Catatan Penutup
Dalam buku ini saya memberi perhatian tentang Alkitab pada ‘masa lalu’ (bagaimana Alkitab bermula) dan Alkitab pada ‘masa kini’ (apa artinya bagi kita sekarang).
Saya mencoba mengembangkan doktrin sederhana Trinitas tentang Alkitab,
yaitu sebagai kabar baik yang:
• Berasal dari Allah (Dia menyatakannya pada masa lalu dan menyatakannya pada masa kini),
• Berpusat pada Kristus (Dia memberi kesaksian tentang Alkitab yang memberi kesaksian tentang Kristus),
• Dinyatakan oleh Roh Kudus melalui manusia sebagai penulis (sehingga perkataan para penulis Alkitab sama dengan perkataan Allah).
Kegunaan praktis dari Alkitab saat ini,
baik untuk jemaat maupun untuk individu Kristen,
bergantung pada bagaimana kita menerima keilahian asal usul atau sejarah dan tujuan Alkitab.
Paulus juga menggabungkan kedua hal ini ketika dia menjelaskan bahwa di satu sisi Alkitab adalah tulisan yang ‘diilhamkan Allah’ dan di sisi lain ‘bermanfaat’ (2Tim.
3:16).
Alkitab bermanfaat ‘untuk mengajar,
untuk menyatakan kesalahan,
untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran’,
karena memang Alkitab diilhamkan oleh Allah sendiri.
Jadi pandangan kita tentang Alkitab sejalan dengan bagaimana mengaplikasikannya.
Apa yang kita pikirkan tentang Alkitab sangatlah penting.
Saya merasa sangat tidak nyaman dengan sikap banyak orang yang menganggap isi Alkitab sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja.
Itulah sebabnya saya rindu Alkitab kembali menguasai hati dan rumah tangga orang Kristen,
dan bertakhta di mimbar-mimbar di seluruh dunia.
Hanya dengan demikian jemaat dapat kembali mendengarkan dan menghargai firman Allah.
Hanya dengan demikian umat Allah akan belajar untuk menghubungkan iman dengan kehidupan mereka,
saat mereka berusaha untuk mengaplikasikan ajaran Alkitab pada standar moral,
pengelolaan keuangan,
kehidupan perkawinan dan keluarga,
pekerjaan dan kehidupan berbangsa dan negara.
Hanya dengan demikian orang Kristen dapat menjadi garam dan terang dunia,
seperti yang Yesus katakan,
dan memberi pengaruh pada budaya,
lembaga-lembaga dan hukum-hukum,
serta nilai-nilai dan cita-cita bangsanya.
Bagaimanapun juga,
manfaat praktis dari Alkitab – bagi jemaat dan orang Kristen,
rumah tangga dan bangsa – seharusnya tidak menjadi alasan utama untuk merindukan Alkitab menguasai hati kita,
melainkan karena merindukan kemuliaan Allah.
Jika memang benar Alkitab dikatakan sebagai ‘firman Allah’ (meskipun disampaikan melalui perkataan manusia),
maka mengabaikan Alkitab berarti mengabaikan Allah,
sebaliknya menghargai Alkitab berarti menghargai Allah.
Alasan utama mengapa hendaknya ‘perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antar kamu’ (Kol.
3:16) bukanlah karena kita akan diperkaya,
tetapi agar Kristus dihormati dan dimuliakan.
Dia ingin kita memiliki pikiran kristiani dan menjalani kehidupan kristiani.
Namun,
untuk memiliki pikiran kristiani,
kita harus memiliki pikiran-Nya,
‘pikiran Kristus’ (lih.
1Kor.
2:16;
Flp.
2:5).
Dan pikiran kita dapat sesuai dengan pikiran Kristus hanya jika pikiran kita sudah terserap dalam firman-Nya.
Itulah sebabnya mengapa kita membutuhkan Firman Allah bagi dunia masa kini.