINGGU
Ada satu anggapan keliru yang beredar di kalangan masyarakat Kristen,
yang mengatakan bahwa siapa saja bisa menjadi pelayan Tuhan. Karena
Tuhan itu Maha Kasih, Ia pasti mau menerima siapa saja untuk melayani
Dia. Memang benar bahwa Tuhan tidak memilih orang berdasarkan
kepandaiannya, kebaikannya, atau kemampuannya saja. Namun demikian ini
tidak boleh diartikan bahwa orang yang melayani Tuhan tidak perlu
belajar keras, tidak perlu berusaha memberikan yang terbaik dan tidak
perlu menjadi pandai. Mari kita renungkan ayat-ayat berikut ini.
"janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita
tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang
lebih berat." (Yak. 3:1)
"Seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah
terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan lemah
lembut menuntun orang yang suka melawan," (2Tim. 2:24)
"Mereka (diaken/pelayan Tuhan) juga harus diuji dahulu, baru
ditetapkan dalam pelayanan itu setelah ternyata mereka tak
bercacat." (1Tim. 3:10)
"sebagai pengatur rumah Allah seorang penilik jemaat (pelayan
Tuhan) harus tidak bercacat, tidak angkuh, bukan pemberang, bukan
peminum, bukan pemarah, tidak serakah ..." (Tit. 1:7)
Dari sebagian ayat-ayat Alkitab di atas kita mengetahui bahwa Tuhan
memiliki tuntutan yang cukup tinggi bagi mereka yang ingin melayani-
Nya. Demikian juga untuk guru-guru SM, yang adalah hamba-hamba Tuhan.
Di atas bahu guru SM tergantung masa depan generasi penerus
jemaat/gereja Tuhan. Jika Tuhan telah memanggil Anda untuk menjadi
guru SM, Tuhan berhak membentuk dan memperlengkapi Anda dengan
kemampuan yang sesuai dengan panggilan yang telah Ia berikan. Tapi ini
semua merupakan proses sehingga tidak berarti Anda harus sudah
memiliki semua kemampuan terlebih dahulu baru boleh menjadi guru SM.
Roh Kudus akan terus-menerus memimpin hidup kita supaya hidup kita
semakin hari menjadi semakin sempurna seperti Kristus.
Secara ideal, berikut ini adalah syarat-syarat dasar yang harus
diusahakan untuk dimiliki oleh seorang guru SM:
Memiliki hati yang baru (Yoh. 3:3; 1Kor. 2:14; 2Kor. 5:17).
Guru SM haruslah seorang yang rohnya telah diperbarui oleh Roh
Kudus atau sudah lahir baru. Guru SM yang mengenal Tuhan Yesus
secara pribadi dan sungguh-sungguh mengalami kasih-Nya yang luar
biasa akan dapat dengan mudah menceritakan kepada anak-anak yang
dilayaninya siapakah Yesus yang sesungguhnya.
Memiliki hati yang lapar (1Pet. 2:2; Yoh. 6:35).
Guru SM haruslah seorang yang rindu memiliki hati yang selalu lapar
dan haus akan Firman Tuhan. Dari persekutuannya dengan Firman
Tuhan, guru bertumbuh dan siap menjadi berkat karena hidupnya
adalah seperti aliran air yang tidak pernah kering.
Memiliki hati yang taat (Fil. 1:21-22; Gal. 2:20-21).
Hidup seorang guru SM adalah milik Kristus. Karena itu, hidupnya
adalah hidup yang taat sebagai hamba yang setia dan rela
menjalankan apa yang dikehendaki oleh Tuannya.
Memiliki hati yang disiplin (Rom. 12:11; 2Kor. 4:8).
Guru SM harus bergumul untuk memiliki hati yang disiplin dan tidak
tergoyahkan karena kesulitan. Guru juga harus berani memaksa diri
untuk tidak hanyut dalam kejenuhan karena rutinitas belajar dan
mengajar. Hati yang disiplin akan menolong kita untuk senantiasa
melayani secara konsisten, berapi-api, dan terus memberikan
kemajuan.
Memiliki hati yang mengasihi (Yoh. 3:16; Efe. 4:1-2).
Guru SM yang telah mengalami kasih Tuhan akan sanggup mengasihi
anak-anak didiknya, sekalipun kadang mereka nakal, bandel, dan
sulit dikasihi. Setiap anak berharga di mata Tuhan. Kasih Tuhan
memungkinkan kita untuk mau berkorban dan terus mengasihi dengan
kasih yang tanpa pamrih karena pelayanan kita didorong oleh
motivasi yang benar, yaitu mengasihi Tuhan dan anak-anak didik
kita.
Memiliki hati yang beriman (Ams. 3:5; 2Tim. 1:12).
Guru SM harus senantiasa bersandar pada Tuhan dan bukan pada
kekuatan sendiri. Ingatlah bahwa hidup kita bukanlah hidup karena
melihat, tapi karena percaya bahwa semua kekuatan kita datangnya
dari Dia yang memberinya dengan berkelimpahan.
Memiliki hati yang mau diajar (Yes. 50:4; 1Tim. 4:6).
Sebelum guru SM melayani dan mengajar anak-anak, mereka harus
terlebih dahulu mau belajar dan dilatih dengan pokok-pokok
kebenaran Firman Tuhan. Guru yang baik adalah juga murid yang baik
dalam kebenaran. Oleh karena itu, seorang guru harus rendah hati
bersedia dikritik dan ditegur supaya ia bisa terus lebih baik.
Memiliki hati yang suci (1Pet. 1:15; 1Tim. 4:12).
Hidup suci adalah modal utama bagi seorang pelayan Tuhan yang ingin
memberikan teladan hidup yang benar dan berkenan kepada Tuhan.
Seorang pelayan Tuhan tidak akan membiarkan hidupnya dikotori oleh
kebiasan buruk dan perbuatan-perbuatan dosa yang akan mempermalukan
nama Tuhan.
B. KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB GURU SEKOLAH MINGGU
Seorang guru SM baru dapat disebut guru yang baik apabila dia dengan
sepenuh hati mau melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya. Ada
tujuh hal yang dituntut dari seorang guru SM:
Mengajar (Teaching) -- 1Tim. 2:7
Yang disebut "mengajar" adalah suatu proses belajar-mengajar
(Teaching-Learning Proccess). Di dalam proses belajar mengajar ini,
guru harus dapat mewujudkan perubahan dalam diri murid, baik
perubahan dalam pengetahuan, pemikiran maupun sikap atau tingkah
laku. Melalui Alkitab Paulus menyebutkan, dalam kehidupannya
sebagai pengajar, ia menjadi alat Roh Kudus untuk mewujudkan
perubahan atas diri orang lain: yang tadinya tidak percaya menjadi
percaya; yang tadinya tidak memahami kebenaran menjadi memahami
kebenaran; yang tadinya menentang sekarang taat.
Menggembalakan (Shepherding) -- Yeh. 34:2-6; Yoh. 10:11-18
Nabi Yehezkiel menegur gembala pada zaman itu yang tidak menunaikan
kewajibannya dengan baik. Berbeda dengan yang kita lihat dalam
Tuhan Yesus, seorang Gembala yang baik itu. Guru SM harus
meneladani Yesus dalam menggembalakan domba-domba kecil-Nya.
Seorang gembala mempunyai hati yang rela berkorban. Meskipun
menghadapi kesulitan, ia tidak akan meninggalkan dan membiarkan
domba-dombanya sendirian; ia juga mengenal setiap dombanya, bahkan
bersedia membawa domba yang masih berada di luar untuk masuk ke
dalam kandangnya; ia pun wajib menyediakan makanan rohani untuk
kebutuhan dombanya, termasuk kebutuhan intelektual, emosi dan
mental.
Kebapaan (Fathering) -- 1Kor. 4:15
Paulus berkata, "Sebab sekalipun kamu mempunyai beribu-ribu
pendidik dalam Kristus Yesus, kamu tidak mempunyai banyak bapa.
Karena akulah yang dalam Kristus telah menjadi bapamu oleh Injil
yang kuberitakan kepadamu." Banyak guru yang dapat memberi nasehat
dan menegur, namun sedikit di antara mereka yang dapat merangkul,
membesarkan, dan mendidik murid-muridnya dalam Injil. Seorang guru
bukan hanya dapat menggurui, tapi juga dapat membagikan hati dan
hidupnya sebagai seorang bapa yang mengasihi anaknya.
Memberikan Teladan (Modeling) -- 1Kor. 11:1; Fil. 3:17; 1Tes. 1:5-
6; 2Tes. 3:7; 1Tim. 4:11-13
Paulus, selaku guru, sangat berani menuntut orang-orang Kristen
untuk meneladaninya sebagaimana ia telah meneladani Kristus. Paulus
menasihati Timotius, "Jangan seorang pun menganggap engkau rendah
karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam
perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu
dan dalam kesucianmu." Seorang guru akan mempunyai pengaruh yang
amat besar terhadap muridnya apabila ia terus memberi masukan
positif yang dapat ditiru, baik dalam cara berpikirnya maupun tutur
katanya. Oleh karena itu, seorang guru perlu selalu memperhatikan
dirinya sendiri apakah ia patut menjadi teladan yang baik bagi
muridnya.
Menginjili (Evangelizing) -- 1Tim. 2:7
Selaku guru, Paulus mengajar orang untuk mempercayai Kristus
sebagai sasaran utamanya, demikian juga seharusnya seorang guru SM.
Mengajar bukan hanya mengisi murid dengan kebenaran yang bersifat
kognitif saja, tetapi terutama mengisi kebutuhan jiwa mereka dengan
kasih dan iman yang menyelamatkan. Karena itu, bawalah anak-anak
didik untuk mendengar berita Injil supaya keselamatan sampai kepada
jiwa mereka.
Mendoakan (Praying) -- 2Tes. 1:11-12
Kewajiban lain dari seorang guru SM adalah mendoakan muridnya satu
per satu dengan menyebut nama dan kebutuhan mereka masing-masing.
Yakinkan bahwa Anda cukup dekat dengan mereka sehingga tahu apa
yang harus didoakan; apakah itu untuk keluarganya, sekolahnya, atau
lingkungan masyarakat tempat pergaulan mereka, dll. Mereka sangat
membutuhkan pertolongan Allah dan Andalah yang akan ikut
memperjuangkannya.
Meraih Kesempatan (Catching) -- 2Tim. 4:2
Satu hal penting lain yang harus dipenuhi oleh guru SM adalah
meraih kesempatan. Manusia di dunia ini tidak hidup dalam
kekekalan. Kesempatan sering datang hanya sekejap dan dalam waktu
yang tidak diduga. Bila guru SM sanggup memanfaatkannya, walaupun
mungkin hanya dengan sepatah kata atau satu sikap, mungkin juga
dengan satu doa syafaat, hal ini dapat memberikan pengaruh kekal
bagi murid-muridnya. "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau
tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan
nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran".
C. MENELADANI SANG GURU AGUNG
Jika kita diberikan karunia mengajar, Tuhan ingin kita menggunakannya
dan mengembangkannya secara maksimal bagi kemajuan pekerjaan-Nya dan
kedewasaan iman kita. Milikilah kerinduan untuk terus belajar sehingga
pelayanan kita semakin efektif dan strategis. Untuk itu, marilah
sekali lagi kita melihat dengan lebih jelas teladan yang telah
diberikan oleh Yesus, Sang Guru Agung kita.
Yesus memiliki panggilan yang jelas.
Yesus datang dari Allah karena itu Ia tahu persis untuk apa Dia
datang (Yoh. 7:16-17). Demikian juga seorang guru SM harus tahu
panggilannya untuk mengajar, membimbing dan menuntun anak-anaknya
dalam pengenalan mereka kepada Tuhan.
Yesus menjalankan disiplin rohani.
Yesus dalam banyak kesempatan membuktikan bahwa Ia memiliki
hubungan yang intim dengan Bapa-Nya yang di surga. Seorang guru SM
yang tidak akrab dengan Firman Tuhan, tidak menjalankan kehidupan
doanya dengan tekun dan tidak memiliki disiplin rohani lainya, maka
tidak mungkin ia memiliki kekuatan untuk bertahan.
Yesus membiarkan anak-anak datang kepada-Nya.
Yesus mengasihi anak-anak dan ingin mereka datang kepada-Nya
(Mat. 18:2-5). Guru SM mengasihi anak-anak bukan karena mereka
baik, lucu dan menyenangkan. Mereka juga mengasihi ketika anak-anak
tidak pantas dikasihi karena guru SM memiliki kasih Kristus yang
dapat mengasihi tanpa pamrih.
Yesus menggunakan beragam metode.
Dia mengajar, memimpin diskusi, mengajukan pertanyaan, bercerita,
menggunakan kehidupannya sehari-hari sebagai bahan ilustrasi dan
bertatap muka secara langsung dengan orang-orang yang dijumpainya.
Guru SM harus terus belajar supaya kemampuan dan ketrampilannya
dalam mengajar semakin bertambah.
Yesus mengajar dengan penuh kuasa.
Tidak seperti para ahli Taurat dan orang Farisi, banyak orang
melihat Yesus mengajar dengan penuh kuasa. Jika seorang guru SM
mengajar hanya sebatas dengan pengetahuannya dan kemampuannya
berbicara saja maka apa yang diajarkan tidak akan membawa dampak
yang kekal. Ketergantungannya pada karya Roh Kudus untuk membuat
apa yang diajarkan menjadi hidup dan dipakai oleh Allah harus
menjadi kesadaran utama seorang guru.
Akhir Pelajaran (GSM-P02)
DOA
"Tuhan Yesus, aku sadar aku bukan orang yang cukup layak untuk menjadi
seorang guru bagi anak-anak. Tetapi aku mau belajar menjadi guru yang
baik seperti yang Kau teladankan. Tolonglah aku, ya Tuhan. " Amin
[Catatan: Pertanyaan Latihan ada di lembar lain.]
|