Nama Kursus | : | ORANG KRISTEN YANG BERTANGGUNG JAWAB (OKB) |
Nama Pelajaran | : | Bertanggung Jawab dalam Hal Ibadah dan Persekutuan |
Kode Pelajaran | : | OKB-R02b |
Referensi OKB-R02b diambil dari:
Judul Buku | : | THE PURPOSE DRIVEN LIFE |
Judul Artikel | : | Memulihkan Persekutuan yang Retak |
Pengarang | : | Rick Warren |
Penerbit | : | Gandum Mas, Malang, 2004 |
Halaman | : | 171 - 177 |
"MEMULIHKAN PERSEKUTUAN YANG RETAK"
(Allah) telah memulihkan hubungan kita dengan-Nya melalui Kristus, dan
telah memberikan kepada kita pelayanan untuk memulihkan hubungan.
2Korintus 5:18
Hubungan Selalu Layak Dipulihkan
Karena inti kehidupan ialah belajar bagaimana mengasihi, Allah ingin
agar kita menghargai hubungan dan berupaya untuk memeliharanya dan
bukan menolaknya ketika ada keretakan, sakit hati, atau konflik.
Sebetulnya, Alkitab mengajar kita bahwa Allah telah memberikan kepada
kita pelayanan untuk memulihkan hubungan. (2Korintus 5:18) Karena
alasan inilah sebagian Perjanjian Baru ditulis untuk mengajar kita
cara bergaul dengan baik satu sama lain. Paulus menulis, "Jika ada
sesuatu yang kamu peroleh karena mengikut Kristus, jika kasih-Nya
telah membuat kehidupanmu berbeda, Jika berada dalam persekutuan Roh
mempunyai suatu arti bagimu,... Hendaklah kamu sehati sepikir, saling
mengasihi, jadilah sahabat-sahabat sejati." (Filipi 2:1-2) Paulus
mengajarkan bahwa kemampuan kita untuk bergaul dengan baik dengan
orang lain merupakan tanda kedewasaan rohani. (Roma 15:5)
Karena Kristus ingin agar keluarga-Nya dikenal melalui kasih kita satu
sama lain, (Yohanes 13:35) persekutuan yang pecah merupakan kesaksian
yang memalukan bagi orang-orang yang belum percaya. Karena itu Paulus
begitu malu karena anggota jemaat Korintus terpecah menjadi golongan-
golongan yang saling memerangi dan bahkan saling memperkarakan ke
pengadilan. Dia menulis, "Hal ini kukatakan untuk memalukan kamu.
Tidak adakah seorang di antara kamu yang berhikmat, yang dapat
mengurus perkara-perkara dari saudara-saudaranya?" (1Korintus 6:5)
Paulus terkejut bahwa tidak seorang pun di dalam gereja tersebut yang
cukup dewasa untuk memecahkan perselisihan itu secara damai. Dalam
surat yang sama, Paulus berkata, "Aku menasihatkan dengan sangat: Kamu
harus hidup rukun satu sama lain."(1Korintus 1:10)
Jika Anda menginginkan berkat Allah atas kehidupan Anda dan Anda ingin
dikenal sebagai anak Allah, Anda harus belajar untuk menjadi pembawa
damai. Yesus berkata, "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena
mereka akan disebut anak-anak Allah." (Matius 5:9). Perhatikan bahwa
Yesus tidak berkata, "Berbahagialah orang-orang yang cinta damai,"
karena semua orang cinta damai. Yesus juga tidak berkata,
"Berbahagialah orang yang tenang," yang tidak pernah terganggu oleh
apapun. Yesus berkata, "Berbahagialah orang yang membawa damai," yaitu
orang-orang yang secara aktif berupaya menyelesaikan konflik. Pembawa
damai tidak banyak karena membawa damai adalah kerja keras.
Karena Anda,dibentuk untuk menjadi bagian dari keluarga Allah dan
tujuan kedua dari kehidupan Anda di bumi adalah belajar bagaimana
mengasihi dan berhubungan dengan orang lain, maka membawa damai adakah
salah satu keterampilan terpenting yang bisa Anda kembangkan.
Sayangnya, sebagian besar dari kita tidak pernah diajar bagaimana
menyelesaikan konflik.
Membawa damai bukanlah menghindari konflik. Lari dari masalah,
berpura-pura masalah tersebut tidak ada, atau takut membicarakannya
sebenarnya adalah sikap pengecut. Yesus, Sang Raja Damai, tidak pernah
takut akan konflik. Kadang-kadang Dia memancing konflik demi kebaikan
semua orang. Kadang kita perlu menghindari konflik, kadang kita perlu
menciptakannya, dan kadang kita perlu menyelesaikannya. Karena itu
kita harus berdoa meminta tuntunan Roh Kudus setiap saat.
Membawa damai juga bukan memenuhi keinginan musuh. Selalu menyerah,
bertindak seperti keset, dan membiarkan orang lain selalu menginjak-
injak Anda bukanlah apa yang Yesus pikirkan. Dalam banyak hal Yesus
tidak mau menyerah, tetap bertahan menghadapi musuh yang jahat.
Bagaimana Memulihkan Suatu Hubungan
Sebagai orang-orang percaya, Allah telah "memanggil kita untuk
membereskan hubungan kita satu sama lain ." (Matius 7:55) Berikut ini
terdapat tujuh langkah alkitabiah untuk memulihkan persekutuan:
- Berbicara kepada Allah sebelum berbicara kepada orang tersebut.
Bicarakanlah masalah tersebut dengan Allah. Jika Anda mau mendoakan
konflik tersebut terlebih dulu dan bukan menggosipkannya dengan
seorang teman, Anda akan sering menemukan bahwa Allah mengubah hati
And8a atau Dia mengubah orang lain tersebut tanpa bantuan Anda. Semua
hubungan Anda akan berjalan lebih lancar kalau saja Anda mau lebih
banyak berdoa mengenai hubungan-hubungan tersebut.
Sebagaimana dilakukan Daud dengan mazmur-mazmurnya, gunakanlah doa
untuk melontarkan perasaan ke atas. Beri tahu Allah keputusasaan Anda.
Berserulah kepada-Nya Dia tidak pernah terkejut atau terganggu oleh
kemarahan, luka hati, rasa tidak aman, atau emosi Anda lainnya. Jadi
beri tahu Dia secara persis apa yang Anda rasakan.
Sebagian besar konflik bersumber dari kebutuhan yang tak terpenuhi.
Beberapa kebutuhan ini hanya bisa dipenuhi oleh Allah. Bila Anda
mengharapkan seseorang, seperti teman, pasangan, majikan, atau anggota
keluarga, untuk memenuhi kebutuhan yang hanya bisa dipenuhi oleh
Allah, berarti Anda sedang membuka diri Anda untuk rasa kecewa dan
sedih. Tidak seorang pun bisa memenuhi semua kebutuhan Anda kecuali
Allah.
Rasul Yakobus menulis bahwa banyak konflik kita yang disebabkan karena
tidak adanya doa: "Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di
antara kamu ? ... Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak
memperolehnya... Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak
berdoa." (Yakobus 4:1-2) Bukannya berharap kepada Allah, kita berharap
pada orang lain untuk membahagiakan lalu kita menjadi marah ketika
mereka gagal. Allah berfirman, "Mengapa kamu tidak datang kepada-Ku
terlebih dulu?"
Selalu mengambil inisiatif.
Tidak peduli apakah Anda yang melukai atau yang dilukai: Allah ingin
agar Anda mengambil langkah pertama. Jangan menunggu pihak lainnya.
Hampirilah mereka terlebih dulu. Memulihkan persekutuan yang retak
begitu penting, sehingga Yesus memerintahkan bahwa hal tersebut perlu
mendapatkan prioritas melebihi ibadah bersama. Yesus berkata, "Jika
kamu memasuki ruang ibadahmu, hendak memberikan persembahan dan kamu
tiba-tiba teringat akan sakit hati seorang sahabat terhadapmu,
tinggalkan persembahanmu dengan segera, pergilah kepada sahabat itu
dan bereskan segala masalah. Setelah itu, dan hanya setelah itu,
kembalilah dan kerjakan urusanmu dengan Allah." (Matius 5:23-24)
Ketika persekutuan menjadi tegang atau retak, rencanakan suatu
pertemuan damai dengan segera. Jangan menunda, membuat dalih, atau
berjanji, Aku akan mengurusnya suatu saat nanti." Jadwalkan sebuah
pertemuan tatap muka sesegera mungkin. Penundaan hanya memperdalam
rasa dendam dan membuat segalanya lebih buruk. Dalam konflik, waktu
tidak menyembuhkan apapun; waktu menyebabkan luka makin bernanah.
Bertindak dengan cepat juga mengurangi kerusakan rohani bagi Anda.
Alkitab mengatakan dosa, termasuk konflik yang tidak terselesaikan,
menghalangi persekutuan kita dengan Allah dan membuat doa-doa kita
tidak dijawab, (1Petrus 3:7; Amsal 28:9) di samping membuat kita tidak
bahagia. Sahabat-sahabat Ayub mengingatkan dia, "Sakit hati sampai
mati merupakan hal bodoh yang tidak berguna untuk dilakukan." (Today's
English Version) dan "Kemarahanmu hanya menyakiti dirimu." (Ayub 5:2;
18:4)
Keberhasilan dari suatu pertemuan damai sering kali bergantung pada
pilihan waktu dan tempat yang tepat untuk bertemu. Jangan bertemu
ketika Anda lelah atau tergesa-gesa atau akan diganggu. Waktu yang
terbaik adalah ketika Anda berdua ada dalam keadaan yang terbaik.
Bersimpati terhadap perasaan-perasaan mereka.
Gunakan telinga Anda lebih banyak dari mulut Anda. Sebelum mencoba
memecahkan suatu perselisihan Anda harus mendengarkan perasaan-
perasaan orang terlebih dulu. Paulus menasihati, "Janganlah tiap-tiap
orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan
orang lain juga." (Filipi 2:4). Kata "memperhatikan" adalah dari kata
Yunani skopos, yang darinya kita membentuk kata teleskop dan
mikroskop. Itu berarti memperhatikan dengan teliti! Pusatkan perhatian
pada perasaan-perasaan mereka, bukan pada fakta. Mulai dengan
simpati, bukan solusi.
Jangan lebih dahulu mencoba membujuk orang untuk menceritakan apa yang
mereka rasakan. Dengarkan saja dan biarkan mereka mengeluarkan isi
hati secara emosional tanpa bersikap membela. Mengangguklah bahwa Anda
paham meskipun Anda tidak setuju. Perasaan tidaklah selalu benar atau
masuk akal. Sebetulnya, sakit hati membuat kita bertindak dan berpikir
dengan cara-cara yang bodoh. Daud mengaku, "Ketika aku merasa kesal
dan hatiku seperti tertusuk, aku bodoh dan tidak mengerti, aku seperti
binatang di hadapan-Mu." (Mazmur 73:21-22). Kita semua bertindak
seperti binatang terluka.
Sebaliknya, Alkitab berkata, "Akal budi membuat seseorang panjang
sabar dan orang itu dipuji karena memaafkan pelanggaran." (Amsal
16:11) Kesabaran datang dari kebijaksanaan, dan kebijaksanaan datang
dari mendengarkan pandangan orang lain. Mendengarkan sama dengan
berkata, "Saya menghargai pendapat Anda, saya peduli dengan hubungan
kita, dan Anda berarti bagi saya." Kata klisenya benar: Orang tidak
peduli dengan apa yang kita ketahui sampai mereka tahu kita peduli.
Untuk memulihkan persekutuan "kita harus mempertimbangkan kebimbangan
dan ketakutan orang lain... Marilah kita menyenangkan hati orang lain,
bukan hati kita sendiri, dan melakukan apa yang baik baginya" (Roma
15:2). Dengan sabar menampung kemarahan orang lain, khususnya jika
tidak didukung bukti, merupakan suatu pengorbanan. Tetapi ingatlah,
inilah yang Yesus lakukan bagi Anda. Dia menanggung kemarahan yang
tanpa bukti dan menyakitkan demi menyelamatkan Anda: "Karena Kristus
juga tidak mencari kesenangan-Nya sendiri, tetapi seperti ada
tertulis: 'Kata-kata cercaan mereka, yang mencerca Engkau, telah
mengenai aku.'" (Roma 15:3)
Akui peranan Anda dalam konflik.
Jika Anda bersungguh-sungguh dalam memulihkan suatu hubungan, Anda
sebaiknya mengawali dengan mengakui kesalahan atau dosa-dosa Anda
sendiri. Yesus berkata itulah cara untuk melihat berbagai hal dengan
lebih jelas: "Keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan
melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata
saudaramu."(Matius 7:55)
Karena kita semua memiliki kelemahan, Anda mungkin perlu meminta pihak
ketiga untuk membantu Anda mengevaluasi tindakan-tindakan Anda sebelum
bertemu dengan orang Yang dengannya Anda memiliki konflik. Juga
mintalah kepada Allah untuk menunjukkan kepada Anda seberapa banyak
masalah yang menjadi kesalahan Anda. Bertanyalah, "Akukah pembawa
masalahnya? Apakah aku tidak realistis, tidak peka, atau terlalu
peka?" Alkitab mengatakan, "Jika kita berkata, bahwa kita tidak
berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri." (1Yohanes 1:8)
Pengakuan merupakan alat yang penuh kuasa untuk rekonsiliasi.
Seringkali cara kita menangani sebuah konflik malah menimbulkan luka
yang lebih besar daripada masalah awalnya itu sendiri. Bila Anda mulai
dengan secara rendah hati mengakui kesalahan-kesalahan Anda, hal
tersebut meredakan kemarahan pihak lain itu dan membatalkan serangan-
serangan mereka karena mereka tadinya mungkin mengira Anda akan
membela diri. Jangan membuat dalih atau mengalihkan tanggung jawab;
dengan jujur akui saja setiap peran yang Anda mainkan dalam konflik
tersebut. Terima tanggung jawab atas kesalahan-kesalahan Anda dan
mintalah pengampunan.
Seranglah masalahnya, bukan orangnya.
Anda tidak mungkin membereskan masalah jika Anda sibuk mencari siapa
yang bertanggung jawab. Anda harus memilih salah satu. Alkitab
berkata, "Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi
perkataan yang pedas membangkitkan marah." (Amsal 15:1). Anda tidak
akan pernah bisa menjelaskan pikiran. Anda dengan marah, karena itu
pilihlah kata-kata Anda dengan bijak. Jawaban yang lembut selalu lebih
baik ketimbang jawaban yang kasar.
Ketika memecahkan konflik, cara Anda berbicara sama pentingnya dengan
apa yang Anda katakan. Jika Anda mengatakannya dengan cara menyerang,
apa yang Anda katakan akan diterima dengan cara membela diri. Allah
memberi tahu kita, "Orang yang bijak hati disebut berpengertian, dan
berbicara manis lebih dapat meyakinkan." (Amsal 16:21). Omelan tidak
pernah berhasil. Anda tidak pernah meyakinkan bila Anda kasar.
Selama Perang Dingin, kedua pihak sepakat bahwa beberapa senjata
sangat merusak sehingga senjata-senjata tersebut sebaiknya tidak
pernah digunakan. Saat ini senjata-senjata kimia dan biologi dilarang,
dan persediaan senjata nuklir dikurangi dan dihancurkan. Demi
persekutuan, Anda harus menghancurkan gudang senjata nuklir hubungan,
termasuk mengutuk, meremehkan, membandingkan, mencap, mengejek,
angkuh, dan kasar. Paulus merangkumnya seperti ini: "Kalau kalian
berbicara, janganlah memakai kata-kata yang kotor. Pakai sajalah kata-
kata yang membina dan memberi pertolongan kepada orang lain. Kata-kata
seperti itu akan mendatangkan kebaikan kepada orang-orang yang
mendengarnya." (Efesus 4:29)
Bekerja sama sebanyak mungkin.
Paulus berkata, "Sedapat dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu,
hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!" (Roma 12:18). Damai
selalu memiliki label harga. Kadang damai harganya adalah sebesar
kesombongan kita; seringkali harganya adalah sebesar keegoisan kita.
Demi persekutuan, berusahalah sekuat mungkin untuk berkompromi,
menyesuaikan diri dengan orang lain, dan menunjukkan perhatian pada
apa yang mereka butuhkan. (Roma 12;10; Filipi 2:3). Sebuah parafrase
dari ucapan bahagia Yesus yang ketujuh, "Kamu berbahagia bila kamu
bisa menunjukkan pada orang-orang bagaimana bekerja sama dan bukannya
bersaing atau berkelahi. Yaitu bila kamu menemukan siapa dirimu
sebenarnya, dan tempatmu dalam keluarga Allah." (Matius 5:9)
Utamakan rekonsiliasi, bukan resolusi.
Adalah tidak realistis kalau mengharapkan semua orang setuju dengan
segala sesuatu. Rekonsiliasi mengutamakan hubungan, sementara resolusi
mengutamakan masalah. Bila kita mengutamakan rekonsiliasi, masalah
akan kehilangan maknanya dan seringkali menjadi tidak relevan.
Kita dapat membangun kembali hubungan meskipun kita tidak mampu
menyelesaikan perbedaan-perbedaan kita. Orang-orang Kristen seringkali
memiliki perbedaan pendapat yang wajar dan bisa diterima, tetapi kita
bisa berbeda pendapat tanpa marah-marah. Berlian yang sama tampak
berbeda dari sudut yang berbeda. Allah menginginkan kesatuan, bukan
keseragaman, dan kita bisa hidup bergandengan tangan tanpa sepakat
atas semua masalah.
Ini tidak berarti Anda berhenti mencari pemecahan masalah. Anda
mungkin perlu tetap berdiskusi dan bahkan berdebat, tapi Anda
melakukannya dalam semangat keharmonisan. Rekonsiliasi berarti Anda
melupakan perbedaan pendapat itu, bukan masalahnya.
Siapa yang perlu Anda hubungi sebagai hasil dari bab ini? Dengan Siapa
Anda perlu memulihkan persekutuan? Jangan menunda sedikitpun.
Berhentilah sekarang dan berbicaralah kepada Allah tentang orang
tersebut. Kemudian angkatlah telepon dan mulailah proses itu. Ketujuh
langkah ini sederhana, tetapi tidak mudah. Dibutuhkan banyak usaha
untuk memulihkan sebuah hubungan. Itu sebabnya Petrus menasihatkan
agar "berjuang sungguh-sungguh untuk mendapatkan perdamaian." (1Petrus
3:11). Tetapi ketika Anda mengusahakan damai, Anda melakukan apa yang
ingin Allah lakukan. Itulah sebabnya Allah menyebut anak-anak-Nya
pembawa damai. (Matius 5:9)
|