Nama Kursus : KEHIDUPAN RASUL PAULUS
Nama Pelajaran : Paulus Ditangkap dan Dipenjara
Kode Pelajaran : KRP-R05b
Referensi KRP-05b diambil dari:
Judul Buku : DUNIA PERJANJIAN BARU
Pengarang : J.L Packer.Merrill C.Tenney.William White,Jr
Penerbit : Gandum Mas, Malang, 1993
Halaman : 214 - 218
REFERENSI 05b - PAULUS DITANGKAP DAN DIPENJARA
KEPRIBADIAN PAULUS DALAM SURAT-SURATNYA
Surat-surat Paulus merupakan cermin jiwanya. Surat-surat itu
mengungkapkan motif-motif batinnya, perasaannya yang paling dalam,
keyakinannya yang paling mendasar. Tanpa surat-surat yang ada itu,
Paulus hanya akan menjadi figur yang tak jelas bagi kita.
Paulus lebih tertarik kepada orang-orang dan apa yang menimpa mereka
dibandingkan dengan berbagai formalitas sastra. Ketika kita membaca
tulisan-tulisannya, kita sering merasakan kadang-kadang kata-katanya
muncul begitu tiba-tiba, ditulis secara tergesa-gesa seperti dalam
pasal pertama surat Galatia. Kadang-kadang tulisannya terputus tiba-
tiba dan pikirannya meloncat kepada gagasan-gagasan baru. Atau di
beberapa tempat ia seperti menarik napas panjang, lalu menuliskan satu
kalimat yang hampir tidak ada akhirnya.
Tulisannya dalam 2Korintus 10:10 memberi kita petunjuk tentang
bagaimana surat-surat Paulus diterima dan dipandang pada saat itu.
Bahkan musuh-musuh dan para pengecamnya mengakui pengaruh dari kata-
katanya, karena mereka diketahui berkomentar, "surat-suratnya memang
tegas dan keras . . . " (2Korintus 10:10).
Pemimpin-pemimpin yang kuat, seperti Paulus, cenderung untuk memikat
atau membuat tidak senang orang-orang yang ingin mereka pengaruhi.
Paulus memiliki para pengikut yang setia dan juga musuh yang sangat
membencinya. Akibatnya, orang-orang yang hidup sezaman dengannya
memiliki banyak pandangan yang sangat berbeda mengenai dirinya.
Tulisan-tulisan paling awal dari Paulus mendahului keempat Injil.
Tulisan-tulisan itu mengungkapkan pribadi Paulus sebagai seorang yang
berani (2Korintus 2:3), jujur dan memiliki motivasi yang tinggi (ayat
4-5), rendah hati (ayat 6), dan lembut (ayat 7).
Paulus tahu bagaimana membedakan antara pandangan-pandangannya sendiri
dengan "perintah dari Tuhan" (1Korintus 7:25). Ia cukup rendah hati,
dalam masalah-masalah tertentu ia mengatakan "menurut pendapatku"
(1Korintus 7:40). Ia sangat sadar mengenai betapa penting tugas yang
dipikulnya (1Korintus 9:16-17), dan mengenai fakta bahwa ia tidak
lepas dari kemungkinan "ditolak" seandainya ia jatuh ke dalam
pencobaan (1Korintus 9:27). Dengan hati yang luka ia teringat bahwa
pernah dalam hidupnya ia "telah menganiaya Jemaat Allah" (1Korintus
15:9).
Bacalah Roma pasal 16 dengan memperhatikan baik-baik sikap murah hati
Paulus terhadap rekan-rekan sekerjanya. Ia adalah orang yang mengasihi
dan menghargai orang dan menjunjung tinggi persekutuan orang-orang
percaya. Di dalam suratnya kepada jemaat di Kolose, kita melihat
pribadi Paulus yang hangat dan ramah, bahkan kepada orang-orang
Kristen yang belum pernah bertemu, dengannya. "... Aku mau, supaya
kamu tahu, betapa beratnya perjuangan yang kulakukan untuk kamu, dan
untuk mereka ... yang belum mengenal aku pribadi" (Kolose 2:1).
Dalam suratnya kepada jemaat Kolose, kita juga membaca mengenai
seseorang yang bernama Onesimus, seorang budak yang melarikan diri
(Kolose 4:9) setelah mencuri sesuatu dari tuannya, Filemon. Paulus
telah memenangkan Onesimus untuk percaya pada Kristus dan telah
membujuknya agar ia kembali kepada tuannya. Akan tetapi, karena
mengetahui hukuman berat yang bakal dijatuhkan pada budak yang
melarikan diri, rasul itu mendesak Filemon agar ia menerima Onesimus
sebagai saudara seimannya. Di sini kita melihat Paulus sebagai seorang
pendamai. Ia berusaha keras agar kembalinya Onesimus bisa diterima
dengan kasih persaudaraan yang kristiani. Kalau menggunakan istilah
yang biasa dipakai sekarang, kita bisa mengatakan bahwa Paulus menaruh
Filemon dalam posisi sulit di mata jemaat dan dalam hubungan
pribadinya dengan Paulus. Dan Paulus melakukan ini semua demi
seseorang yang menduduki posisi terendah dalam lapisan masyarakat
Romawi. Bandingkan ini dengan tingkah laku Saulus muda, yang memegangi
jubah mereka yang melempari Stefanus sampai mati. Perhatikan bagaimana
besarya perubahan dalam sikap Paulus terhadap
Dalam tulisan-tulisan ini kita melihat Paulus sebagai seorang teman
yang hangat dan murah hati, seorang yang memiliki iman yang kuat dan
penuh keberanian-walaupun berada dalam situasi yang ekstrem. Ia
sepenuhnya mengabdi pada Kristus, baik dalam hidup maupun mati.
Kesaksiannya merupakan realitas rohani yang mendalam, "Aku tahu apa
itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan
dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku;
baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan; baik dalam hal
kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat
kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku" (Filipi 4:12-
13).
|