Nama Kursus | : | ORANG KRISTEN YANG BERTANGGUNG JAWAB (OKB) |
Nama Pelajaran | : | Bertanggung Jawab dalam Hal Bersaksi dan Memuridkan Orang Lain |
Kode Pelajaran | : | OKB-R06a |
Referensi OKB-R06a diambil dari:
Judul Buletin | : | SANGKAKALA |
Judul Artikel | : | Penginjilan Sebagai Gaya Hidup |
Penulis | : | Cucuk Kustiawan, S.H. -- Pekerja Mahasiswa |
Halaman | : | 1-2 |
"PENGINJILAN SEBAGAI GAYA HIDUP"
Tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui, tetapi lebih kepada
sharing pengalaman bagaimana ketika dulu saya membagi Injil dalam
pekerjaan.
Apakah penginjilan itu?
Penginjilan adalah memberitakan tentang karya Kristus yang sudah mati
karena dosa-dosa kita, dikuburkan dan dibangkitkan pada hari yang
ketiga (1Korintus 15:3-4), serta menantang orang untuk bertobat dari
dosanya (Kisah Para Rasul 26:18) lalu mengharapkan dia percaya pada
karya Kristus itu untuk kemudian menerima-Nya sebagai Tuhan dan
juruselamat pribadi, sehingga ia memperoleh hidup yang kekal (Yohanes
20:30-31).
Mengapa kita harus memberitakan Injil?
Sebagai orang percaya, sejak kita pecaya kita sudah ditetapkan sebagai
saksi (Kisah Para Rasul 1:8). Oleh karena itu, sangat tidak wajar bila
kita tidak memberitakan apa yang telah kita alami (1Yohanes 1:3).
Kesaksian kita itu sangat dibutuhkan orang karena menentukan nasib
orang -- apakah mereka akan selamat atau binasa (Markus 16:15-16).
Tuhan memerintahkan (Markus 16:15-16), sehingga kalau kita tidak
memberitakan Injil, kita tidak taat pada perintah Allah. Memberitakan
Injil Kristus adalah kemurahan. Siapakah kita ini sehingga layak
menyampaikan berita agung itu, tetapi justru kepada kita disampaikan
berita itu dan dipercaya untuk menyampaikannya pada orang lain?
(1Tesalonika 2:4). Penginjilan sebagai gaya hidup
Oleh karena alasan-alasan tersebut, maka sebenarnya tugas penginjilan
itu melekat pada diri kita. Tidak bisa tidak, kita harus menginjili.
Bahkan, Rasul Paulus mengatakan: "celakalah aku, jika aku tidak
memberitakan Injil." (1Korintus 9:16). Injil itu tinggal dalam hidup
kita, maka penginjilan sebagai gaya hidup adalah bahwa pikiran, sikap,
kata-kata, tindakan kita adalah ekspresi dari Injil itu. Kita
memberitakan Injil kapanpun, kepada siapapun, dimanapun berada, baik
atau tidak baik waktunya, karena Injil adalah hidup dan hidup kita
dipengaruhi oleh Injil itu.
Penginjilan di tengah pekerjaan
Sebenarnya secara prinsip dimanapun kita menginjili sama dengan:
melakukan pendekatan, memberitakan injilnya dan menantang orang untuk
percaya pada Kristus, meneguhkan keyakinan keselamatannya.
Walaupun kita tahu bahwa semua ini kita lakukan dengan bergantung pada
Roh Kudus, namun secara teknis ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan untuk menginjili dalam konteks pekerjaan: pada tahap
pendekatan, karena teman kerja adalah bagian dari orang yang kita
temui setiap hari yang melihat hidup kita. Maka kita perlu memiliki
cara hidup yang baik dalam kata-kata, tindakan, dan pikiran/ide-ide.
Kesaksian hidup yang baik menjadi daya tarik di tengah dunia pekerjaan
yang cenderung berkompromi terhadap dosa. Selain itu, biasanya dalam
dunia pekerjaan yang sering menjadi pokok pembicaraan adalah tentang
anak, suami, istri, pekerjaan itu sendiri, kedudukan/pangkat, dan
materi. Untuk itu, jadilah pendengar yang baik bagi rekan kerja kita
yang curhat tentang pokok-pokok itu. Orang senang bila ada yang mau
mendengarkan, sehingga bisa menjadi pintu masuk untuk menyampaikan
Injil. Penting juga untuk memiliki sikap hati yang rela untuk
membantu/melayani, karena sering dalam dunia kerja segala sesuatu
diukur/diperhitungkan berdasarkan uang; menghasilkan atau tidak,
untung atau rugi, dsb.
Jika kedekatan dan keterbukaan sudah terbangun, maka kita bisa mulai
masuk untuk membagikan Injil itu kepada rekan kita. Yang penting
beranilah, jangan sungkan, pakewuh, takut, ragu. Saya dulupun
mengalami (bahkan sampai sekarang). Teknisnya bisa dilakukan dengan
menjelaskan Injil melalui ilustrasi jembatan, traktat, menceritakan
kesaksian pribadi kita ketika diselamatkan atau kombinasi dari
berbagai cara tersebut, kemudian menantang orang untuk percaya pada
Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya. Meneguhkan keyakinan
keselamatannya. Jika rekan kita mau percaya kita bersyukur, karena
kita sudah dilayakkan Allah untuk memberitakan Injil. Jika mereka
belum mau percaya atau belum mau meresponi berita Injil itu, maka
sikap kita selanjutnya haruslah tetap mengasihi/bersahabat/menolong.
Agar penginjilan terus ada dalam hidup kita, maka kita perlu mendoakan
dan merencanakan dengan konkrit kepada siapa, dengan cara apa, kapan
dilakukan, dimana (apakah cukup di kantor, di rumahnya atau di tempat
lain) dan dengan cara bagaimana? Akhir kata, kita harus terus
mengingat bahwa: memberitakan Injil adalah suatu kemurahan dan
anugerah.
|