Nama Kursus | : | SIAPAKAH YESUS KRISTUS? |
Nama Pelajaran | : | Yesus adalah Allah Sejati dan Manusia Sejati Tanpa |
| | Dosa |
Kode Referensi | : | SYK-R03b |
Referensi SYK-03b diambil dari:
Judul Buku | : | Teologi Sitematika |
Pengarang | : | Henry C. Thiessen |
Penerbit | : | Gandum Mas, Malang, 1992 |
Halaman | : | 333 - 341 |
REFERENSI PELAJARAN 03b - YESUS ADALAH ALLAH SEJATI DAN MANUSIA
SEJATI TANPA DOSA
PRIBADI KRISTUS: DUA SIFAT DAN WATAK KRISTUS
Pembahasan tentang tujuan dan sifat penjelmaan Kristus dengan mudah
menuntun kita untuk menguraikan dua sifat yang dimiliki Kristus: sifat
manusia dan sifat Allah. Orang yang bagaimanakah Yesus Kristus dari
Nazaret itu?
- KEMANUSIAAN KRISTUS
Kemanusiaan Kristus jarang dipersoalkan. Memang ada ajaran-ajaran
sesat, misalnya, Gnostisisme yang menyangkal realitas tubuh Kristus,
dan ajaran Eutikhes yang menjadikan tubuh Kristus itu tubuh yang
ilahi. Akan tetapi, bagian terbesar dari gereja mula-mula menerima
ajaran bahwa Kristus adalah manusia dan Allah. Penyimpangan dari
doktrin Alkitab lebih banyak terjadi karena menolak sifat ilahi
Kristus dan bukan menolak sifat manusia-Nya. Karena Kristus harus
menjadi manusia sesungguhnya jika Ia hendak menebus manusia dari dosa,
maka soal kemanusiaan Kristus bukan hanya merupakan soal yang
akademis, tetapi soal yang sangat praktis. Apa saja yang menjadi bukti
bahwa Yesus adalah manusia sesungguhnya?
- YESUS LAHIR SEPERTI MANUSIA LAINNYA
Yesus lahir dari seorang wanita (Galatia 4:4). Kenyataan ini
dikuatkan oleh kisah-kisah kelahiran-Nya dari seorang anak dara
(Matius 1:18 -2:11; Lukas 1:30-38; 2:1-20). Karena hal ini, Yesus
disebut "anak Daud, anak Abraham" (Matius 1:1) dan dikatakan bahwa
Ia "menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud" (Roma 1:3).
Karena alasan yang sama, Lukas merunut asal usul Yesus sampai
kepada Adam (Lukas 3:23-38). Peristiwa ini merupakan penggenapan
janji kepada Hawa (Kejadian 3:15) dan kepada Ahas (Yesaya 7:14).
Pada beberapa kesempatan Yesus disebutkan sebagai anak Yusuf, namun
kita akan melihat bahwa setiap kali hal ini terjadi, orang yang
melakukannya itu bukanlah sahabat Yesus atau mereka kurang mengenal
Dia (Lukas 4:22; Yohanes 1:45; 6:42; bandingkan dengan Matius
13:55). Bila ada bahaya bahwa pembaca kitab Injil akan menganggap
penulis Injil tersebut bermaksud untuk menyatakan bahwa Yesus
betul-betul anak Yusuf, maka penulis menambahkan sedikit penjelasan
untuk menunjukkan bahwa anggapan semacam itu tidak benar. Oleh
karena itu dalam Lukas 23:23 kita membaca bahwa Yesus adalah anak
Yusuf "menurut anggapan orang" dan di dalam Roma 9:5 dinyatakan
bahwa Kristus berasal dari Israel dalam "keadaan-Nya sebagai
manusia."
Dalam kaitan ini telah diajukan satu pertanyaan penting: Bila
Kristus itu lahir dari seorang perawan, apakah Ia juga mewarisi
sifat yang berdosa dari ibu-Nya? Alkitab dengan jelas menunjukkan
bahwa Yesus tidak berhubungan dengan dosa. Alkitab menandaskan
bahwa Yesus "tidak mengenal dosa" (2 Korintus 5:21); dan bahwa Ia
adalah "yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari
orang-orang berdosa" (Ibrani 7:26); dan bahwa "di dalam Dia tidak
ada dosa" (1 Yohanes 3:5). Pada saat memberitahukan bahwa Maria
akan melahirkan Anak Allah, Gabriel menyebutkan Yesus sebagai
"kudus" (Lukas 1:35). Iblis tidak berkuasa apa-apa atas diri Yesus
(Yohanes 14:30); ia tak ada hak apa pun atas Anak Allah yang tidak
berdosa itu. "Dosalah yang membuat Iblis berkuasa atas manusia,
tetapi di dalam Yesus tidak ada dosa." Melalui naungan ajaib Roh
Kudus, Yesus lahir sebagai manusia yang tidak berdosa.
- YESUS TUMBUH DAN BERKEMBANG SEPERTI MANUSIA NORMAL
Yesus berkembang secara normal sebagaimana halnya manusia. Oleh
karena itu dikatakan dalam Alkitab bahwa Ia "bertambah besar dan
menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya"
(Lukas 2:40), dan bahwa Ia "makin bertambah besar dan bertambah
hikmat-Nya dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia" (Lukas 2:52).
Perkembangan fisik dan mental Kristus ini tidak disebabkan karena
sifat ilahi yang dimiliki-Nya, tetapi diakibatkan oleh hukum-hukum
pertumbuhan manusia yang normal. Bagaimanapun juga, kenyataan bahwa
Kristus tidak mempunyai tabiat duniawi dan bahwa Ia menjauhkan diri
dari perbuatan-perbuatan, yang berdosa, sudah pasti turut
mempengaruhi perkembangan mental dan fisik-Nya. Perkembangan mental
Yesus bukanlah semata-mata hasil pelajaran di sekolah-sekolah pada
zaman itu (Yohanes 7:15), tetapi harus dianggap sebagai hasil
pendidikan-Nya dalam keluarga yang saleh, kebiasaan-Nya untuk
selalu hadir dalam rumah ibadah (Lukas 4:16), kunjungan-Nya ke Bait
Allah (Lukas 2:41, 46), penelaahan Alkitab yang dilakukan-Nya
(Lukas 4:17), dan juga karena Ia menggunakan ayat-ayat Alkitab
ketika menghadapi pencobaan, dan karena persekutuan-Nya dengan
Allah Bapa (Markus 1:35; Yohanes 4:32-34).
- IA MEMILIKI UNSUR-UNSUR HAKIKI SIFAT MANUSIA
Bahwa Kristus memiliki tubuh jasmaniah jelas dari ayat-ayat yang
berbunyi, "mencurahkan minyak itu ke tubuh-Ku" (Matius 26:12);
"yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah adalah tubuh-Nya sendiri"
(Yohanes 2:21); "Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapatkan
bagian dalam keadaan mereka [darah dan daging]" (Ibrani 2:14);
"tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagi-Ku" (Ibrani 10:5);
"kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh
persembahan tubuh Yesus Kristus" (Ibrani 10:10). Bahkan setelah Ia
dibangkitkan Ia mengatakan, "Rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu
tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-
Ku" (Lukas 24:39).
Bukan saja Kristus memiliki tubuh manusiawi yang fisik, Ia juga
memiliki unsur-unsur sifat manusiawi lainnya, seperti kecerdasan
dan sifat sukarela. Ia mampu berpikir dengan logis. Alkitab
berbicara tentang Dia sebagai memiliki jiwa dan/atau roh (Matius
26:38; bandingkan dengan Markus 8:12; Yohanes 12:27; 13:21; Markus
2:8; Lukas 23:46; dalam Alkitab bahasa Indonesia sering
diterjemahkan sebagai hati dan nyawa). Ketika mengatakan bahwa Ia
mengambil sifat seperti kita, kita selalu harus membedakan antara
sifat manusiawi dan sifat yang berdosa; Yesus memiliki sifat
manusiawi, tetapi Ia tidak memiliki sifat yang berdosa.
- IA MEMPUNYAI NAMA-NAMA MANUSIA
Ia memiliki banyak nama manusia. Nama "Yesus", yang berarti
"Juruselamat" (Matius 1:21), adalah kata Yunani untuk nama "Yosua"
di Perjanjian Lama (bandingkan Kisah 7:45; Ibrani 4:8). Ia disebut
"anak Abraham" (Matius 1:1) dan "anak Daud". Nama "anak Daud"
sering kali muncul dalam Injil Matius (1:1; 9:27; 12:23; 15:22;
20:30, 31; 21:9, 15). Nama "Anak Manusia" terdapat lebih dari 80
kali dalam Perjanjian Baru. Nama ini berkali-kali dipakai untuk
Nabi Yehezkiel (2:1; 3:1; 4:1, dan seterusnya), dan sekali untuk
Daniel (8:17). Nama ini dipakai ketika bernubuat tentang Kristus
dalam Daniel 7:13 (bandingkan Matius 16:28). Nama ini dianggap oleh
orang-orang Yahudi sebagai mengacu kepada Mesias. Hal ini jelas
dari kenyataan bahwa imam besar merobek jubahnya ketika Kristus
menerapkan nubuat Daniel ini kepada diri-Nya sendiri (Lukas 26:64,
65). Orang-orang Yahudi memahami bahwa istilah ini menunjuk kepada
Mesias (Yohanes 12:34), dan menyebut Kristus itu Anak Manusia
adalah sama dengan menyebut Dia Anak Allah (Lukas 22:69, 70).
Ungkapan ini bukan saja menunjukkan bahwa Ia adalah benar-benar
manusia, tetapi bahwa Ia juga adalah wakil seluruh umat manusia
(bandingkan Ibrani 2:6-9).
- IA MEMILIKI BERBAGAI KELEMAHAN YANG TAK BERDOSA DARI SIFAT
MANUSIAWI
Oleh karena itu, Yesus pernah lelah (Yohanes 4:6), lapar (Matius
4:2; 21:18), haus (Yohanes 19:28); Ia pernah tidur (Matius 8:24;
bandingkan Mazmur 121:4); Ia dicobai (Ibrani 2:18; 4:15; bandingkan
Yakobus 1: 13); Ia mengharapkan kekuatan dari Bapa-Nya yang di
sorga (Markus 1:35; Yohanes 6:15; Ibrani 5:7); Ia mengadakan
mukjizat (Matius 12:28), mengajar (Kisah 1:2), dan mempersembahkan
diri-Nya kepada Allah oleh Roh Kudus (Kisah 10:38; Ibrani 9:14).
"Orang-orang Kristen memiliki seorang imam besar di sorga dengan
kemampuan yang tiada terhingga untuk merasa belas kasihan terhadap
mereka dalam semua bahaya, dukacita, dan pencobaan yang mereka
alami dalam kehidupan, karena Ia sendiri mengalami semuanya itu,
karena Ia menjadi sama dengan manusia." Kembali harus ditekankan
bahwa menyebutkan kelemahan-kelemahan dalam sifat Kristus tidaklah
berarti kelemahan-kelemahan yang berdosa.
- BERKALI-KALI IA DISEBUT SEBAGAI MANUSIA
Yesus menganggap diri-Nya sendiri manusia (Yohanes 8:40). Yohanes
Pembaptis (Yohanes 1:30), Petrus (Kisah 2:22), dan Paulus (1
Korintus 15:21, 47; Filipi 2:8; bandingkan Kisah 13:38) menyebut-
Nya manusia. Kristus benar-benar diakui sebagai manusia (Yohanes
7:27; 9:29; 10:33), sehingga Ia dikenal sebagai orang Yahudi
(Yohanes 4:9); Ia dikira lebih tua dari usia sebenarnya (Yohanes
8:57); dan Ia dituduh telah menghujat Allah karena berani
menyatakan bahwa diri-Nya lebih tinggi daripada manusia (Yohanes
10:33). Bahkan setelah bangkit, Kristus nampak sebagai manusia
(Yohanes 20:15; 21:4, 5). Lagi pula, sekarang ini Ia berada di
sorga sebagai manusia (I Timotius 2:5), akan datang kembali (Matius
16:27, 28; 25:31; 26:64, 65), serta menghakimi dunia ini dengan
adil sebagai manusia (Kisah 17:31).
- KEILAHIAN KRISTUS
Ayat-ayat Alkitab dan alasan-alasan yang telah kami kemukakan ketika
membicarakan perihal Trinitas untuk membuktikan kesamaan antara
Kristus dengan Bapa, juga membuktikan kenyataan sifat keilahian yang
dimiliki Kristus setelah Ia menjelma menjadi manusia.
Kristus memiliki sifat-sifat khas Allah; berbagai jabatan dan hak
istimewa ilahi dimiliki-Nya; hal-hal yang dikatakan dalam Perjanjian
Lama tentang Yehova telah dikatakan dalam Perjanjian Baru mengenai
Kristus; nama-nama ilahi diberikan kepada-Nya; Kristus memelihara
hubungan-hubungan tertentu dengan Allah yang mebuktikan keilahian-Nya;
Ia disembah sebagai Allah dan Ia tidak menolak pemujaan itu selama Ia
hidup di muka bumi ini; Kristus menyadari bahwa Ia adalah Allah yang
telah menjelma. Semuanya ini merupakan rangkuman dari apa yang telah
kita bahas dan pelajari sebelumnya ketika membicarakan Tritunggal.
- KEDUA SIFAT KRISTUS
Pokok ini merupakan rahasia yang sangat dalam. Bagaimana mungkin ada
dua sifat di dalam satu orang? Sekalipun sulit untuk memahami konsep
ini, Alkitab menganjurkan agar kita merenungkan rahasia Allah ini,
yaitu Kristus (Kolose 2:2, 3). Yesus sendiri menyatakan bahwa
pengenalan yang benar akan Dia hanya akan diperoleh melalui penyataan
ilahi (Matius 11:27). Mempelajari pribadi Kristus sangatlah sulit
karena kepribadian-Nya sangat unik; tidak ada oknum lain yang sama
dengan Dia sehingga kita tidak dapat berargumentasi dari hal-hal yang
sudah kita ketahui kepada hal-hal yang belum kita ketahui.
- BUKTI PERPADUAN KEDUA SIFAT ITU
Pertama-tama, kita harus menjelaskan beberapa salah paham.
Perpaduan sifat ilahi dengan sifat manusiawi di dalam Kristus itu
tidak dapat dibandingkan dengan hubungan pemikahan, karena kedua
belah pihak dalam pemikahan tetap merupakan dua pribadi yang
berbeda walaupun sudah menikah. Demikian pula perpaduan kedua sifat
itd tidak sama seperti perhubungan orang-orang percaya dengan
Kristus. Juga tidaklah tepat untuk beranggapan bahwa sifat ilahi
itu tinggal di dalam Kristus sebagaimana Kristus tinggal di dalam
orang percaya, karena itu berarti bahwa Yesus hanyalah seorang
manusia yang didiami oleh Allah dan la sendiri bukan Allah. Gagasan
yang mengatakan bahwa Kristus mempunyai kepribadian rangkap
tidaklah alkitabiah. Tidak disebutkan dalam Alkitab bahwa Logos
mengambil tempat pikiran dan roh manusiawi di dalam Kristus, karena
dalam hal demikian Kristus bersatu dengan kemanusiaan yang tidak
sempuma. Demikian pula kedua sifat itu tidak bersatu untuk
membentuk sifat yang ketiga, sebab dalam hal itu Kristus bukanlah
manusia sejati. Juga tidak dapat dikatakan bahwa Kristus secara
berangsur-angsur menerima sifat ilahi, karena dalam hal demikian
keilahian-Nya bukanlah suatu kenyataan hakiki sebab harus diterima
secara sadar oleh kemanusiaan Kristus. Gereja pada umumnya dengan
tegas menyalahkan pandangan-pandangan ini sebagai tidak alkitabiah
dan karena itu tidak bisa diterima.
Bila pengertian-pengertian di atas itu salah semua, bagaimanakah
kita dapat menerangkan perpaduan kedua sifat tersebut di dalam
Kristus sehingga menghasilkan satu pribadi, namun dengan dua
kesadaran dan dua kehendak? Sekalipun ada dua sifat, tetapi ada
satu pribadi saja. Dan sekalipun ciri-ciri khas dari sifat yang
satu tidak dapat dikatakan merupakan ciri khas dari sifat lainnya,
namun kedua sifat itu berada dalam satu Oknum, yaitu Kristus.
Tidaklah tepat untuk mengatakan bahwa Kristus adalah Yang Ilahi
yang memiliki sifat manusiawi, atau bahwa Ia adalah manusia yang
didiami oleh Yang Ilahi. Dalam hal yang pertama, maka sifat
manusiawi tidak akan memperoleh tempat dan peranan yang semestinya,
dan dalam hal yang kedua sifat ilahi itulah yang tak akan
memperoleh tempat dan peranan yang semestinya. Oknum kedua dari
Tritunggal Allah menerima keadaan manusia dengan semua ciri
khasnya. Dengan demikian kepribadian Kristus berdiam di dalam sifat
ilahi-Nya, karena Allah Anak tidak bersatu dengan seorang manusia
tetapi dengan sifat manusia. Terpisah dari penjelmaan sifat
manusiawi Kristus tak bersifat pribadi; akan tetapi hal ini tidak
benar tentang sifat ilahi-Nya. Begitu sempurnanya penyatuan menjadi
satu pribadi ini sehingga, sebagaimana dikatakan oleh Walvoord,
"Kristus pada saat yang 'sama memiliki sifat-sifat yang nampaknya
bertolak belakang. Ia bisa lemah dan mahakuasa, bertambah dalam
pengetahuan namun mahatahu, terbatas dan tidak terbatas," dan
kita dapat menambahkan, Ia bisa berada di satu tempat namun Ia
Mahahadir.
Yesus berbicara tentang diri-Nya sebagai satu pribadi yang utuh dan
tunggal; Ia samasekali tidak menunjukkan adanya gejala-gejala
keterbelahan kepribadian. Selanjutnya, orang-orang yang berhubungan
dengan Dia menganggap Dia sebagai seorang dengan kepribadian yang
tunggal dan tidak terbelah. Bagaimana dengan kesadaran diri-Nya?
Jelaslah bahwa dalam kesadaran diri yang ilahi Yesus senantiasa
sadar akan keilahian-Nya. Kesadaran diri yang ilahi itu senantiasa
beroperasi penuh, bahkan pada masa kanak-kanak. "Namun ada bukti
bahwa dengan berkembangnya sifat manusiawi maka kesadaran diri yang
manusiawi itu mulai aktif." Kadang-kadang Ia akan bertindak dari
kesadaran diri yang manusiawi, dan pada saat-saat lain Ia bertindak
dari kesadaran diri yang ilahi, namun keduanya itu tidak pernah
bertentangan.
Hal yang sama dapat dikatakan mengenai kehendak-Nya. Pastilah,
kehendak manusiawi ingin menjauhi salib (Matius 26:39), dan kehendak
yang ilahi ingin menjauhkan diri dari hal dijadikan dosa (2 Korintus
5:21). Dalam kehidupan-Nya, Yesus berkehendak untuk melakukan
kehendak Bapa-Nya yang di sorga (Ibrani 10:7, 9). Hal ini
dilaksanakan-Nya sepenuhnya.
- SIFAT PERPADUAN KEDUA SIFAT ITU
Maka jika kedua sifat Kristus itu terbaur secara sempurna di dalam
satu pribadi, lalu bagaimanakah sifat pembauran itu? Sebagian besar
jawaban untuk pertanyaan ini telah disinggung dalam uraian
sebelumnya. Tidak mungkin kami memberikan analisis kejiwaan yang
tepat tentang kepribadian, unik Kristus sekalipun Alkitab
memberikan sedikit petunjuk.
- Perpaduan itu tidak bersifat teantropik.
Diri Kristus adalah
teantropik (artinya mempunyai sifat ilahi dan sifat manusiawi),
tetapi sifat-Nya tidak. Maksudnya, seseorang dapat berbicara
tentang Allah - manusia bila Ingin mengacu kepada diri Kristus;
akan tetapi, kita tidak dapat berbicara tentang sifat ilahi-
manusiawi, melainkan kita harus berbicara tentang adanya sifat
ilahi dan sifat manusiawi di dalam Kristus. Hal ini jelas dari
kenyataan bahwa Kristus memiliki pengertian dan kehendak yang tak
terbatas dan juga memiliki pengertian dan kehendak yang terbatas;
Ia memiliki kesadaran ilahi dan kesadaran manusiawi. Kecerdasan
ilahi-Nya tidak terbatas; kecerdasan manusiawi-Nya makin bertambah.
Kehendak ilahi-Nya adalah mahakuasa; kehendak manusiawi-Nya hanya
terbatas pada kemampuan manusia yang belum jatuh dalam dosa. Dalam
kesadaran ilahi-Nya Ia dapat berkata, "Aku dan Bapa adalah satu"
(Yohanes 10:30); dalam kesadaran manusiawi-Nya Ia dapat berkata,
"Aku haus" (Yohanes 19:28). Namun harus ditekankan bahwa Kristus
tetap Allah- manusia.
- Perpaduan itu bersifat pribadi.
Perpaduan kedua sifat di dalam
Kristus disebut perpaduan hipostatis. Maksudnya, kedua sifat atau
hakikat itu merupakan satu cara berada yang pribadi. Karena Kristus
tidak bersatu dengan diri manusia, tetapi dengan sifat manusia,
maka kepribadian Kristus bertempat dalam sifat ilahi-Nya.
- Perpaduan itu meliputi berbagai sifat dan perbuatan manusiawi
dan ilahi.
Baik sifat dan perbuatan yang manusiawi maupun yang
ilahi dapat dilakukan oleh Sang Allah-manusia tanpa kecuali.
Demikianlah berbagai sifat dan ciri khas manusia dihubungkan dengan
Kristus di bawah gelar -gelar yang ilahi, "Ia akan menjadi besar
dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi" (Lukas 1:32); "mereka
tidak akan menyalibkan Tuhan yang mulia" (1 Korintus 2:8); "jemaat
Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri" (Kisah
20:28). Dari ayat-ayat tersebut kita melihat bahwa Allah telah
lahir dan Allah telah mati. Ada juga ayat-ayat yang menyebut
berbagai ciri khas dan sifat ilahi serta menghubungkannya dengan
Kristus di bawah nama-nama manusiawi-Nya, "Dia yang telah turun
dari sorga, yaitu Anak Manusia" (Yohanes 3:13); "dan bagaimanakah,
jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia
sebelumnya berada?" (Yohanes 6:62); "Mesias dalam keadaan-Nya
sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah
yang harus dipuji sampai selama-lamanya" (Roma 9:5); Kristus yang
mati itu adalah Kristus yang "memenuhi semua dan segala sesuatu"
(Efesus 1:23; bandingkan Matius 28:20); Dialah yang telah
ditentukan oleh Allah untuk menghakimi dunia (Kisah 17:31;
bandingkan Matius 25:31, 32).
- Perpaduan tersebut menjamin kehadiran yang tetap dari keilahian
dan kemanusiaan Kristus.
Kemanusiaan Kristus hadir bersama dengan
keilahian-Nya di setiap tempat. Kenyataan ini menambah keindahan
kenyataan bahwa Kristus ada di dalam umat-Nya. Ia hadir dalam
keilahian-Nya, dan melalui perpaduan kemanusiaan-Nya dengan
keilahian-Nya, maka Ia juga hadir dalam kemanusiaan-Nya
PESTA ======Pendidikan Elektronik Studi Teologia Kaum Awam====== PESTA |