Nama Kursus | : | ORANG KRISTEN YANG BERTANGGUNG JAWAB (OKB) |
Nama Pelajaran | : | Bertanggung Jawab dalam Hal Doa dan Membaca Alkitab |
Kode Pelajaran | : | OKB-R01a |
Referensi OKB-R01a diambil dari:
Judul Buku | : | TERLALU SIBUK? JUSTRU HARUS BERDOA |
Judul Asli | : | Pasang Surut Hidup Berdoa |
Penulis | : | Bill Hybels |
Penerbit | : | Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, Jakarta, 1998 |
"PASANG SURUT KEHIDUPAN DOA"
Beberapa bulan yang lalu saya berbicara dengan beberapa orang Kristen
yang merasa malu. Mereka pernah terbiasa hidup berdoa, kata mereka.
Tapi keadaan berubah. Mereka tidak berdoa lagi seperti dulu sehingga
mereka merasa malu. Ada yang menggambarkannya begini:
"Waktu saya baru percaya, angan-angan berbicara dengan Allah alam
semesta dan Allah mendengarkan saya mempedulikan saya, menanggapi
kepentingan saya angan-angan itu membanjiri pikiran saya sehingga
hampir saya tidak dapat memahaminya."
"Begitu saya tahu bahwa saya dapat melakukannya, saya mulai berdoa
sepanjang hari. Saya berdoa waktu bangun. Saya berdoa di meja waktu
sarapan pagi. Saya berdoa dalam perjalanan ke tempat kerja. Saya
berdoa di meja saya di kantor, dengan teman-teman melalui telepon,
waktu makan siang, dengan keluarga waktu makan malam, dengan anak-
anak waktu mereka hendak tidur malam. Saya berdoa dengan kelompok
kecil. Saya sangat senang waktu berdoa di gereja.
"Saya berdoa sepanjang waktu, dan itu membuat saya bersukacita. Allah
menjawab doa-doa saya. Hidup saya berubah. Hidup orang lain berubah.
Sungguh menyenangkan."
"Apa yang terjadi?" tanya saya.
"Saya tidak tahu," jawab orang itu. "Terus terang, saya tidak tahu.
Rasanya hidup berdoa saya surut." Kemudian dia berkata dengan sangat
sedih, "Saya jarang sekali berdoa sekarang."
Musim Tanpa Doa
Saya tahu masalah mereka. "Hampir setiap pengikut Yesus Kristus pada
suatu waktu mengalami persis seperti apa yang Anda gambarkan," kata
saya. "Saya tahu saya juga pernah begitu."
Waktu saya menoleh ke riwayat hidup rohani saya, saya menemukan musim
tertentu di mana saya sering berdoa dengan penuh semangat. Saya
dipenuhi sukacita dan harapan akan berkat Allah. Tanda ajaib terjadi
dalam hidup saya, dalam hidup orang yang saya doakan dan dalam gereja
saya.
Kemudian, tanpa sebab yang jelas, hidup berdoa saya mulai surut sampai
saya hampir berhenti berdoa. Ya, saya masih berdoa pada waktu makan
dan pada kegiatan-kegiatan di gereja tapi tidak lebih dari itu. Doa
nampaknya hambar, membosankan dan tanpa arti. Musim tanpa doa itu bisa
berlangsung berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan.
Lalu tiba-tiba kuat kuasa Allah melimpah lagi dalam hidup saya,
seperti sebelumnya. Sekali lagi saya merasa senang datang ke hadirat
Allah. Sekali lagi saya sering berdoa dan berhasil. Sampai kepudaran
kambuh lagi, seperti selalu terjadi.
Apa yang menyebabkan pasang-surut dalam hidup berdoa kita? Mengapa
kita kehilangan minat dalam berdoa? Mengapa kita berhenti berdoa?
Satu penyebab kita berhenti berdoa atau membiarkan hidup berdoa kita
pudar, ialah bahwa kita terlalu senang - puas dengan keadaan. Itu
sifat dasar manusiawi.
Bila badai mengamuk, topan menderu dan gelombang menimpa geladak,
setiap orang di atas kapal berdoa seperti orang gila. Bila telepon
yang menyeramkan datang di tengah malam, bila dokter berkata bahwa
yang dirawat tidak begitu memberi harapan, atau waktu suami/istri kita
berkata bahwa ada orang lain yang sangat menarik, doa adalah sifat
dasar kedua. Dalam situasi yang sukar seperti itu, hampir setiap orang
berdoa - sungguh-sungguh, berulang-ulang, penuh harapan, bahkan mati-
matian.
Kemudian badai berlalu, laut tenang, angin reda dan Allah sekali lagi
membuktikan diriNya setia. Sebagian besar motivasi kita untuk berdoa
turun, dan mulai lagi doa yang sangat memudar.
Melupakan Allah
Dapat dipahami, hal ini mempengaruhi hati Allah. Ia sedih bila anak-
anak-Nya bertindak seperti mahasiswa, yang menghubungi orang tua hanya
kalau uang mereka mulai kurang.
Ada tema sedih dalam Perjanjian Lama. Allah memberkati anak-anak-Nya,
tapi mereka melupakan-Nya. Ia memberkati mereka lagi, dan mereka
melupakan-Nya lagi. Mereka mengalami kesukaran besar dan mohon
pertolongan, dan Allah datang dan menyelamatkan mereka. Tapi mereka
lagi-lagi melupakan-Nya.
Bacalah, misalnya, litani yang sedih dalam Mzm 78. Walau Allah
memberikan hukum kepada Israel, dibelah-Nya laut supaya mereka bisa
menyeberang, memimpin mereka melalui padang gurun, memberikan mereka
makanan dan air dengan cara ajaib, dan memukul mundur musuh mereka,
"Berulang kali mereka mencobai Allah; ... Mereka tidak ingat kepada
kekuasaan-Nya,..." (ay 41-42). Atau dalam Mzm 106:6-13
Nenek moyang kami di Mesir tidak mengerti perbuatan-perbuatan-Mu yang
ajaib, tidak ingat besarnya kasih setia-Mu, tetapi mereka memberontak
terhadap Yang Mahatinggi di tepi Laut Teberau. Namun diselamatkan-Nya
mereka oleh karena nama-Nya, untuk memperkenalkan keperkasaan-Nya.
Dihardik-Nya Laut Teberau, sehingga kering, dibawa-Nya mereka berjalan
melalui samudra raya seperti melalui padang gurun. Demikian
diselamatkan-Nya mereka dari tangan pembenci, ditebus-Nya mereka dari
tangan musuh; air menutupi para lawan mereka, seorang pun dari mereka
tiada tinggal. Ketika itu percayalah mereka kepada segala firman-Nya,
mereka menyanyikan puji-pujian kepada-Nya. Tetapi segera mereka
melupakan perbuatan-perbuatan-Nya, dan tidak menantikan nasihat-Nya.
Dengan sedih, kata pemazmur itu: "Kami dan nenek moyang kami telah
berbuat dosa" (ay 6). Kita tidak ingin melupakan Allah. Kita ingin
agar hidup berdoa kita konsisten. Bagaimana kita bisa tetap mengingat
kebaikan Allah? Bagaimana kita ingat untuk berdoa?
Irama Sehari-hari Kita dapat mengingat untuk berdoa sama dengan cara
kita mengingat apa saja yang menjadi urusan kita dengan memasukkan doa
dalam jadwal harian kita. Seperti kita lihat, Yesus menganggap bahwa
pengikut-Nya akan menyediakan waktu untuk berdoa. Kalau kita merasa
bahwa kita kian jarang berdoa, itu mungkin karena kita tidak pernah
menjadikan doa suatu bagian tertentu dari jadwal harian kita.
Ada orang yang menentukan waktu untuk berdoa bahkan sebelum turun dari
tempat tidur di pagi hari. Yang lain berdoa waktu minum kopi, atau
waktu makan siang, atau persis sesudah pulang dari tempat kerja atau
sekolah, atau sesudah makan malam, atau sebelum waktu tidur. Waktu
yang kita pilih tidak menjadi soal, selama kita menatanya dengan
setia. Doa perlu menjadi bagian dari irama hidup sehari-hari kita.
Pilihlah satu waktu pada waktu mana Anda biasanya tidak terganggu.
Anda bisa menutup diri dari dunia dan mendengarkan Allah. Bersamaan
dengan itu, pilihlah tempat yang dapat menjadi tempat pelarian Anda,
tempat perlindungan Anda, sementara Anda duduk di hadapan hadirat
Allah.
Para kenalan saya yang konsisten tiap hari berdoa dengan sungguh-
sungguh dan penuh sukacita, biasanya telah memilih tempat tertentu
yang mereka gunakan untuk berdoa setiap hari. Saya mengenal seorang
yang berdoa sepanjang jalan ke tempat kerja, dalam kereta api lima
hari seminggu. Itu empat puluh menit kalau mendapat kereta api ekspres
dan kalau tidak, satu jam. Dia berkata bahwa tempat duduknya di kereta
adalah tempat suci baginya.
Saya mengenal seorang yang berdoa di meja pojok di restoran sebelum
bekerja tiap hari. Ada yang berdoa sambil duduk dekat pintu sorong
dari kaca dengan pemandangan taman di luar. Ada yang menulis doanya
dalam komputer di kantornya. Tempat apa saja bisa menjadi tempat
berdoa. Yang penting, kalau kita hendak ingat untuk berdoa, ialah
menentukan tempat khusus dan waktu khusus untuk bertemu dengan Tuhan.
Dosa Sehari-hari Tapi untuk kebanyakan dari kita, masalah tidak setia
berdoa bukanlah karena tidak ada waktu atau tempat. Kita mempunyai
tempat berdoa, dan dulu kita pergi ke sana tiap hari. Tanpa sebab
tertentu semangat kita pergi ke sana sirna. Kita tidak berhasrat lagi
untuk berdoa.
Kalau itu yang menggambarkan perasaan kita, kita mungkin menderita
rasa salah atau malu. Sesuatu yang telah kita perbuat - atau sedang
perbuat sekarang - telah menjadi rintangan antara kita dan Allah.
Kadang-kadang bila saya mencoba menolong seorang untuk mengerti
mengapa mereka tidak berdoa lagi, saya berkata, "Mari kita telusuri.
Apakah Anda tahu kapan Anda mulai merasa seperti ini? Apa lagi yang
sedang terjadi dalam hidup Anda pada waktu itu?"
Orang yang jujur dan sadar-sendiri sering mengatakan sesuatu seperti
ini, "Ya, pada waktu itu saya mulai berpesta-pora, banyak mengelana
dan membiarkan hidup saya sedikit di luar kendali."
Seorang lagi berkata, "Pada waktu itu saya sangat sibuk di tempat
kerja dan kerakusan memancing saya sehingga mencari uang menjadi
tenaga pendorong yang merasuki hidup saya."
"Saya kira pada waktu saya menerima konseling, itu pada mulanya
menolong. Tapi kemudian bukannya mengatasi masalah saya, saya terbenam
dalam diri sendiri, dan saya kian menjadi pusat dunia saya sendiri.
Saya mengesampingkan Allah."
"Mungkin itu pada waktu saya pindah sekamar dengan pacar saya."
Saya harus memberitahu orang-orang ini, apa pun rinciannya, dosa
sehari-hari cukup kuat untuk menciptakan kesenjangan yang kian lebar
dalam hubungan kita dengan Allah. Kian lebar kesenjangan itu, kian
jarang kita berdoa. Dan kian jarang kita berdoa, kesenjangan itu
menjadi kian lebar.
Menghina Nama Allah
Saya ingat satu waktu ketika saya tahu saya sedang berbuat dosa. Saya
kebingungan mengapa doa pagi saya di kantor ternyata sangat kaku dan
tidak berarti. Saya mempunyai waktu berdoa yang sangat teratur dan
tempat berdoa yang tetap; tapi saya tidak mau terlibat percakapan
mendalam dengan Allah.
Kemudian saya membaca firman Allah dalam Kitab Mal 1:6 "... di
manakah hormat yang kepada-Ku itu? ...firman TUHAN semesta alam kepada
kamu, hai para imam yang menghina nama-Ku. Tetapi kamu berkata:
'Dengan cara bagaimanakah kami menghina nama-Mu?'" (Mal 1:6).
Banyak cara, kata Allah melalui Maleakhi. Marilah saya sebutkan
beberapa.
Mereka menipu Allah. Kendati petunjuk Allah jelas untuk
mempersembahkan hewan yang terbaik sebagai korban kepada Tuhan. Tapi
orang Israel membawa ternak mereka yang terbaik ke pasar, di mana
mereka bisa mendapatkan harga mahal untuk ternak itu. Kemudian mereka
membawa hewan yang tidak berharga - yang buta, yang timpang, yang
sakit hampir mati - dan membawanya ke mezbah Allah (lih Mal 1:6-8).
Mereka juga telah menipu orang miskin - menindas orang upahan,
menyulitkan hidup ekonomi para janda dan curang terhadap para orang
asing pendatang liar (lih Mal 3:5).
Di samping itu, mereka telah menipu keluarganya. Perceraian
merajalela. "... Kamu menutupi mezbah TUHAN dengan air mata, dengan
tangisan dan rintihan, tidak lagi berpaling kepada persembahan dan
tidak berkenan menerimanya dari tanganmu. Dan kamu bertanya: 'Oleh
karena apa?' Oleh sebab TUHAN telah menjadi saksi antara engkau dan
istri masa mudamu yang kepadanya engkau telah tidak setia, padahal
dialah teman sekutumu dan istri seperjanjianmu" (Mal 2:14-15).
Melalui Maleakhi Allah berseru, "Setelah menipu Aku, orang yang
tertindas di antara kamu dan bahkan keluargamu sendiri, kamu berani
meminta berkat-Mu? Kamu terang-terangan berdosa kepada-Ku dan kemudian
punya nyali untuk meminta kemurahan hati? Kamu memberontak melawan Aku
dan mengharapkan Aku tidak terpengaruh oleh ketidakpatuhanmu? Aku
sangat sedih. Dosamu menghancurkan hati-Ku. Itu terasa seperti
pengkhianatan."
Kalau kita tidak hidup dalam kepatuhan kepada Allah, kita kehilangan
rasa hangat dan akrab dengan Dia. Kita bisa bernostalgia dengan waktu
berdoa yang dulu, tapi kita telah mendirikan satu perintang doa yang
harus dirubuhkan sebelum kita bisa menikmati lagi hubungan kasih
sayang dengan Dia. Kita tidak mempunyai persekutuan yang erat dan
langgeng dengan Allah, kecuali kalau kita mematuhi-Nya - mutlak.
Merubuhkan Perintang
Hal yang mengherankan ialah bahwa Allah sendiri mau merubuhkan
perintang yang memisahkan kita.
Alkitab menceritakan kepada kita bahwa Allah terhadap Siapa kita
berdosa, Allah yang kita acungi tinju kita, merentangkan tangan-Nya
kepada kita dan berkata, "Pulanglah. Kau tidak ingin hidup dengan cara
demikian, bukan? Kau tidak mau menempuh jalan itu. Akuilah dosamu
Anda. Katakanlah kepada-Ku bahwa hidupmu kacau-balau. Bersepakatlah
dengan Aku bahwa engkau berada di jalan yang salah. Berbaliklah, dan
kita akan berhubungan akrab kembali. Maka doamu akan kaya dan berarti
lagi. Kita akan berjalan bersama-sama kembali."
Marilah, baiklah kita berperkara! - firman TUHAN - Sekalipun dosamu
merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun
berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu
domba (Yes 1:18). Kabar baik ialah bahwa Anda bisa kembali ke dalam
persekutuan dengan Bapa sekarang juga. Anda boleh mengucapkan doa
pertobatan: "Ya Allah, saya minta ampun atas --. Ampunilah saya. Saya
mau berbalik dari cara hidup ini, dan saya mau kembali ke dalam
hubungan yang akrab dengan Engkau."
Bila Anda mengucapkan doa itu, Allah akan memulihkan Anda. Anda akan
berdoa dengan cara lain sesudah pemulihan itu. Anda kembali ke jalan
yang benar.
Apakah Allah Tuli? Barangkali Anda menyisipkan ke dalam jadwal harian
Anda acara untuk berdoa, dan Anda tidak sadar bahwa ada dosa yang
memisahkan Anda dari Allah. Namun Anda tahu bahwa Anda sudah mulai
menjauhi Dia. Anda hampir menghentikan doa Anda, karena merasa kecil
hati. Kecewa. Atau bahkan putus asa.
Anda berdoa sungguh-sungguh agar ayah Anda selamat dalam pembedahan,
tapi ternyata ia meninggal.
Anda berdoa agar putra Anda dan anak mantu akan rujuk dan tetap utuh,
tapi mereka bercerai.
Anda berdoa agar bisnis Anda dapat bertahan terhadap satu pesaing baru
tapi tidak berhasil.
Anda tahu bahwa dosa Anda sudah Anda akui, dan Anda mencoba menempuh
hidup etis. Permintaan Anda tidak egois. Dan sekarang karena ayah Anda
sudah meninggal, anak bercerai dan bisnis Anda ditutup, Allah tidak
mungkin menyuruh Anda menunggu. Sudah terlambat.
Agaknya doa tidak berhasil. Mengapa membuang-buang napas Anda? Kalau
surga tidak mendengar, kalau Allah tidak peduli, atau kalau Allah
tidak berkuasa untuk mengubah keadaan, mengapa harus berdoa? Lebih
baik menghadapi kenyataan dan berhenti membohongi diri sendiri.
Kalau Anda pernah mengalami kekecewaan yang menghancurkan yang tidak
diatasi oleh doa, dan kalau Anda adalah pengikut Kristus yang jujur,
Anda tentu pernah bergumul dengan pertanyaan seperti ini. Saya tidak
mempunyai jawaban yang pasti bagi Anda. Ada hal-hal yang tidak akan
pernah jelas selama kita hidup di dunia ini. "Hidup kami ini adalah
hidup berdasarkan iman", kata Rasul Paulus, "bukan berdasarkan apa
yang kelihatan" (2Kor 5:7).
Tapi saya dapat menceritakan kepada Anda perkataan Yesus kepada para
rasul ketika mereka kecil hati: "Yesus menyampaikan... kepada mereka
untuk menegaskan bahwa mereka harus selalu berdoa tanpa jemu-jemu,"
tulis Lukas. Setelah memberikan perumpamaan untuk menggambarkan
maksud-Nya, Yesus bertanya, "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-
orang pilihan-Nya yang siang-malam berseru kepada-Nya? Apakah Ia
mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku berkata kepadamu: Ia
akan segera membenarkan mereka..." (Luk 18:1, 7-8).
Saya meminta dengan sangat kepada kamu, kata Yesus, jangan kehilangan
nyali. Berdoa terus. Bapa mendengarkan. Ia mendengarkan setiap doa
yang kita panjatkan. Ia sungguh mempedulikan segala sesuatu yang
mempengaruhi kita. Ia memiliki kuat kuasa yang tidak terbatas untuk
menanggulangi apa saja yang mengganggu kita. Memang Ia tidak menjawab
setiap doa kita sesuai yang manusia berdosa menghendakinya. Tapi Ia
menghendaki kita bertahan. Ia suka bersekutu dengan kita. Ia mau
melakukan apa saja yang terbaik untuk kita.
Saya Terus Berdoa Beberapa tahun yang lalu kami menyelenggarakan
baptisan. Banyak orang menegaskan di depan umum keputusan mereka untuk
mengikuti Kristus. Rasanya hati saya akan meledak karena kegirangan.
Kemudian, di tangga, saya menemukan seorang wanita sedang menangis.
Saya tidak dapat mengerti mengapa ada orang yang menangis sesudah
upacara yang demikian menggembirakan, jadi saya berhenti dan bertanya
apa yang terjadi dengan dia.
"Tidak," katanya, "Saya sedang bergumul. Ibu saya dibaptis hari ini."
Apakah ini menjadi masalah? pikir saya.
"Saya berdoa untuk dia tiap hari selama 20 tahun," katanya, dan
kemudian menangis kembali.
"Tolong saya agar mengerti soal ini," kata saya.
"Saya menangis," jawabnya, "karena saya nyaris - nyaris sekali -
menyerah. Maksud saya, setelah 5 tahun terus-menerus berdoa saya
berkata, 'Siapa yang memerlukan ini? Allah tidak mendengarkan.'
Setelah 10 tahun terus-menerus berdoa saya berkata, 'Mengapa saya
harus menghabiskan nafas? Setelah 15 tahun terus-menerus berdoa saya
berkata, 'Ini tidak masuk akal.' Setelah 19 tahun saya berkata, 'Saya
ini tolol.' Tapi saya masih berdoa terus, walaupun iman saya lemah.
Saya berdoa terus, dan Ibu saya menyerahkan hidupnya kepada Kristus,
dan dia dibaptis hari ini."
Wanita itu berhenti menangis dan menatap ke mata saya. "Saya tidak
akan pernah meragukan kuat kuasa doa lagi," katanya.
Tanya-jawab untuk Renungan dan Pembahasan
- Sebagai apa doa itu bagi Anda waktu pertama kalinya Anda sungguh-
sungguh tentang berdoa? Pernahkah Anda mengalami periode surut
dalam kehidupan berdoa Anda?
- Bill Hybels berkata, "Satu sebab kita berhenti berdoa atau
membiarkan kehidupan berdoa kita hilang, ialah bahwa kita terlalu
keenakan." Anda setuju? Pernahkah Anda terlalu keenakan sampai
tidak berdoa?
- Pernahkah Anda terdorong untuk berdoa karena masalah-masalah gawat
yang Anda hadapi? Apakah Anda terus berdoa setelah masalah itu
terpecahkan?
- Apakah Anda menentukan waktu dan tempat untuk berdoa dalam jadwal
harian Anda? Bilamana dan di mana Anda berdoa?
- Pernahkah kesalahan mencegah Anda berdoa? Pada waktu itu, apakah
Anda menyadari bagaimana dosa Anda berdampak atas waktu Anda
bersama Allah?
- Penipuan apa yang terjadi di zaman Maleakhi? Bagaimana kita menipu
dalam kategori itu di zaman sekarang?
- Bagaimana kita dapat meruntuhkan dosa perintang dan memulihkan
hubungan kita dengan Allah?
- Berapa lama kita harus bertahan berdoa untuk hal-hal yang sia-sia?
|