Nama Kursus | : | ORANG KRISTEN YANG BERTANGGUNG JAWAB (OKB) |
Nama Pelajaran | : | Bertanggung Jawab untuk Hidup Benar dan Menggunakan |
| | karunia-karunia Rohani. |
Kode Pelajaran | : | OKB-R03b |
Referensi OKB-R03b diambil dari:
Judul Buku | : | MANFAAT KARUNIA ROH |
Judul Artikel | : | Berpikir dengan Serius |
Pengarang | : | Peter Wagner |
Penerbit | : | Gandum Mas, Malang, 2000 |
Hal | : | 250 - 263 |
BERPIKIR DENGAN SERIUS
Saatnya telah tiba bagi orang-orang Kristen di seluruh dunia, dalam
tiap-tiap gereja, untuk mulai berpikir dengan serius mengenai diri
mereka (lihat Rm. 12:3). Tentu saja, mereka tak dapat melakukan hal
ini dengan sikap sombong. Namun, mereka juga tidak boleh berpura-pura
rendah hati sehingga mereka dan orang lain di sekeliling mereka
menjadi buta terhadap fungsi yang telah diberikan oleh Allah kepada
mereka di dalam Tubuh Kristus.
Saya akan menguraikan lima langkah yang telah dirancang untuk membantu
Saudara dan gereja Saudara berpindah dari posisi di titik pusat dan
mulai menjalankan kuasa yang ajaib yang telah disediakan oleh Allah di
dalam karunia-karunia yang telah diberikan-Nya. Kelima langkah itu,
sama seperti seluruh buku ini, ditujukan kepada para pendeta dan orang
awam. Namun, saya perlu menekankan dua asumsi saya sebelum menguraikan
lima langkah itu. Pertama-tama, saya mengasumsi bahwa gembala gereja
Saudara telah yakin bahwa menemukan, mengembangkan dan menggunakan
karunia-karunia Roh adalah kehendak Allah untuk jemaatnya dan bahwa ia
bersedia mengambil peranan pemimpin yang aktif dalam proses ini. Saya
juga mengasumsi bahwa gembala Saudara menghendaki gerejanya bertumbuh
dan ia rela berkorban demi pertumbuhan itu.
Gembala adalah orang penting Allah untuk pertumbuhan suatu gereja
setempat dan jika karena satu dan lain sebab ia bersikap acuh tak acuh
atau bersikap menentang pertumbuhan gereja atau karunia-karunia Roh,
nasihat saya ialah menangguhkan kelima langkah ini, kalau tidak
kelimanya akan gagal.
LANGKAH 1: MENYETUJUI SUATU FILSAFAT PELAYANAN
Manfaat yang diperoleh setiap gereja setempat bila mempunyai filsafat
pelayanan yang tersusun dengan baik sudah disebut beberapa kali.
Sebagian dari filsafat pelayanan itu haruslah suatu pernyataan yang
jelas mengenai apa yang dipercayai dan diharapkan oleh gereja itu
mengenai karunia-karunia Roh. Jika gereja Saudara mempunyai filsafat
pelayanan yang sudah ditetapkan dan filsafat itu tidak mempunyai
bagian mengenai karunia-karunia Roh, saya sarankan agar filsafat
tersebut diubah.
Setiap program yang Saudara adakan untuk menemukan dan menggunakan
karunia-karunia Roh akan dibentuk oleh filsafat pelayanan Saudara.
Saudara perlu menemukan hal-hal seperti berikut:
- Karunia-karunia Roh yang manakah yang kita harapkan akan
diberikan olch Allah kepada gereja kita dalam gabungan karunia kita
yang khusus? Apakah kita terbuka terhadap semua 27 karunia, atau
terhadap berapa banyak yang ada? Apakah kita akan mencari 19 atau 9
atau berapa banyak?
- Apakah kita terbuka terhadap karunia-karunia tanda seperti
bahasa roh, nubuat, dan penyembuhan? Jikalau terbuka, apakah
karunia-karunia itu akan digunakan dalam kebaktian umum atau dalam
ibadah pribadi? Jikalau dipakai dalam kebaktian umum, apakah harus
dipakai dalam semua kebaktian atau hanya dalam kebaktian-kebaktian
tertentu?
- Apakah kita percaya bahwa baptisan dalam Roh Kudus itu merupakan
kasih karunia yang hanya terjadi sesudah kita diselamatkan atau
apakah semua orang Kristen menerimanya pada saat mereka
diselamatkan? Jikalau terjadi sesudah diselantatkan, apakah kita
percaya bahwa berkata-kata dalam bahasa roh merupakan bukti fisik
yang mula-mula yang memberitahukan bahwa baptisan dalam Roh itu
telah terjadi?
- Bagaimanakah pendapat kita mengenai orang-orang baru yang
mengikuti kebaktian di gereja kita, tetapi yang tidak menyetujui
pandangan kita tentang karunia-karunia Roh? Atau mengenai anggota-
anggota gereja yang sekarang yang telah mengubah pandangan mereka?
Apakah kita bersikap ramah terhadap hal itu, apakah kita hanya
sabar menghadapinya, ataukah kita menganjurkan agar orang-orang
seperti itu mencari persekutuan dengan gereja lain yang lebih cocok
dengan pandangan inereka? Anjuran saya ialah sewaktu para pemimpin
gereja duduk untuk membicarakan soal-soal ini agar jangan mereka
terlalu malu. Terutama, janganlah mengambil keputusan hanya karena
gereja anu yang letaknya tidak jauh dari gereja Saudara telah
melakukannya seperti itu. Pandanglah persoalan ini dengan sikap
hati yang sama sebagaimana kita memandang baptisan.
Marilah kita memutuskan berdasarkan filosofi kita sendiri tentang
karunia-karunia Roh. Marilah kita menemukan gabungan karunia yang
bagaimanakah yang telah Tuhan berikan kepada gereja kita, dan
marilah kita memuji Tuhan untuk gereja-gereja lain yang mempunyai
filsafat pelayanan yang berbeda.
Marilah Kita Hentikan Pertentangan
Apabila kita melakukan hal ini, dengan segera akan tampak dua
keuntungan. Pertama, persaudaraan Kristen akan ditingkatkan. Sungguh,
suatu hal yang menyedihkan bahwa beberapa gereja setempat telah
terpecah-pecah karena karunia-karunia Roh. Kesempatan untuk terjadinya
perpecahan hampir tidak ada bila jemaat telah menyetujui suatu
filsafat pelayanan yang jelas. Bukan saja saudara-saudara seiman dalam
suatu gereja setempat akan saling mengasihi, tetapi perasaan iri hati,
cemburu, persaingan, atau fitnahan di antara gereja-gereja akan
berkurang. Mengapa tidak menerima saja perbedaan-perbedaan satu sama
lain dan saling mengasihi di dalam Tuhan? Saya menyukai judul buku
Peter Gillquist, Let's Quit Fighting About the Holy Spirit.
Keuntungan kedua adalah pertumbuhan gereja. Semakin banyak variasi
gereja dan filsafat pelayanan, semakin banyak orang akan dimenangkan
untuk Kristus. Ada begitu banyak macam orang sehingga diperlukan
bermacam-macam gereja untuk memenangkan mereka bagi Kristus. Pekabaran
Injil yang berhasil guna akan mengalami kemunduran jika semua gereja
menjadi serupa. Inilah sebabnya dalam kebanyakan hal gereja-gereja
yang bergabung pada akhirnya menjadi lebih kurang anggotanya ketimbang
ketika mereka masih terpisah.
LANGKAH 2: MEMULAI SUATU PROSES PERTUMBUHAN
Menemukan, mengembangkan, dan menggunakan karunia-karunia Roh dapat
menjadi tujuan yang baik. Dalam beberapa kasus hal ini saja yang akan
membantu sebuah gereja untuk bertumbuh. Akan tetapi, pertumbuhan
gereja itu rumit dan dinamika karunia-karunia Roh hanya merupakan
salah satu dari antara banyak prinsip pertumbuhan gereja. O1eh karena
itu, dalam banyak hal suatu program yang menggunakan karunia-karuia
Roh saja tidak akan memadai untuk mempergunakan sebaik-baiknya potensi
pertumbuhan sebuah gereja. Bila karunia-karunia diteniukan, maka harus
ada berbagai saluran agar karunia-karunia itu dapat digunakan dengan
efektif.
Satu hal yang sangat mengecewakan ialah bila kita menemukan suatu
karunia Roh, namun tidak dapat menggunakannya dalam gereja.
Sebenarnya, para gembala gereja harus menyadari bahwa gereja bisa
kehilangan anggota-anggota bila hal ini terjadi. Mereka akan pindah ke
gereja lain di mana mereka lebih berguna.
Tidak mungkin saya menjelaskan dengan rinci di sini bagaimana
mengembangkan suatu proses pertumbuhan di dalam gereja. Jalan yang
paling efektif yang saya tahu ialah agar gembala sendiri mengikuti
pendidikan profesional untuk bidang pertumbuhan gereja, lebih baik
pada tingkat Doctor of Ministry. Gereja seharusnya bersedia membiayai
pendidikan ini baik untuk kepentingan mereka sendiri maupun untuk
kepentingan gembala itu. Semakin banyak ahli diagnosis gereja yang
profesional kini tersedia untuk gereja-gereja yang merasa memerlukan
konsultasi dan pandangan orang luar. Dengan sumber daya apa pun yang
ada, yang bersifat denominasional atau interdenominasional, memulai
suatu proses pertumbuhan yang sehat sebelum mulai mengusahakan
karunia-karunia Roh akan memberi keuntungan yang cukup besar.
LANGKAH 3: STRUKTUR YANG PERLU UNTUK KARUNIA-KARUNIA DAN PERTUMBUHAN
Dalam kedua buku saya yang berjudul Gereja Saudara Dapat Bertumbuh
(Penerbit Gandum Mas, 1991) dan Leading Your Church to Growth (Regal
Books, 1984), saya menguraikan pikiran saya tentang bagaimana gereja
perlu disusun secara administratif untuk pertumbuhan. Satu bentuk
pemerintahan gereja yang populer di Amerika, tetapi yang biasanya
tidak membantu pertumbuhan dalam sebuah gereja besar, adalah bentuk
pemerintahan kongregasional, di mana tiap gereja berpemerintahan
sendiri. Kebanyakan pendeta dari gereja-gereja besar yang sedang
bertumbuh, yang secara tradisional berpemerintahan kongregasional,
entah bagaimana telah berhasil membuat stiuktur itu lebih efisien.
Struktur ini dapat dijalankan dalam gereja-gereja yang kecil, tetapi
bila keanggotaan mulai nielewati angka 200, struktur ini semakin
kurang efektif.
Struktur yang paling mulus untuk pertumbuhan adalah struktur yang
mengakui sepenuhnya kedudukan seorang gembala sebagai pemimpin dan
membebaskan dia untuk menggunakan karunia atau karunia-karunia Rohnya.
Dalam banyak gereja yang sedang bertumbuh, majelis gereja mengatur
gereja dan gembala adalah ketua majelis itu dan presiden badan hukum,
atau gelar-gelar lain seperti itu. Bila gereja mempunyai filsafat
pelayanan yang telah dipikirkan baik-baik, yang satu itu dapat bekerja
dengan baik. Semakin banyak majelis dan komisi dalam suatu gereja
semakin banyak kesempatan untuk percekcokan, perkelahian dalam
kalangan tertentu, dan perselisihan kepentingan. Hal-hal itu
memperlambat proses pengambilan keputusan sehingga kadang-kadang
hampir macet.
Menurut pengertian saya mengenai cara kerja Allah, hanya ada satu
orang yang, di bawah Allah, memikul tanggung jawab utama terhadap
suatu gereja setempat - orang itu adalah gembala senior. Tentu saja,
Allah akan menganggap semua anggota bertanggung jawab atas gereja
mereka, tetapi tak seorang pun yang tanggung jawabnya setingkat dengan
tanggung jawab orang yang telah menerima kedudukan pimpinan yang
teratas. Saya menganggap bahwa sikap yang perlu dimiliki anggota-
anggota gereja terhadap gembala mereka diuraikan dalam Ibrani 13:17,
"Taatilah pemimpin-penimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab
mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus
bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya
dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan
membawa keuntungan bagimu."
Khotbah yang disampaikan mengenai ayat ini belum cukup. Sulit sekali
bagi seorang gembala untuk menyampaikan khotbah mengenai ayat ini di
dalam gerejanya sendiri sebab alasan-alasannya dengan mudah sekali
dapat disalahtafsirkan. Itulah sebabnya saya selalu mengemukakan dan
menekankan hal ini. Karena saya bukan gembala gereja, maka saya tak
perlu khawatir tentang terjadinya salah tafsir. Akan tetapi, saya
sendiri mempunyai seorang gembala di atas saya dan saya berusaha
menerapkannya dalam sikap saya sendiri terhadap dirinya dan stat
gereja. Banyak gembala menderita kesedihan pribadi dan rasa frustrasi
yang tak berhingga oleh sebab jemaat mereka tidak mengerti atau tidak
mempraktikkan prinsip ketaatan yang alkitabiah kepada orang-orang yang
menjadi pemimpin. Akibat menyeluruh dari perbuatan mengabaikan prinsip
ini ialah terhambatnya pertumbuhan gereja.
Hukum Parkinson dan Pertumbuhan Gereja
Kent Tucker telah mengadakan penyelidikan yang menunjukkan bahwa di
banyak gereja 85 persen dari waktu yang tersedia digunakan utuk
manajemen sedangkan hanya 15 persen dari waktu itu digunakan untuk
pelayanan. Masalah pertumbuhan yang pokok di sini ialah proporsi waktu
yang tersedia yang dihabiskan untuk perkara-perkara yang berkaitan
dengan administrasi dan organisasi bila dibandingkan dengan waktu yang
tersedia yang dipakai dalam pelayanan yang sesungguhnya. Hal ini
sangat tidak efisien. Tidak ada perusahaan yang dapat bertahan selama
sebulan dengan struktur seperti itu. Hukum Parkinson berbunyi,
"Pekerjaan berkembang sedemikian rupa agar waktu yang tersedia untuk
menyelesaikannya terpenuhi" atau dengan kata lain orang cenderung
mengada-adakan pekerjaan untuk mengisi waktu. Hukum Parkinson inilah
yang sekarang merajalela dalam banyak gereja. Berbagai komisi dan
dewan bisa sibuk luar biasa, tetapi pada akhirnya mereka hanya
mengerjakan sedikit sekali dipandang dari segi tujuan-tujuan pelayanan
gereja itu.
First Baptist Church di Modesto, California, menemukan masalah ini
pada tahun 1967 dan sejak itu telah bertumbuh dengan lebih cepat. Hal
itu terjadi ketika Pendeta Bill Yaeger tiba dan menjadikan
administrasi gereja efisien untuk pertumbuhan. Sebelumnya gereja itu
menunjukkan kemunduran 0,8 persen dalam waktu satu dasawarsa. Selama
waktu 10 tahun hanya tiga orang petobat baru yang dibaptis. Di bawah
pimpinan Yaeger gereja mengatur kembali strukturnya dari gereja dengan
bermacam-macam dewan menjadi gereja dengan hanya satu dewan. Yaeger
berkata, "Setelah kami menyederhanakan struktur organisasi gereja,
maka orang-orang bebas untuk melibatkan diri dalam pekabaran Injil dan
pemuridan". Setelah menyusun kembali struktur organisasinya mereka
memperhitungkan bahwa 97,1 persen dari waktu yang diberikan oleh orang
awam kepada gereja digunakan untuk pelayanan dan hanya 2,9 persen
untuk mengelola urusan gereja. Angka pertumbuhan gereja First Baptist
selama 10 tahun sesudah perubahan itu adalah 388 persen! Setidak-
tidaknya satu gereja tidak membiarkan Hukum Parkinson menghentikan
pertumbuhannya.
Setelah orang-orang dibebaskan dari tugas-tugas yang berkaitan dengan
organisasi, yang tidak sesuai dengan karunia dari kebanyakan mereka,
maka mereka dapat memakai karunia-karunia Roh mereka untuk melakukan
pekerjaan yang lebih cocok untuk mereka. Banyak pemimpin gereja yang
setelah menyelidiki struktur gerejanya dengan teliti, terkejut ketika
mengetahui bagaimana personalia mereka disebarkan secara tidak
efisien.
LANGKAH 4: MEMBUKA KARUNIA-KARUNIA ROH
Bayangkanlah pengalaman gerejawi Saudara sewaktu hari raya Natal.
Pohon Natal sudah terhias dan hadiah-hadiahnya sudah tersedia. Yang
harus dilakukan oleh keluarga hanyalah membuka hadiah-hadiah itu.
Gereja Saudara sudah siap untuk bertumbuh. Allah sudah menyediakan
berbagai karunia, tetapi hanya sedikit orang yang tahu apakah karunia-
karunia itu. Sekaranglah saatnya untuk membuka karunia-karunia itu!
Menurut pengamatan saya suatu daftar periksa berisi enam hal sebaiknya
dipertimbangkan untuk memproses dan mengembangkan suatu dinamika yang
kuat dari karunia-karunia Roh di dalam gereja Saudara.
- Berilah motivasi kepada jemaat dari mimbar.
Karena gembala yang
harus memimpin gereja ke arah pertumbuhan, maka gagasan-gagasannya
perlu didengar dari mimbar. Seorang gembala yang saya kenal
menyampaikan 22 khotbah secara berurutan mengenai karunia-karunia Roh
dengan akibat-akibat yang dramatis baik berkenan dengan orang-orang
yang menemukan karunia-karunia mereka sendiri maupun dalam ledakan
pertumbuhan gereja. Banyak pendeta lain telah mengalami bahwa
serangkaian khotbah mengenai karunia-karunia Roh tampaknya telah
mempengaruhi pertumbuhan gereja. Para pendeta dari gereja-gereja yang
telah tersusun di sekitar karunia-karunia Roh tidak hanya menyampaikan
rangkaian khotbah seperti itu, tetapi secara terus-menerus menyebut
karunia-karunia Roh dalam khotbah-khotbah mereka yang lain. Dan mereka
tidak mcnganggap bahwa satu rangkaian khotbah saja sudah cukup. Tahun
lepas tahun mereka berkhotbah mengenai pokok ini dari berbagai titik
pandangan yang berbeda untuk memberi penyuluhan kepada anggota-anggota
baru dan menguatkan anggota-anggota yang lebih tua.
Bila gembala berbicara banyak mengenai karunia-karunia Roh maka akan
mempermudah jemaatnya untuk berbicara mengenai hal itu juga. Mereka
menyadari bahwa karunia-karunia itu sekarang sedang "disenangi" dan
suasana yang tercipta oleh suatu pelayanan mimbar yang kuat mengenai
karunia-karunia dapat bermanfaat di segala bidang kehidupan gereja.
Pelajarilah ajaran Alkitab nengenai karunia-karunia. Jemaat bukan
saja harus mendengar tentang karunia-karunia Roh dari mimbar, tetapi
mereka sendiri juga harus belajar tentang karunia-karunia itu. Hal ini
dapat dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil, pada jam-jam pelajaran
khusus, di kelas-kelas sekolah Minggu atau seorang diri di rumah.
David C. Cook mempunyai sebuah komponen kurikulum sekolah Minggu yang
bagus, yang berjudul Congratulations! You're Gifted. Charles E. Fuller
Institute menyediakan bermacam-macam sumber daya yang luas mengenai
karunia-karunia Roh bagi Saudara dan gereja Saudara. Banyak denominasi
mempunyai bahan pelajarannya sendiri mengenai karunia-karunia Roh.
Gereja Nazarene, misalnya, telah menghasilkan sekumpulan bahan yang
khusus ditujukan kepada denominasi Wesley atau denominasi kesucian.
Penelaahan Alkitab akan membantu jemaat untuk benar-benar mengetahui
apa karunia-karunia itu, bagaimana karunia-karunia itu cocok dengan
Tubuh Kristus, dan makna karunia-karunia itu untuk tiap orang secara
pribadi.
Membantu orang-orang dewasa menemukan karunia mereka. Saya telah
memakai kata "orang-orang dewasa" dengan dipertimbangkan betul-betul,
karena tidak semua orang Kristen dari semua usia sudah siap untuk
mengerti dan menyetujui karunia Roh yang dimilikinya. Prinsip umum
saya ialah apabila Saudara berumur 18 tahun dan tidak mengetahui apa
karunia rohani Saudara, janganlah cemas, Saudara mungkin terlalu muda.
Akan tetapi, bila Saudara berusia 25 tahun dan masih tidak mengetahui
karunia Roh Saudara, sudah tiba saatnya untuk merasa cemas. Menurut
pengertian saya, kemampuan untuk menemukan karunia-karunia Roh adalah
suatu fungsi kedewasaan emosi. Orang yang sudah dewasa emosinya sudah
siap untuk mengetahui karunia-karunianya, tetapi kcdewasaan emosi
terjadi pada usia yang berbeda bagi orang-orang yang berbeda. Ada
orang yang sudah dewasa emosinya pada urnur 20 tahun, dan ada juga
orang lain belum dewasa pada usia 30 tahun.
Orang Kristen baru yar:g dewasa emosinya hendaknya diharapkan untuk
menemukan karunia mereka dalam 4 sampai 12 bulan, bergantung pada
aneka ragam faktor. Salah satu hal yang pcrtama-tama harus mereka
ketahui ialah bahwa Allah telah memberikan suatu karunia Roh kepada
mereka dan karunia itu hanya tinggal ditemukan saja. Orang muda perlu
mengetahui karunia mereka sedini mungkin. Saya telah melihat kurikulum
kelas satu yang sangat baik yang dihasilkan oleh Sinode Gereja Luteran
di Missouri untuk sekolah-sekolah gereja mereka. Kurikulum itu
mengajarkan anak-anak dari permulaan bahwa mereka adalah bagian dari
suatu Tubuh yang lebih benar dan bahwa sumbangan mereka kepada Tubuh
itu sangat penting bagi Allah. Kaum muda usia sekolah lanjutan dan
perguruan tinggi sebaiknya bereksperimen dengan karunia-karunia apa
saja, tetapi pikiran mereka harus tetap terbuka dalam hal mengambil
kesimpulan-kesimpulan yang pasti. Saya telah melihat banyak mahasiswa
seminari yang mengetahui ajaran Alkitab mengenai karunia-karunia Roh,
namun belum menemukan dengan pasti apakah karunia mereka itu.
Adakanlah lokakarya mengenai karunia-karunia Roh. Salah satu
frustrasi yang saya rasakan selama bertahun-tahun mengajar karunia-
karunia Roh ialah bahwa setelah saya selesai dan orang-orang telah
mengerti teorinya, saya tidak dapat membawa mereka lebih jauh lagi.
Kebanyakan orang yang belajar mengenai karunia-karunia Roh ingin
mengetahui karunia apa yang mereka miliki, tetapi saya tidak dapat
menolong banyak.
Itu sebabnya saya amat senang ketika Charles Fuller Institute
mengadakan satu lokakarya yang sangat baik mengenai karunia-karunia
Roh. Lokakarya ini dapat digunakan dalam setiap kelompok gereja.
Pedoman untuk pemimpin terdiri atas dua pita kaset berisi ceramah saya
mengenai karunia-karunia Roh dan sebuah buku kerja yang disertai
jawaban untuk peserta. Selama lokakarya, yang makan waktu kira-kira
enam jam, setiap peserta mengisi buku kerjanya sendiri yang antara
lain berisi suatu Kuesioner Houts yang Dimodifikasi oleh Wagner.
Kuesioner ini, yang direproduksi di dalam lampiran buku ini, terdiri
atas 125 soal yang sangat membantu tiap orang untuk mulai memahami
karunia atau karunia-karunia yang telah Allah berikan kepada mereka.
Sesudah para peserta selesai mengisi buku kerja, mereka berkumpul
dalam kelompok-kelompok kecil dengan lima atau enam orang yang saling
mengenal, untuk membicarakan hasilhasil daftar pertanyaan itu dan
melihat apakah mereka dapat saling membantu untuk mulai menemukan
karunia-karunia itu. Cara ini telah diuji di ratusan gereja dengan
hasil-hasil yang sangat membesarkan hati.
Tetapkanlah suatu jadwal untuk pertanggung-jawaban. Beberapa gereja
berbuat kekeliruan ketika mengadakan lokakarya karunia-karunia Roh
seakan-akan itu hanya merupakan pelatihan rohani lain yang
menyenangkan dan membangkitkan semangat. Lalu mereka pulang dan
memulai sesuatu proyek yang lain. Mereka tidak mengadakan rencana-
rencana pasti yang harus dilaksanakan sehingga dalam beberapa kasus
hasil bersih dalam pertumbuhan gereja menjadi tak berarti.
Sewaktu proses karunia Roh sedang berjalan, jangan lupa untuk
mcnetapkan sasaran bagi penemuan karunia-karunia Roh. Satu sasaran
yang baik ialah bahwa 50 persen dari orang-orang dewasa dalam gereja
itu akan mampu menggambarkan karunia atau karunia-karunia Roh mereka
sendiri dalam waktu 12 bulan dan bahwa 20 persennya lagi akan
menjalani pyoses penemuan tersebut. Setiap kelompok perlu
mengembangkan suatu sistem untuk mengatur terjadinya hal itu. Orang-
orang perlu dijadikan saling bertanggung-jawab untuk menemukan karunia
mereka dan kemudian menggunakannya.
Lanjutkanlah pengalaman itu untuk jangka waktu yang tidak terbatas.
Menemukan, mengembangkan, dan menggunakan karunia-karunia Roh
hendaknya menjadi bagian yang tetap dari kehidupan gereja dan gaya
hidup jemaat, seperti doa atau penelaahan Alkitab atau Perjamuan
Kudus. Hal ini hendaknya digairahkan dengan berbagai buku, khotbah,
dan pelajaran sekolah Minggu, dan kelompok-kelompok yang berorientasi
pada tugas yang menolong orang-orang untuk menggunakan karunia-karunia
mereka. Timotius sudah tidak memakai karunianya lagi dan Paulus harus
mendorong dia (lihat 1 Tim. 4:14). Hal itu dapat terjadi pada diri
kita juga apabila kita tidak berhati-hati.
Mungkin aksi yang dilakukan oleh Gereja Lutheran St. Paul di Detroit,
Michigan, dapat menjadi contoh bagi orang lain yang berminat untuk
menetapkan karunia-karunia Roh ke dalam proses pertumbuhan mereka.
Gereja itu, yang telah menunjukkan angka pertumbuhan yang sehat,
mendapati bahwa karunia-karunia Roh merupakan suatu kunci yang
penting. Sebagai akibatnya, Pendeta Wayne Pohl telah mcnambah pada
stafnya seorang anggota baru purnawaktu, Arthur Beyer, dengan gelar
Minister of Spiritual Gifts, untuk membantu memelihara pertumbuhan
gereja itu.
LANGKAH 5: MENGHARAPKAN BERKAT ALLAH
Pengajaran mengenai karunia-karunia Roh tidak diciptakan oleh seorang
konsultan ketepatgunaan manajemen atau oleh sebuah departemen
pertumbuhan gereja atau oleh suatu seminari teologi atau bahkan oleh
suatu dewan gereja. Pengajaran megenai karunia-karunia Roh secara
langsung berasal dari Firman Allah. Dengan demikian kita mempunyai
keyakinan yang kita perlukan untuk berkata dengan penuh percaya bahwa
karunia-karunia Roh adalah cara Allah bagi umat-Nya untuk bekerja sama
satu dengan yang lain. Inilah caranya untuk melakukan pekerjaan Allah
apakah itu saling memedulikan, belajar lebih banyak mengenai iman,
merayakan kebangkitan Yesus Kristus, atau menjangkau orang terhilang
dengan berita kasih Allah. Inilah caranya untuk mengadakan jenis
pertumbuhan gereja yang membangun manusia seutuhnya dan segenap Tubuh
Kristus.
Iman merupakan kuncinya. Tanpa iman tidak mungkin kita berkenan kepada
Allah (lihat Ibr. 11:6). Iman adalah pengharapan: pengharapan bahwa
Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita. Pengharapan
bahwa kita dapat menjadi orang seperti yang dikehendaki oleh Allah.
Pengharapan bahwa Ia telah memberi karunia-karunia kepada kita dan
bahwa kita akan merasa benar-benar nyaman apabila kita melakukan
kehendak-Nya dengan jalan menggunakan karunia-karunia Roh.
Iman memberitahukan kita bahwa Allah ingin gereja-Nya bertumbuh. Ia
ingin agar domba-domba-Nya yang terhilang ditemukan dan dibawa ke
kandang. Ia akan melakukannya melalui karunia-karunia yang telah
diberikan-Nya kepada masing-masing kita demi kemuliaan-Nya.
|