Nama Kursus : Training Guru Sekolah Minggu (GSM)
Nama Pelajaran : Hakekat Mengajar
Kode Pelajaran : GSM-R04a
Referensi GSM-R04a diambil dari:
Judul Buku : Tenik mengajar
Judul Artikel : Bagaimana Mengajar
Penerbit : Gandum Mas, Malang, 2000
Halaman : 33 - 42
REFERENSI PELAJARAN 04A - HAKEKAT MENGAJAR
BAGAIMANA MENGAJAR
Hukum-hukum belajar tidak berubah, tetapi pengungkapannya tidak sama
dalam masyarakat yang berbeda-beda.
Sebuah peribahasa kuno mengatakan, "Orang menjadi guru karena
pembawaan, bukan karena pendidikan." Akan tetapi dewasa ini para
pendidik percaya bahwa banyak yang disebut bakat pembawaan itu
sebenamya merupakan kebiasaan-kebiasaan yang telah diperoleh. Walaupun
ada orang yang mempunyai lebih banyak bakat mengajar dari pada yang
lain, para guru pasti bisa berhasil jika mereka mengikuti prinsip-
prinsip ilmu mendidik yang diakui, bersemangat mengajar, mengasihi
anak didiknya dan saksama dalam persiapan mereka.
Filsafat ini tidak memperkecil pekerjaan Roh Kudus. Setiap guru harus
pasrah dan mau dipimpin oleh Roh Kudus. Namun demikian, kita bukannya
menolak pimpinan Roh Kudus bila menggunakan hukum-hukum mengajar sama
seperti kita tidak menolak pimpinan-Nya jika kita tunduk pada hukum
gaya berat.
Tuhan kita Yesus Kristus selalu menjalankan hukum-hukum mengajar dan
belajar. Prinsip-prinsip ini bisa diamati, dievaluasi dan digolongkan,
karena memang sudah menjadi sebagian dari perangai manusia. "Segala
sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia adalah terlebih dahulu
dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia" (Kolose 1:16,
17). "Sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan
pengetahuan" (Kolose 2:3).
"Ketujuh Hukum Mengajar," karangan John Milton Gregory, menetapkan
pola pekerjaan seorang guru dengan mengemukakan pernyataan yang
sederhana tetapi jelas mengenai faktor-faktor penting yang menguasai
seni mengajar. Gregory adalah seorang yang terkemuka di bidang
pendidikan. Pada umur tujuh belas tahun dia sudah menjadi guru
sekolah. Kemudian dia menjadi pendeta gereja Baptis. Tak lama kemudian
dia diakui sebagai seorang pendidik yang unggul. Setelah menjabat
pengawas kepala dari sekolah-sekolah di negara bagiannya dan rektor
perguruar tinggi di Michigan, dia bekerja keras untuk tiga belas tahun
lamanya untuk mendirikan Universitas Illinois. Dia telah mendapatkan
kedudukan yang pasti dalam sejarah pendidikan Amerika.
Di sini dikemukakan hukum-hukum mengajar, berdasarkan prinsip- prinsip
dan teori-teori dalam buku Dr. Gregory.
HUKUM GURU
Guru Haruslah Seseorang yang Mengetahui Pelajaran atau Kebenaran atau
Seni Ketrampilan yang akan Diajarkan.
Beberapa kursus pendidikan kepemimpinan memberi perhatian lebih banyak
kepada cara-cara guru dari pada kepada berita Firman Allah. Hal ini
bisa sangat berbahaya apabila guru tidak mengetahui dengan betul apa
yang harus diajarkan. Baik berita maupun cara sangat penting. Karena
alasan inilah, setengah dari kursus-kursus berijazah dari Evangelical
Teacher Training Association diuntukkan guna penelaahan Alkitab dan
pokok-pokok yang berhubungan dengannya. Dalam pendidikan umum,
pengetahuan akan mata pelajaran sangat penting. Dalam pendidikan
Kristen sangatlah penting bagi si guru untuk mengetahui Firman Allah.
Pengetahuan itulah bahan yang dipakai oleh guru. Pengetahuan yang
kurang sempurna akan menghasilkan pengajaran yang kurang sempurna. Apa
yang tidak diketahui oleh seseorang, tak bisa diajarkannya.
"Ketahuilah benar-benar pelajaran yang ingin saudara ajarkan -
kemudian mengajarlah dari pikiran yang diisi penuh dan dengan
pengertian."
Guru harus mengetahui lebih banyak dari pada yang dapat diajarkannya
dalam waktu mengajar yang telah ditetapkan, jangan hanya cukup untuk
mengisi waktu itu saja. Hal ini meminta pelajaran dan penyelidikan
yang sungguh-sungguh agar bisa memahami seluruh pelajarannya. Seorang
guru yang menguasai bahan pelajarannya bisa merasa tentram Qementara
ia mengarahkan pemikiran murid-muridrya serta mengikutsertakan mereka
secara aktif. Dia harus juga mengenal setiap murid cukup baik sehingga
dia bisa menerapkan pengetahuannya sendiri dalam kehidupan murid itu.
HUKUM PELAJAR
Pelajar Ialah Orang yang dengan Penuh Minat Mengikuti Pelajaran.
Lama sebelum Spurgeon menjadi seorang pendeta besar, dia berhasil
dalam pekerjaannya di antara anak-anak. Dalam petunjuk-petunjuknya
kepada guru-guru yang bekerja di bawahnya, dia mengatakan,
"Bangkitkanlah perhatian anak-anak. Jika mereka tidak mendengar,
saudara boleh saja berbicara, tetapi pembicaraan saudara akan sia-
sia. Jika mereka tidak mendengarkan, maka pekerjaan yang saudara
lakukan itu akan membosankan dan tak berarti, baik bagi diri saudara
sendiri maupun bagi murid-murid saudara. Saudara tidak bisa melakukan
apa-apa tanpa memastikan adanya perhatian mereka."
"Bangkitkan dan pikatlah perhatian dan minat murid pada pelajaran.
Jangan mencoba untuk mengajar tanpa adanya perhatian."
Perhatian
Sampai pada usia tujuh tahun anak-anak mempunyai jangka perhatian
yang singkat, mungkin satu menit saja untuk tiap tahun usia.
Biasanya tidak bisa diharapkan lebih banyak dari mereka. Jangka
perhatian anak-anak usia 7 tahun sampai dengan 9 tahun sudah
bertambah lama. Mereka mulai menghargai kemampuan mereka sendiri
dan menyukai pemikiran atau diskusi yang memakan waktu lebih lama.
Pertengahan tahun pertama SD atau selama kelas dua, anak-anak
sekolah yang terlatih baik mulai beralih dari banyak aktivitas
jasmaniah dan menyukai aktivitas mental. Nyata sekali jangka
perhatian mereka menjadi lebih panjang. Pada tingkatan mana saja
seorang guru yang bijaksana mula-mula akan berusaha untuk
memperoleh perhatian, kemudian meningkatkannya, baru akhirnya
mengubah perhatian tersebut menjadi minat.
Minat
Perhatian bergantung pada minat. Lebih mudahlah untuk memperoleh
dan memikat perhatian seorang murid yang berminat. Suatu perintah
atau suatu permainan yang menarik perhatian dapat membangkitkan
perhatian untuk sementara, tetapi hanya minat yang sungguh dapat
membuat perhatian itu bertahan.
Kemampuan untuk membangkitkan dan memelihara minat bergantung pada:
menemukan bidang pemikiran murid;
menjaga terhadap gangguan-gangguan dari luar;
memberikan pelajaran yang cocok dengan kecakapan murid;
mendapat kerja sama murid dalam pelajaran.
Perhatian dan minat berkaitan secara langsung dengan motivasi.
Belajar yang bermotivasi adalah cara belajar yang diinginkan oleh
murid. Cara yang tercepat untuk menghasilkan belajar yang
bermotivasi ialah dengan jalan menyesuaikan pelajaran dengan
kebutuhan para murid. Jika pelajar diberi pekerjaan yang nampaknya
berguna bagi mereka dan yang memenuhi kebutuhan mereka, perhatian
serta minat akan terpelihara.
HUKUM BAHASA
Bahasa yang Dipakai sebagai Media antara Guru dan Murid Haruslah
Bahasa yang Lazim bagi Kedua Pihak.
Pada pihak yang satu terdapat guru dengan perlengkapan yang penting,
yaitu pengetahuannya; pada pihak lain terdapatlah murid dengan
perhatiannya yang berminat. Langkah berikutnya adalah menetapkan
hubungan yang baik di antara mereka.
Guru mungkin mempunyai perbendaharaan kata yang lebih besar, tetapi ia
harus membatasi dirinya dan hanya menggunakan bahasa muridnya. Jika
guru menolak atau gagal menyesuaikan diri dengan bahasa murid,
pelajaran itu tidak bisa dipahami. "Pakailah kata-kata yang bisa
dimengerti oleh murid dan saudara sendiri, bahasa yang jelas dan
terang bagi keduanya."
Bahasa yang dipakai akan berbeda untuk tiap tingkatan usia dalam
gereja. Untuk menjalankan hukum bahasa, Gregory menyarankan yang
berikut ini bagi guru.
Pelajari selalu dengan saksama bahasa murid-murid.
Ungkapkan pendapat saudara sendiri sedapat-dapatnya dalam bahasa
murid.
Pakailah bahasa yang paling sederhana dan kata-kata yang paling
sedikit untuk menyatakan maksud.
Pakailah kalimat-kalimat pendek dengan bentuk yang paling sederhana.
Terangkan arti kata-kata baru dengan lukisan-lukisan.
Seringkali ujilah pengertian murid akan kata-kata yang dipakainya.
HUKUM PELAJARAN
Pelajaran yang Harus Dikuasai Itu Hendaknya Diterangkan Melalui
Kebenaran yang Sudah Diketahui Oleh Pelajar. Hal-hal yang Tidak
Diketahui Harus Diterangkan dengan Perantaraan Hal-hal yang Diketahui.
Hukum ini secara langsung berkaitan dengan pelajaran atau kebenaran
yang akan diajarkan. Inilah dasar bagi semua ilmu pendidikan.
"Mulailah dengan apa yang sudah diketahui betul oleh murid tentang
mata pelajaran itu, atau dengan apa yang telah dialami sendiri oleh
murid, - kemudian melanjutkan kepada bahan yang baru dengan berangsur-
angsur dan wajar, serta membiarkan apa yang sudah diketahuinya itu
menerangkan hal-hal yang belum diketahuinya."
Semua ajaran dimulai dari titik hubungan yang telah diketahui. Jika
mata pelajaran itu baru sama sekali, maka harus dicari titik yang
diketahui. Hukum asosiasi atau hubungan ini merupakan dasar bagi semua
perkembangan mental. Kebenaran-kebenaran yang baru hanya bisa
dimengerti bila dipandang dari segi kebenaran-kebenaran yang telah
ada.
Tuhan kita pandai sekali memakai hukum ini. Dia senantiasa membangun
kebenaran yang baru di atas fakta-fakta yang sudah terkenal.
Pendengar-pendengar-Nya sudah biasa dengan Perjanjian Lama.
Penyaliban-Nya itu akan mirip dengan kejadian meninggikan ular
tembaga di padang gurun. Penguburan dan kebangkitan-Nya dibandingkan
dengan pengalaman-pengalaman nabi Yunus. Saat kedatangan-Nya kembali
akan seperti zaman Nuh dan Lot. Kejadian-kejadian di masa depan
dilukiskan dengan hal-hal yang sudah terjadi.
Untuk hukum pelajaran, guru harus mengetahui beberapa prosedur yang
berkaitan.
Hubungkan dengan Pelajaran-pelajaran yang Lalu
Apa yang telah dipelajari boleh dianggap seperti sebagian dari hal-
hal yang sudah diketahui. Jika guru telah mengajarkan pelajaran-
pelajaran yang lalu itu, dia sudah mengenal keadaan muridnya.
Setiap ulangan mendemontrasi hukum ini, dan cara yang paling baik
untuk menjalankan prinsip ini ialah dengan mengutamakan ulangan.
Lanjutkan Pelajaran dengan Langkah-langkah yang Bertahap.
Seorang atlit tidak akan menetapkan sasarannya pada ketinggian yang
belum terjangkau, baru kemudian mencoba untuk melompatinya. Dia
akan mulai dengan ketinggian yang bisa dilompatinya dan kemudian
menaikkannya seinci demi seinci sehingga dia menetapkan rekor
barunya. Demikianlah seorang murid harus bisa memahami sepenuhnya
setiap kebenaran yang diajarkan sebelum dia bisa menyelidiki dan
mengerti kebenaran berikutnya. Ide-ide baru menjadi sebagian
pengetahuan murid dan menjadi titik tolak bagi tiap kemajuan yang
baru. Jika Guru menuruti prinsip ini, ia dapat memperoleh kemajuan
yang lebih cepat serta mencapai prestasi yang lebih tinggi.
Terangkan dengan Lukisan.
Jika kemajuan dalam pelajaran itu terlalu cepat sehingga tak dapat
diikuti oleh pikiran murid, maka menyebut dan menunjukkan hal-hal
yang sudah diketahui murid itu akan membantu pengertiannya. Kata-
kata kiasan seperti tamsil, metafora, dan ibarat telah muncul
karena perlunya menghubungkan kebenaran-kebenaran sebelumnya dan
situasi-situasi serta pengalaman-pengalaman yang sudah diketahui
dengan pelajaran yang baru.
Pedoman Menuju Pemindahan Pelajaran.
Hukum pelajaran juga berlaku untuk memindahkan apa yang telah
dipelajari murid dalam satu keadaan kepada keadaan yang lain. Jika
seorang murid telah belajar untuk mentaati ibu atau ayahnya, apakah
dia juga akan mentaati Tuhannya ?
Jika keadaan yang dikenal dan yang tidak dikenal itu serupa dan
mempunyai cukup banyak unsur yang bersamaan, pelajar mampu
memindahkan pengertiannya mengenai situasi yang satu kepada situasi
yang lainnya. Guru mempunyai tanggung jawab untuk menolong murid-
muridnya melihat unsur-unsur yang bersamaan itu dan penggunaan yang
lebih luas dari prinsip-prinsip Alkitab yang disampaikannya.
HUKUM PROSES MENGAJAR
Mengajar Ialah Menggairahkan dan Memakai Akal Pikiran Pelajar Untuk
Mengerti Pikiran Guru atau Menguasai Seni Ketrampilan yang
Diajarkannya.
"Diri pelajar itu tak akan berpadu dengan agama sebelum pelajar atau
pemikir itu sendiri terlibat dalam pemikirannya." Pelajar hendaknya
mencernakan dan mengolah setiap bagian Alkitab ketika dia diberi
santapan rohani. Aktivitas guru tidak efektif kalau dia tidak
menimbulkan minat murid dan menyebabkan dia bertindak. "Rangsanglah
pikiran murid agar bertindak. Jagalah agar pikirannya sedapat mungkin
mendahului penyajian saudara, dengan demikian ia menjadi seorang
penemu."
"Mempersiapkan seorang pelajar untuk menggunakan semua kecakapannya
dengan sepenuhnya merupakan usaha yang bersifat perseorangan dan sama
sekali berlawanan dengan proses produksi benar-besaran." Jika pelajar-
pelajar tidak berpikir sendiri, tidak akan ada hasil-hasil yang bisa
bertahan lama. Proses belajar itu dipercepat, apabila para pelajar
mengadakan penyelidikan secara mandiri. Memang benar bahwa pengetahuan
bisa diperoleh tanpa seorang guru, dan ada orang yang maju atas usaha
sendiri serta berhasil baik, yang tidak pernah mengikuti perguruan
tinggi. Akan tetapi hal ini tidak meniadakan perlunya sekolah-sekolah
dan guru-guru. Seorang guru yang baik hanya menyediakan suasana yang
menyenangkan agar pelajar dapat belajar sendiri. Dia tidak hanya
menanamkan pengetahuan. Dia menggairahkan mereka untuk memperoleh
pengetahuan itu. Dia mendorong mereka dan memberi teladan dalam cara
belajar yang tekun dan serius. Dia membimbing, tetapi dia tidak
menghalangi kemajuan pelajarnya.
Menyediakan Bahan Pemikiran
Proses-proses pemikiran terbatas pada pengetahuan yang telah
diperoleh. Pelajar yang tidak mengetahui apa-apa tidak dapat
memikir, karena ia tak mempunyai apa-apa untuk dipikirkannya. Agar
seseorang bisa membandingkan, mengritik, mempertimbangkan dan
memperbincangkan, pikirannya harus mengolah bahan-bahan yang telah
diperolehnya. Oleh karena itu pelajar memerlukan keterangan yang
berdasarkan fakta-fakta, yang dapat dipakai sebagai dasar
pemikiran. Pendidikan juga mencakup proses mendesak pelajar
mengungkapkan pikirannya, tetapi guru itu tak bisa meminta pelajar
mengungkapkan pengetahuan yang sebelumnya tidak ditanamkan dalam
pikiran pelajar itu.
Merangsang Penyelidikan
Penting juga untuk membangkitkan semangat menyelidik. Proses-proses
pendidikan yang padat dimulai ketika pelajar menanyakan siapa, apa,
bilamana, mengapa, di mana, dan bagaimana terjadi sesuatu. Pikiran
yang matang menggumuli masalah-masalah alam semesta. Buah apel yang
jatuh menyebabkan pikiran Newton bertanya-tanya mengenai gaya
berat. Cerek air yang mendidih mengajukan masalah mesin uap kepada
Watt. Pertanyaan merupakan penunjuk bagi pikiran murid dan bagi
batinnya. Pertanyaannya menimbulkan kesadaran diri dan pemikiran
sendiri. Guru harus menggairahkan pencarian akan pengetahuan ini,
demikian juga keinginan akan pengungkapan.
Memberi Kepuasan
Jika seorang murid mendapatkan kesenangan dari apa yang
dilakukannya, dia mungkin sekali akan melanjutkan aktivitas itu.
Ini dikenal sebagai imbalan atau penguatan kembali.
Kecenderungannya ialah mengulangi pengalaman yang memuaskan dan
menghindari pengalaman yang tidak memuaskan.
Kepuasan akan diperoleh apabila hal belajar itu berguna bagi
pelajar dalam kehidupannya sehari-harinya, dan memenuhi
kehutuhannya. Guru itulah yang mempunyai kesempatan untuk
menjadikan pengalaman belajar itu bermanfaat bagi setiap murid.
HUKUM PROSES BELAJAR
Belajar Ialah Memikirkan Suatu Ide atau Kebenaran Baru Sehingga
Mengerti, atau Mengerjakan Suatu Seni atau Ketrampilan Baru Sehingga
Menjadi Biasa.
Guru yang efektif akan membangkitkan dan membimbing aktivitas yang
berasal dari diri pelajar-pelajarnya sendiri. Dia juga mengevaluasi
tanggapan murid akan usaha guru. Dia menolong murid-murid mengevaluasi
kebenaran baru dan mewujudkannya dalam seni dan ketrampilan dari
kehidupan sehari-hari.
Belajar meminta minat dan perhatian yang aktif, serta meminta tindakan
atau proses yang jelas dan terang, yang hanya bisa dilakukan oleh
pelajar sendiri. Pelajar itu sendiri harus melatih pikirannya untuk
memperoleh pengertian yang benar tentang fakta-fakta atau prinsip-
prinsip dalam pelajaran itu. Hukum proses belajar ini penting
sekali.
Pekerjaan mendidik itu lebih banyak dikerjakan oleh murid dari pada
oleh guru. Belajar yang sebenarnya bukan sekedar pengulangan. Penemuan
yang semula merupakan proses yang menggetarkan hati serta
menggairahkan. Penemu itu meminjam fakta-fakta yang telah diketahui
orang lain dan menambahkan apa yang dipelajarinya dari pengalaman.
Guru memakai hukum ini untuk membimbing murid menjadi seorang
penyelidik yang mandiri.
Ada tiga tahap belajar yang berbeda, dan tiap tahap itu membawa murid
untuk menguasai hal belajar.
Reproduksi
"Mintalah kepada murid untuk mengulang dalam pikirannya pelajaran
yang sedang dipelajarinya - memikirkan berbagai bagian dan
penerapan dari pelajar itu sehingga dia bisa mengungkapkannya
dengan kata-kata sendiri." Memang mungkin untuk mengulang kata-kata
yang tepat dari pelajaran apa pun dengan menghafalnya. Akan tetapi
pelajar yang tidak mengerti apa yang dihafalkannya tidak bisa
menghayati pelajaran itu. Dia seperti seseorang yang membeli sebuah
buku dan meletakkannya di dalam perpustakaannya, tetapi tidak
mempergunakannya.
Tafsiran
Dalam proses belajar itu sudah terjadi kemajuan yang nyata, ketika
pelajar itu diajar untuk memberikan lebih banyak dari pada kata-
kata atau fakta-fakta yang dipelajarinya. Jika dia mengungkapkan
pendapatnya sendiri mengenai fakta-fakta itu, maka dia mengerti apa
yang diajarkan kepadanya. Dia telah belajar untuk mengolah
pikirannya sendiri, demikian juga pikiran orang lain. Kegagalan
untuk mendesak agar pelajar mengungkapkan pemikirannya sendiri
adalah kesalahan yang sering terdapat pada guru-guru yang tidak
terlatih. Seorang guru yang baik jarang menanyakan pertanyaan yang
memakai kata tanya "apa". Pertanyaan seperti itu dijawab dengan
memberikan fakta-fakta saja. Seorang guru yang terlatih menanyakan
"mengapa", sehingga murid-muridnya belajar untuk berpikir sendiri.
Penerapan
Pendidikan bukan sekedar memperoleh atau mengerti pengetahuan.
Tidak ada pelajaran yang dipelajari secara sempurna sebelum
pelajaran itu diterapkan dalam kehidupan. Pengetahuan adalah
kekuasaan - tetapi hanya bila pengetahuan itu sudah dikuasai,
dimanfaatkan, dan dipekerjakan. Menyatakan pendapat dapat melatih
pikiran, tetapi menerapkan pengetahuan mempengaruhi kemauan dan
mengubahkan kehidupan pelajar. Jika penerapan pribadi yang praktis
diabaikan, pelajar-pelajar akan "selalu belajar, tetapi tidak akan
pernah mengetahui kebenaran" ( 2 Timotius 4:7 ). Ini hanya
"pengetahuan otak" saja dan tidak mengakibatkan perubahan hidup
yang dilaksanakan oleh anugerah Allah.
HUKUM PENGULANGAN DAN PENERAPAN
Ujian dan Bukti Bahwa Guru Benar-benar Telah Mengajar Ialah
Pengulangan, Pemikiran Kembali, Pengenalan Kembali, Penghasilan
Kembali dan Penerapan dari Bahan yang Telah Diajar.
Rapat-rapat kerja seringkali dibuka dengan pembacaan notulen rapat
yang lalu dan ditutup dengan notulen tentang acara kerja pada hari
itu. Pada pembukaan dan penutup rapat itu segala sesuatu yang telah
terjadi itu diulang. Pengulangan yang pertama menetapkan hubungan yang
erat dengan rapat-rapat yang lalu. Pengulangan yang kedua
menghubungkan apa yang dikerjakan pada hari itu dengan rapat
berikutnya. Pentinglah mengadakan hubungan dengan pelajaran-pelajaran
yang lalu pada pembukaan setiap pelajaran. Demikian pula sama
pentingnya untuk menghubungkan pelajaran pada tiap hari itu dengan
pelajaran berikutnya, dan menghidupkan semua ajaran dalam hidup para
pelajar. "Mengulang, mengulang, sekali lagi mengulang, mereproduksi
yang lama, memperdalam kesannya dengan pikiran yang baru,
mengaitkannya dengan arti-arti yang baru, menemukan penerapan baru,
membetulkan setiap pandangan yang keliru dan melengkapkan yang benar."
Hukum ini meliputi pengetahuan dan penggunaan tiga bidang penekanan.
Mengokohkan dan Menyempurnakan Pengetahuan
Pengulangan bukanlah sekedar mengingat kembali apa yang diajarkan.
Itulah suatu usaha untuk memusatkan perhatian kembali kepada fakta-
fakta dan prinsip-prinsip yang telah diajarkan sebelumnya. Juga
pengulangan memberi kesempatan untuk memperoleh pengertian yang
lebih dalam serta mengaitkan pengetahuan yang dahulu dengan
situasi-situasi yang baru. Pandangan pertama pada sebuah lukisan
tidak akan menyatakan setiap detilnya. Pembacaan ulang sebuah buku
seringkali menunjukkan fakta-fakta yang tidak diperhatikan pada
pembacaan yang mula-mula. Demikianlah halnya dengan penelaahan
Alkitab. Tak ada buku lain yang memerlukan pembacaan dan
penyelidikan yang saksama seperti Alkitab. Tak ada buku lain yang
begitu penuh dengan berkat dan harta seperti buku ini. Mengulang
ayat-ayat yang lazim dan digemari akan memberi pengertian baru dan
memperlihatkan pelajaran-pelajaran baru.
Mengingat dan Meneguhkan Pengetahuan
Pengulangan membiasakan dan menguatkan pengetahuan itu dengan jalan
menghubungkan ide-ide. Seseorang yang diperkenalkan pada sekelompok
orang mungkin tidak bisa mengingat semua nama yang telah disebut
itu. Beberapa saat kemudian kalau seseorang lain dikenalkan, dia
akan mengulang nama-nama itu dan ingatannya akan dikuatkan.
Pelajaran yang dipelajari hanya sekali, segera akan terlupa. Apa
yang sering diulangi akan menjadi sebagian dari perlengkapan
pengetahuan dan dapat diingat dan dipakai secara tetap. Inilah
patokan sebenarnya dari prestasi belajar.
Menerapkan dan Mempraktekkan Pengetahuan
Pengulangan yang saksama, yang seringkali dilakukan, menyebabkan
pengetahuan itu dapat digunakan dengan cepat. Nas-nas Alkitab yang
paling banyak menolong kita ialah nas-nas yang telah diterapkan dan
dipakai. Nas-nas ini diingat apabila keadaan memerlukan. Kebenaran-
kebenaran yang menjadi lazim karena pengulangan membentuk sikap dan
membina watak. Jika kita ingin ditopang dan dikuasai oleh
kebenaran- kebenaran yang mulia, kita harus mempraktekkannya
sehingga kebenaran-kebenaran tersebut menjadi kebiasaan dalam hidup
kita. Alkitab mengakui kebenaran ini dalam ayat yang berbunyi,
"hukum bertambah hukum, syarat bertambah syarat." Pengulangan
merupakan aktivitas yang perlu dan penting; itulah syarat yang
perlu sekali bagi semua pengajaran yang benar. Tidak mengulang
berarti bahwa pengajaran itu tidak sempurna.
|