Nama Kursus : KEHIDUPAN RASUL PAULUS
Nama Pelajaran : Perjalanan Misi Paulus Ketiga
Kode Pelajaran : KRP-R04a
Referensi KRP-R04a diambil dari:
Judul Buku : SURVEI PERJANJIAN BARU
Pengarang : Merrill C. Tenney
Penerbit : Gandum Mas, Malang, 1995
Halaman : 360 - 365
REFERENSI 04a - PELAYANAN MISI PAULUS KETIGA
MISI KE ASIA
Efesus
Kota Efesus merupakan salah satu daerah pemukiman yang tertua di
pantai sebelah barat Asia Kecil dan kota yang paling menonjol di
propinsi Romawi di Asia. Asal mula kota ini tidak pernah diketahui,
tetapi dalam abad kedelapan SM ia merupakan wilayah pemukiman yang
menonjol dan sudah lama diambil alih oleh bangsa Yunani. Ia terletak
sekitar tiga mil dari pantai di tepi Sungai Kayster, yang pada waktu
itu dapat dilayari, sehingga Efesus merupakan kota pelabuhan. Lembah
Sungai Kayster melandai sampai jauh ke pedalaman hingga digunakan
sebagai jalur perjalanan kafilah ke Timur. Dari Efesus ada jalan-
jalan raya yang menghubungkannya dengan semua kota-kota besar lainnya
di propinsi itu serta jalur-jalur perniagaan yang menghubungkannya
dengan wilayah utara dan timur. Ia merupakan pos yang strategis untuk
mengabarkan Injil, karena para pekerja dari Efesus mempunyai hubungan
dengan seluruh wilayah pedalaman Asia.
Tempat yang terkenal di Efesus adalah kuil dewi Artemis yang
mahabesar. Dewi Artemis adalah dewi orang-orang Efesus yang kemudian
disamakan dengan dewi Artemis orang Yunani dan Diana dari Romawi.
Patungnya berupa sebuah tubuh yang berbuah dada banyak dan berkepala
seorang wanita, dengan sebongkah batu besar sebagai ganti kaki. Kuil
yang pertama mungkin dibangun sekitar abad yang keenam SM, tetapi
belum selesai hingga tahun 400 SM. Ia dibakar sampai rata ke tanah
pada tahun 356 SM dan digantikan oleh bangunan yang lebih baru dan
lebih besar, 425 kaki kali 225 kaki, yang disokong oleh sumbangan dari
seluruh Asia. Ia dianggap sebagai salah satu keajaiban dunia dan
dikunjungi oleh banyak peziarah yang akan beribadat dalam tempat
pemujaannya.
Kuil ini bukan hanya merupakan pusat pemujaan saja, tetapi karena
tanah dan ruangan-ruangannya dianggap suci dan tidak boleh dicemari,
ia juga merupakan tempat perlindungan bagi kaum yang tertindas dan
tempat penyimpanan harta.
Suatu gambaran kasar dari kuil ini terlukis pada mata uang Efesus,
disertai sebutan yang digunakan dalam Kisah Para Rasul bagi kota ini,
NEOKOROS, atau kota yang memelihara kuil dewi Artemis (19:35). Berbeda
dengan kebanyakan orang yang terjebak dalam rutinitas ibadahnya,
penduduk Asia dan Efesus khususnya menunjukkan pengabdian yang nyaris
fanatik terhadap dewi Artemis. Kegairahan mereka tercermin dalam
perbuatan orang banyak di gedung kesenian, yang selama dua jam penuh
meneriakkan 'Besarlah Artemis dewi orang Efesus" (19:34).
Efesus tergolong sebagai kota yang bebas dan menjalankan
pemerintahannya sendiri. Kekuasaan tertinggi dipegang oleh sidang
rakyat yang diselenggarakan secara resmi (19:39), sedang para pemimpin
atau senat kota itu berfungsi sebagai badan pembuat undang-undang.
Sekretaris kota atau "panitera kota" adalah pejabat yang bertanggung
jawab: ia bertugas memelihara pembukuan dan mengajukan permasalahan
kepada sidang rakyat. Pengaruh kaum buruh juga kuat, karena serikat
buruh tukang peraklah yang mengajukan protes bahwa ajaran Paulus telah
mengancam kelangsungan hidup usaha mereka membuat cinderamata
keagamaan berupa kuil-kuil dewi Artemis dari perak.
Paulus menghadapi beberapa persoalan di Efesus. Yang pertama adalah
pertanyaan mengenai kelangsungan ajaran Yohanes Pembaptis, yang murid-
muridnya masih tetap aktif setelah Yohanes wafat. Apolos, seorang
cendekiawan Yahudi dari Aleksandria, yang telah mengajarkan tentang
Yesus di Efesus, "hanya mengetahui baptisan Yohanes" (18:24 25). Pasti
ia sudah mengetahui bahwa Mesias sudah datang, dan bahwa Ia sudah
ditahbiskan untuk melayani Allah, dan bahwa persiapan untuk menyambut
pelayanan-Nya harus meliputi pertobatan dan iman. Pengetahuannya tidak
sepenuhnya salah atau menyimpang; ia masih berada pada jalur yang
semestinya. Ia mengajar di sinagoge-sinagoge dan rupanya mendapatkan
sambutan yang cukup baik.
Di bawah pengarahan Priskila dan Akwila pengertiannya makin bertambah
luas. Suatu perbandingan dari pernyataan-pernyataan,yang berlawanan
diberikan di sini: Lukas berkata bahwa Apolos "telah menerima
pengajaran dalam Jalan Tuhan" (18:25), tetapi bahwa "Priskila dan
Akwila ... dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah" (18:26).
Ia berangkat dari Efesus menuju Akhaya sambil membawa surat pengantar
dari orang-orang yang percaya di sana dan menjadi pembela agama
Kristen yang gigih, terutama di kalangan orang-orang Yahudi (18:28).
Ia kemudian menjadi salah seorang sahabat dan rekan kerja kepercayaan
Paulus (1Korintus 16:12; Titus 3:13).
Apolos sudah meninggalkan Efesus sebelum Paulus datang, tetapi masih
ada orang-orang lain yang menyerupai dia di sana. Orang-orang ini,
para murid Yohanes Pembaptis, kurang memiliki pengalaman rohani
pribadi. Kenyataan ini begitu jelas kelihatan hingga ketika Paulus
bertemu dengan mereka, ia bertanya apakah mereka telah menerima Roh
Kudus ketika mereka menjadi percaya. Mereka menjawab bahwa mereka
belum pernah mendengar bahwa Roh Kudus itu ada. Mengingat bahwa
Yohanes telah meramalkan bahwa Yesus akan membaptis dengan Roh Kudus,
nampaknya sulit untuk dipercaya bahwa mereka belum pernah mendengar
tentang nama-Nya; tetapi mungkin mereka belum mendengar bahwa janji
itu telah terwujud pada hari Pentakosta. Jawaban Paulus membuktikan
bahwa baptisan Yohanes belum memadai untuk mendapatkan suatu
pengalaman Kristen yang sempurna, karena orang yang percaya bukan
hanya harus bertobat dari dosa-dosanya tetapi harus dipenuhi oleh Roh.
Maka, persoalan pertama yang harus ditangani di Efesus adalah
meningkatkan kualitas orang-orang yang percaya dengan tulus namun
belum matang ini.
Persoalan yang kedua, dalam misi di Asia ini adalah ilmu gaib. Tukang-
tukang sihir Yahudi yang diwakili oleh anak-anak Skewa, serta beratus-
ratus orang lainnya membakar kitab-kitab sihirya, membuktikan betapa
jauh kepercayaan takhyul dan ilmu sihir telah merasuki bangsa Yahudi
di sana. Jawaban dari persoalan ini ada dua macam. Dari sudut positif,
kekuasaan Kristus ternyata lebih besar daripada ilmu sihir dan ilmu
tenung. Orang sakit disembuhkan, orang kerasukan setan disadarkan, dan
mereka yang melakukan perbuatan-perbuatan sihir begitu menyadari
kesesatan jalan mereka hingga dengan sukarela membakar kitab-kitab
sihir yang menjadi pegangan mereka selama ini (Kisah 19:19). Dari
sudut negatif, kekhususan Injil menjadi nyata. Seorang Kristen tidak
akan menambahkan kepercayaan Kristennya pada agama lain yang telah
dipeluknya; ia meninggalkan kepercayaan lamanya. Pada dasarnya dalam
agama Kristen tidak ada toleransi terhadap semua lawannya, dan di
Efesuslah prinsip ini paling jelas diperlihatkan.
Pelayanan Paulus di Efesus sangat berhasil. Selama lebih dari dua
tahun (19:8, 10) ia dapat mengajar tanpa halangan, mula-mula dalam
sinagoge dan kemudian di perguruan tinggi Tiranus (19:9). la melakukan
mukjizat-mukjizat yang luar biasa (19:11) dan menjangkau masyarakat
yang lebih luas di propinsi itu umumnya dan di Efesus khususnya
daripada di mana pun juga. Lukas mencatat bahwa "semua penduduk Asia
mendengar firman Tuhan, baik orang Yahudi maupun orang Yunani"
(19:10), bahwa "makin tersiarlah firman Tuhan dan makin berkuasa"
(19:20), dan bahwa begitu banyaknya orang yang percaya sehingga
mengancam kelangsungan ekonomi perusahaan patung berhala (19:26-27).
Gereja di Efesus menjadi pusat misi dan selama berabad-abad menjadi
salah satu kubu agama Kristen di Asia Kecil.
|