Nama Kursus : KEHIDUPAN RASUL PAULUS
Nama Pelajaran : Perjalanan Misi Paulus yang Pertama
Kode Pelajaran : KRP-R02a
Referensi KRP-02a diambil dari:
Judul Buku : SURVEI PERJANJIAN BARU
Pengarang : Merrill C. Tenney
Penerbit : Gandum Mas, Malang, 1995
Halaman : 313 - 316
REFERENSI 02a - PELAYANAN MISI PAULUS YANG PERTAMA
GEREJA BUKAN YAHUDI DAN MISI PAULUS
Kisah Para Rasul 11:19-15:35
Gerakan pelayanan firman kepada bangsa-bangsa lain seperti yang
dilukiskan di dalam Kisah Para Rasul dimulai pada saat didirikannya
gereja di Antiokhia di Siria. Pembentukan gereja ini merupakan bagian
dari penyebaran tiba-tiba yang terjadi di dalam masa peralihan. Di
antara Kisah Para Rasul 8:4 dan 11:19 terdapat suatu hubungan yang
jelas, seperti yang dikatakan oleh ayat yang terakhir:
"Sementara itu banyak saudara-saudara telah tersebar karena
penganiayaan yang timbul sesudah Stefanus dihukum mati. Mereka
tersebar sampai ke Fenesia, Siprus dan Antiokhia; namun mereka
memberitakan Injil kepada orang Yahudi saja. Akan tetapi di antara
mereka ada beberapa orang Siprus dan orang Kirene yang tiba di
Antiokhia dan berkata-kata juga kepada orang-orang Yunani dan
memberitakan Injil, bahwa Yesus adalah Tuhan."
(Kisah Para Rasul 11:19-20)
Orang-orang percaya dari Siprus dan Kirene yang mengajar di Antiokhia
telah menyimpang dari kebiasaan umum di antara rekan-rekannya sambil
mengabarkan Injil juga kepada orang Yunani. Komentar Lukas di sini
menunjukkan bahwa uraiannya tentang masa transisi lebih menekankan
hal-hal baru daripada prosedur khotbah yang biasa. Antiokhia, di mana
Injil diberitakan pada masa itu, begitu istimewa hingga ia menjadi
pusat dari seluruh usaha misi yang baro.
Gereja di Antiokhia
Kota Antiokhia dibangun oleh Seleukus Nicator dalam tahun 300 SM. Di
bawah pemerintahan raja-raja Seleuk yang pertama ia berkembang dengan
pesat. Pada mulanya kota ini sepenuhnya dihuni oleh orang-orang
Yunani, namun kemudian orang-orang Siria menetap di luar tembok kota
dan akhirnya menyatu dengan kota sejalan dengan perkembangan kota itu.
Unsur penduduk yang ketiga adalah orang-orang Yahudi, banyak di
antaranya yang merupakan keturunan dari penghuni kota pertama yang
didatangkan dari Babilon. Mereka mempunyai hak-hak yang sama dengan
orang Yunani dan tetap menjalankan ibadat mereka di sinagoge-sinagoge.
Di bawah pemerintahan Romawi, Antiokhia menjadi makmur. Karena
merupakan pintu gerbang militer dan perniagaan ke Timur, ia menjadi
kota yang terbesar setelah Roma dan Aleksandria.
Tahun berdirinya gereja di Antiokhia tidak dinyatakan dengan jelas.
Nampaknya ia berdiri tidak lama setelah kematian Stefanus, mungkin
sekitar tahun 33 hingga 40. Untuk mendapatkan ukuran dan reputasi yang
cukup berarti hingga dapat menarik perhatian gereja di Yerusalem
(11:22) tentu dibutuhkan beberapa waktu. Gereja di Yerusalem mengutus
Barnabas untuk mengunjungi Antiokhia, di mana ia bekerja entah selama
berapa lama, dan kemudian pergi ke Tarsus untuk meminta Paulus agar
menjadi pembantunya (11:22-26). Mereka bekerja bersama-sama selama
sekurang-kurangnya satu tahun setelah itu (11:26) sebelum Agabus
meramalkan bahaya kelaparan yang akan menimpa dunia "pada zaman
Claudius" (11:28). Makna yang tersirat dalam ayat ini adalah bahwa
ramalan ini diberikan sebelum Claudius naik takhta pada tahun 41, dan
bahwa bahaya kelaparan terjadi sesudah itu. Data kronologis lainnya
diperoleh dari penyebutan tentang Herodes Agripa I (12:1), yang
meninggal dunia pada tahun 44. Mungkin pelayanan di Antiokhia dimulai
sekitar tahun 33 hingga 35. Bila dana bantuan kelaparan dikumpulkan
sekitar tahun 44, Barnabas pasti telah mulai menjalin hubungannya
dengan Antiokhia sekitar tahun 41, yang berarti bahwa Paulus mulai
menjalankan tugasnya di sana pada tahun 42.
Meskipun kronologi ini tidak dapat dikatakan pasti, ia cukup sesuai
dengan perkembangan kegiatan Paulus yang diketahui. Bila ia menjadi
percaya dalam tahun 31 atau katakanlah 32, dan menghabiskan waktu tiga
tahun di kawasan Damsyik (Galatia 1:18), ia akan tiba di Yerusalem
sebelum tahun 35. Bila ia menghabiskan waktu selama satu atau dua
tahun di Yerusalem sebelum kembali ke Tarsus (Kisah 9:28-30), maka
ketika Barnabas datang untuk menyertainya dalam tugas barunya ia tentu
sudah berkhotbah selama lima tahun di Tarsus dan Kilikia. Nampaknya
ada suatu kesenjangan waktu yang cukup besar di sini, tetapi banyak
kesenjangan lain dalam karangan Lukas mengenai perkara yang sama
pentingnya hingga keadaan ini tidak menjadi sesuatu yang luar biasa.
Gereja di Antiokhia cukup penting, karena ia memiliki beberapa segi
yang menonjol. Pertama, ia adalah induk dari gereja bagi bangsa-
bangsa lain. Rumah di keluarga Komelius tidak dapat disebut gereja
dalam arti yang sama dengan kelompok umat di Antiokhia, karena ia
adalah suatu kelompok keluarga pribadi bukan suatu jemaat umum. Dari
gereja Antiokhia berangkatlah misi resmi yang pertama ke dunia yang
belum tersentuh Injil. Di Antiokhia dimulailah perdebatan yang pertama
tentang status umat Kristen dari bangsa-bangsa lain. Ia merupakan
pusat tempat berkumpulnya para pemimpin gereja. Secara bergantian,
Petrus, Barnabas, Titus, Yohanes Markus, Yudas Barsabas, Silas, dan
bila naskah Barat benar, penulis dari buku ini sendiri, semuanya
dihubungkan dengan gereja di Antiokhia. Patut untuk diperhatikan bahwa
dapat dikatakan mereka semuanya terlibat dalam misi kepada bangsa-
bangsa lain dan disebut-sebut dalam Surat Kiriman Paulus maupun di
dalam Kisah Para Rasul.
Kitab-kitab Injil mungkin berasal dari Antiokhia. Kemungkinan hubungan
di antara Markus dan Lukas maupun kenyataan pertemuan mereka di Roma
barangkali dapat menjawab beberapa masalah yang sering diperdebatkan
dalam Masalah Sinoptis. Ignatius, uskup di Antiokhia pada akhir abad
yang pertama, nampaknya nyaris hanya mengutip dari Matius, ketika ia
berbicara mengenai Injil, seolah-olah Injil Matius adalah satu-
satunya Injil Sinoptis yang diketahuinya. Streeter mempertahankan
pendapatnya secara panjang lebar bahwa Injil Matius berasal dari
Antiokhia, karena ia digunakan oleh Ignatius dan di dalam Didakhe
(Ajaran Dua Belas Rasul), keduanya menurutnya adalah dokumen-dokumen
orang Siria. Bila ketiga Injil Sinoptis menanamkan dasarnya pada
suasana yang hidup dalam khotbah lisan gereja di Antiokhia, pelayanan
firman mereka kepada dunia dapat dikatakan merupakan warisan dari
gereja ini kepada bangsa-bangsa lain yang percaya dari masa yang lalu
maupun masa sekarang.
Gereja di Antiokhia juga tersohor karena guru-gurunya. Di antara
mereka yang disebut di dalam Kisah Para Rasul 13:1, hanya Barnabas dan
Paulus yang baru dikenal dalam beberapa penyebutan belakangan, tetapi
pelayanan mereka pasti telah membuat gereja ini terkenal sebagai pusat
pengajaran. Jelas sekali bahwa Antiokhia telah mengalahkan Yerusalem
sebagai pusat pengajaran Kristen dan sebagai markas misi penginjilan.
Mungkin perkembangan Antiokhia makin dipercepat oleh penindasan
Herodes dalam tahun 44. Gereja di Yerusalem selalu dalam keadaan
kekurangan dana, karena banyak anggota jemaat yang miskin yang harus
selalu ditunjang oleh sumbangan-sumbangan. Bahaya kelaparan itu pasti
makin melemahkan mereka, meskipun ada dana sumbangan dari Antiokhia
(11:28-30). Penindasan di bawah Herodes mengakibatkan kematian
Yakobus, anak Zebedeus (12:2), dan Petrus juga nyaris kehilangan
nyawanya (12:17). Kisah selingan dalam 12:1-24 hanya memberikan
gambaran sekilas tentang keadaan di Yerusalem, tetapi ia menunjukkan
gereja yang tetap setia bertahan meskipun tekanan begitu berat, yang
terus berusaha mempertahankan keberadaannya sampai saat yang terakhir.
Fakta yang paling kuat tentang gereja di Antiokhia adalah kesaksian
ini. 'Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut
Kristen" (11:26). Sebelum itu orang-orang yang percaya kepada Kristus
dianggap sebagai suatu sekte agama Yahudi, tetapi dengan masuknya
bangsa-bangsa lain ke dalam kelompok mereka dan dengan makin
berkembangnya sistem pengajaran yang sangat berbeda dengan hukum Musa,
dunia mulai melihat perbedaan itu dan menyebut mereka dengan julukan
yang lebih tepat. "Kristen" berarti "milik Kristus" seperti Herothan
berarti "milik Herodes". Mungkin nama ini dimaksudkan sebagai suatu
ejekan, tetapi watak para Rasul dan kesaksian yang mereka sampaikan
memberikan arti yang menyanjung.
|